15. Mengejar Masa Depan

2.5K 523 32
                                    

"Gue curiga, jangan-jangan Pak Roni habis nguntitin lo," ujar Jasmine.

"Gue juga," jawab Evan pelan sambil membalik-balikkan buku matematika.

Jasmine hanya menatap Evan yang masih asyik membaca-baca materi di buku. Baru saja tadi Pak Roni mengatakan hal mengejutkan bahwa Evan akan menjadi tutor matematikanya selama satu tahun ajaran, kini Evan langsung mengajaknya belajar.

Kelas sudah sepi, hanya menyisakan mereka berdua di kelas yang duduk berhadap-hadapan. Evan duduk di depan Jasmine dengan kursi yang tetap menghadap ke depan. Dijadikannya sandaran kursi itu sebagai sanggahan siku Evan.

"Kan, ulangan masih lama. Kenapa harus belajar hari ini, sih?" gerutu Jasmine.

"Lo kira dengan kapasitas otak segitu, lo mampu belajar semua materi dalam satu hari?" jawab Evan sambil terus membolak-balik halaman, mencoba memutuskan materi mana yang akan ia jelaskan terlebih dahulu.

Jasmine menghembuskan napas panjang. "Kenapa, sih, setiap orang harus belajar matematika?"

"Gue juga nggak tahu," jawab Evan, masih cuek dengan pertanyaan-pertanyaan Jasmine.

"Belajar itu, kan, berdasarkan kemauan. Bukan paksaan. Kalau gue belajar karena terpaksa, ya nggak akan bisa, lah!" protes Jasmine lagi.

"Nah, kita mulai dengan ini." Evan memutar bukunya ke arah Jasmine sambil mengetuk-ketukkan jarinya ke atas tulisan.

'Pertidaksamaan Dua Variabel' itu tulisan yang ditunjuk Evan.

"Gue nggak suka perbedaan," jawab Jasmine acuh.

"Rumusnya sama, kok," jawab Evan santai.

"Maksudnya?"

"Lo akan nemu a, b, c, x, dan y di setiap rumusnya. Or at least, lo masih nemu x dan y di setiap soalnya," jelas Evan.

Jasmine menarik napasnya panjang. "Evan, bukan itu maksud gue."

Evan hanya mengangkat bahunya acuh. "Kita mulai belajar dari rumus dasarnya. Lo tahu tentang sistem persamaan dua variabel?"

Jasmine mengeleng.

"Kalau sistem persamaan itu berarti jumlah di kedua sisi sama. Pakainya tanda 'sama dengan'." Evan menuliskan rumus dari persamaan dua variabel. "Karena di sini sistemnya pertidaksamaan, maka kita pakai tanda ini." Digambarnya lambang >, <, ≤, dan ≥.

Mau tidak mau, Jasmine pun mulai menyimak satu per satu penjelasan dari Evan.

Tanpa mereka sadari, melalui sela-sela jendela kelas, ada seseorang yang memperhatikannya.

Ia adalah Gary.

Dalam diam ia terus memperhatikan Evan dan Jasmine. Evan tampak jauh-jauh lebih baik daripada sebelum ia bertemu Jasmine. Ada hal yang berbeda ketika Evan menatap Jasmine, dan Gary tahu apa artinya tatapan itu.

Gary tersenyum tipis. Hanya Jasmine yang mampu membuat Evan kembali 'hidup'.

Jasmine menghembuskan napasnya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Capek," keluhnya. Setelah satu setengah jam, tutor ini selesai.

"Gue apalagi," sahut Evan.

"Tapi gue lebih paham diajar sama lo daripada Pak Roni sendiri," ucap Jasmine.

"Gue yang nggak paham lagi gimana cara bikin lo ngerti sama materinya," keluh Evan.

"Eh, Van," Jasmine menegakkan tubuhnya, mendekat ke Evan. "Gimana kalau besok lo ajarin gue pelajaran lain juga? Biar gue nggak malu-malu amat sama nilai, lah."

Melodi untuk Jasmine [END]Where stories live. Discover now