O.2

193 45 3
                                    

Felix menatap ponselnya lebih tepatnya postingan baru si ‘pelukis satu warna’ yang kemarin ia dan teman temannya bicarakan itu. Kali ini pelukis itu melukis wajah seorang gadis yang mungkin umurnya tidak jauh dari Felix sendiri.

Felix merasa iri. Sungguh.

Sejak dulu ia ingin sekali bisa melukis wajah seseorang agar ia dapat melukis wajah orang tuanya dan membuat mereka berdua bangga. Tapi sayang, setiap ia mencoba ia selalu gagal dan berakhir kembali menggambar pemandangan yang menjadi andalannya.

"Bagus ya?" Ucap seseorang dari belakang.

Felix menoleh mendapati Jeongin yang tersenyum di belakangnya.

"Haha iya, gue suka aja liatnya" Jawabnya.

Jeongin yang tadinya membungkuk di belakang Felix beralih bersandar di meja Felix, "Tapi lo ngerasa familiar ga sih sama orang yang dia lukis?"

Felix menggeleng, "Ngga ah, gue baru pertama liat"

"Ohya?" Tanya Jeongin memastikan dan Felix hanya mengangguk yakin.

"Ada yang duduk di sebelah gue!!"

Jeongin dan Felix secara serentak menoleh ke bagian belakang kelas tepatnya ke meja dimana Yeji duduk.

"Aneh banget rasanya gue duduk sendirian begini. Masa lo pada gaada yang ngerasa sih?" Ucap Yeji lagi.

Semua anak di kelas menatap Yeji bingung tidak mengerti apa yang dibicarakan Yeji. Maksudnya, seingat anak anak kelas, sejak awal kenaikan kelas jelas sekali kalau Yeji memang duduk sendirian.

Jumlah siswa di kelas pun ganjil. Bukan genap.

"Perasan lo doang elah. Berisik lo, lama lama gue kuncir mulut lo mau?" Hyunjin membalas dengan malas. Teman seperdebat Yeji memang selalu Hyunjin. Mereka tidak pernah sekalipun akur.

Ah ralat, kalau begitu sih bukan teman namanya.

Yeji dan Hyunjin melanjutkan debatnya sedangkan anak anak yang lain berusaha untuk tidak peduli.

Tak lama kemudian pintu kelas terbuka memperlihatkan guru yang mengajar mata pelajaran jam ini. Pak Sungjin. Guru sejarah.

"Semua duduk di tempat masing masing. Kalau ribut saya tendang keluar kelas." Ucapnya dingin. Pak Sungjin memang selalu begitu.

Jisung yang duduk di barisan tengah menyeletuk, "Yaudah kalo gitu saya ribut aja pak biar bisa ke kantin"

"Diam kamu Han Jisung."

Jisung akhirnya mengurungkan niatnya dan merapatkan bibirnya.

"Pertemuan kali ini, saya mau kalian membuat kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima anggota"

Tak perlu menunggu, Felix, Hyunjin, Jeongin, Jisung, dan Seungmin pastinya satu kelompok.
























































































































































































































"Jadinya di rumah Hyunjin kan?" Tanya Felix, yang lain pun mengangguk setuju kecuali si pemilik rumah yang rumahnya akan dikunjungi teman temannya.

Hyunjin terlihat khawatir dan bingung saat tahu teman temannya sepakat untuk mengerjakan kerja kelompok di rumahnya. Kalau sudah setuju semua begini tidak bisa dibantah sedikitpun.

"Kenapa, Jin? Gelisah amat. Emangnya ada apasi di rumah lo?" Tanya Jisung.

"Au, kita kan cuma belom pernah ke rumah lo sejak kita temenan berlima. Sekali sekali gitukan ke rumah lo" Ucap Jeongin setuju dengan Jisung.

Hyunjin menggeleng cepat, "Ng.. ngga ada apa apa kok. Yaudah cepet jalan"

Mereka berlima akhirnya pergi ke rumah Hyunjin hanya dengan berjalan kaki. Mereka tau dimana rumah Hyunjin, hanya saja belum pernah sekalipun masuk kedalam rumah kediaman keluarga Hwang itu.

Hyunjin membiarkan keempat temannya berjalan di depan sedangkan Hyunjin berjalan paling belakang kelihatan sibuk berkutat dengan ponselnya.

Seungmin yang sadar Hyunjin semakin lama semakin tertinggal akhirnya menghampiri temannya, "Lo kenapa sih?"

Hyunjin menoleh panik dan langsung mematikan ponselnya sebelum Seungmin berhasil mengintip apa yang ia buka di ponselnya itu.

"Ga ada apa apa. Lo kenapa ga jalan duluan sama yang lain?" Tanya Hyunjin berusaha untuk terlihat natural di depan Seungmin.

"Ya gue liat lo ketinggalan jadi gue samperin. Ntar lo tiba tiba ilang kan galucu" Ucapnya lalu mengajak Hyunjin mempercepat langkahnya menyusul yang lain.

Tidak sampai sepuluh menit mereka sudah tiba di depan pagar rumah Hyunjin membiarkan Hyunjin sang tuan rumah membuka pagarnya untuk para tamu.

Begitu masuk ke dalam, rumah Hyunjin terlihat sepi. Hyunjin bilang mama dan papa nya pergi bekerja dan biasanya pulang jam tujuh sampai delapan malam.

Mereka pun memulai kerja kelompoknya di ruang tamu yang lebih luas dibanding di kamar Hyunjin

Ditengah kerja kelompok, sialnya perut Jisung terasa mulas, "Jin, gue pinjem toilet dong"

Hyunjin menoleh, "Lo lurus aja, pintu nya ada di sebelah kiri"

Jisung mengangguk mengerti lalu segera pergi ke toilet untuk menyelesaikan urusannya. Sejujurnya Jisung paling tidak suka kalau perutnya tiba tiba mulas saat berada di rumah temannya. Agak memalukan.

Setelah berjalan lurus, Jisung mendapati dua pintu yang sama berada di sebelah kiri. Untuk memastikan, Jisung berniat membuka pintu pertama terlebih dahulu.

Baru menyentuh gagang pintu, seseorang lebih dulu menepuk bahu kirinya. Ia segera menoleh mendapati sedang Hyunjin menatapnya datar.

"Gue lupa bilang pintu toiletnya pintu kedua. Abis dari toilet langsung balik. Gausah kepo sama yang lain."

RED PAINT. | Stray Kids maknae line [✓]Where stories live. Discover now