felix's past

179 44 3
                                    

Remaja laki laki berusia 17 tahun itu melangkahkan kakinya keluar area sekolah. Ia berniat pulang ke rumah hanya dengan berjalan kaki karena jarak sekolah dengan rumah nya tidak begitu jauh.

Ia berjalan sambil menunduk tak lupa menghela nafasnya berkali kali. Sekolah hari ini cukup melelahkan baginya.

Tiba tiba suatu ide terlintas dibenak nya. Untuk menghilangkan penat, bagaimana kalau ia pergi ke sebuah taman yang ia ketahui terlebih dahulu sebelum benar benar pulang ke rumah?

Ya. Ide yang bagus.

Taman itu bukan taman yang biasanya ramai akan anak anak kecil yang sedang bermain. Taman itu cukup tersebunyi, ia yakin hanya sedikit orang yang tau tempat itu. Termasuk dirinya sendiri pastinya.

Dengan begitu, rencananya mengusir penat akan berjalan lancar tanpa gangguan anak anak kecil yang berteriak sembari berlarian kesana kemari.

Tak memakan waktu yang banyak untuk sampai kesana. Ia pikir ia akan benar benar sendirian di sana. Namun tak disangka ada seorang anak kecil tengah berjongkok membelakanginya.

Ia berjalan mendekatinya, "Hei"

Anak laki laki itu menoleh menatapnya datar.

"Kamu lagi apa?" Tanya nya pada anak kecil itu lalu mengalihkan pandangannya pada kertas yang tergeletak di depan anak itu, "Gambar? Gambar siapa?"

Anak laki laki itu tidak menjawab sama sekali namun tidak melepaskan tatapannya pada oknum yang menghampirinya barusan.

"Kenapa sendirian? Orang tua mu kemana?" Ia masih berusaha bertanya sampai akhirnya anak itu mau membuka mulutnya.

"Mama bilang mama pergi sebentar mau beli eskrim, aku disuruh tunggu disini." Jawabnya.

"Udah berapa lama nunggu disini? Barusan?"

Anak itu menggeleng, "Aku disini dari siang. Tapi mama masih belum balik"

Tatapan biasa nya berubah menjadi tatapan sendu. Ia tau betul nasib anak itu.

Menyadari itu, ia berniat menghibur anak itu, "Trus itu kamu gambar siapa?"

"Gambar aku, sama mama"

"Papa mana? Sama itu kok gambar nya warna merah semua?"

"Papa sama mama suka teriak teriak setiap hari. Kemarin pagi pas aku bangun aku lihat mama nusuk nusuk papa pakai pisau dapur." Anak itu menjawab dengan wajahnya yang polos, "Tadi mama pas mau pergi nyuruh aku gambar selagi nunggu mama. Tapi aku gak punya pensil, jadi aku robek jempolku, gambar pake darah."

Ia meringis kecil begitu anak itu menunjukan jempolnya yang terluka dihiasi darah yang mengalir hingga ke pergelangan tangannya.

"Aduh luka kamu besar begitu. Ngga sakit?"

Anak itu menggeleng lagi, "Lebih sakit dipukul sama papa"

Pemuda itu tak habis pikir. Anak sekecil ini sudah mendapatkan perlakuan kasar seperti itu. Tidak terbayang seberapa seram hidupnya. Jika ia yang berada di posisi anak itu mungkin ia sudah menangis, menjerit sekencang-kencangnya.

"Ikut sama kakak yuk? Kakak obatin jempol kamu, ga boleh luka begitu nanti infeksi" Ucapnya membujuk si bocah.

"Tapi nanti kalo mama nyariin gimana?"

Mama mu udah buang kamu, astaga.. Begitu yang ingin ia katakan. Tapi rasanya tidak mungkin.

Ia tersenyum, "Nanti kakak bilang suruh jemput kamu di rumah kakak, oke?"

Anak itu mengangguk antusias. Ia lalu mengangkat anak itu kedalam gendongannya berniat membawanya ke rumahnya. Ia yakin orang tuanya akan merasa iba melihat anak digendongannya.

"Oiya, kakak belom tau nama kamu. Nama kamu siapa?"

"Aku Lee Felix, kakak?"

"Nama kakak Bangchan."

RED PAINT. | Stray Kids maknae line [✓]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin