Part 24. FRN

62 15 0
                                    

Halo, ada yang kangen?
Hehe, yuk, merapat. Fidha kembali😄

📚 Selamat Membaca📚

.

Part 24.  FRN

.

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 269)

***

"Hahaha. Ayo, kejar Tsania kalau bisa." Gadis berumur 11 tahunan itu tertawa lepas dengan kaki yang tak berhenti berlari. Sedangkan di belakangnya ada seorang laki-laki kepala dua yang mengejarnya dengan napas memburu.

Laki-laki itu menghentikan laju larinya, kakinya seolah mau lepas dari tempatnya. "Stop! Mas ... Ra ... fli nyerah," ucapnya dengan napas memburu.

Tsania yang sudah seratus meter di depannya, ikut menghentikan larinya ketika mendengar suara itu.

"Hahaha, gitu aja udah nyerah," ejeknya lalu kembali berlari ke arah Rafli yang memilih duduk di samping Nadila.

"Nad, kipasin ...," rengek Rafli manja.

Fidha dan Nadila hanya tertawa menatap Rafli yang untuk kesekian kalinya menyerah ketika tanding lari dengan Tsania. Padahal, Rafli sendiri yang mengajak Tsania untuk lomba lari.

"Anaknya mulai aktif, ya, Bund. Mentang-mentang udah sembuh, sekarang mah kerjaannya lari terus," ucap Nadila sambil melemparkan handuk kecil untuk mengusap keringat gadis remaja itu.

"Kayaknya, Tsania emang pengen jadi atlet lari, ya?" godanya lari.

Pasalnya, sejak Tsania dinyatakan sembuh dan bisa berjalan normal beberapa bulan lalu, gadis yang mulai beranjak remaja itu sangat senang berlari. Apalagi jika Rafli yang sok-sokan nantanging lomba lari, pasti Tsania yang akan menang. Bukan Rafli yang mengalah, tetapi memang Tsania mempunyai kemampuan dalam bidang olahraga lari, sepertinya.

"Ehehe." Gadis yang dibicarakan hanya terkekeh kecil. Dia mengambil duduk di samping kakaknya sambil meneguk air minumnya.

"Kak, boleh?" Tsania menatap Fidha penuh harap.

Fidha mengernyit bingung. "Boleh apa?" Namun, setelah mendapatkan kode dari Nadila, dia mulai paham arah pertanyaan adiknya itu.

"Boleh dong. Kakak nggak mungkin larang apa yang kamu suka dan inginkan, selagi masih dalam jalan yang benar dan tetap mematuhi syariah Islam," ucap Fidha lembut.

"Nah, 'kan! Kakak kamu aja udah setuju, sekarang saatnya kamu yang mulai," ucap Nadila ikut mendukung.

"Tenang, Mas Rafli akan membantu carikan tempat yang cocok buat kamu," ucap Rafli yang sedari tadi rebahan di samping Nadila.

"Beneran, Mas? Makasih, ya. Pokoknya, Tsania nggak akan menyia-nyiakan kesempatan, Tsania akan berusaha agar bisa menjadi atlet lari yang bisa membanggakan," ucap Tsania berbinar.

Bisa dilihat dari ekspresi wajahnya, bahwa dia sangat bahagia mendapatkan dukungan dari kakak-kakaknya. Iya, dia memang sudah menganggap Nadila dan Rafli seperti kakaknya sendiri.

Fidha terkekeh. Dia sedikit menyesal karena kurang peka pada bakat yang adiknya miliki, tetapi dia ikut senang jika Tsania bahagia mendapatkan dukungan untuk menjadi atlet lari.

Nathan untuk Fidha [Terbit]Where stories live. Discover now