33. Rantai pemberian

216 44 35
                                    

"Ketakutan terbesar bagiku adalah ketika separuh hatimu diberikan kepada selain aku."

"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Bela turun dari motor, membuka helm yang membungkus kepala, menyerahkan benda tersebut pada si pengemudi lantas merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena terbang tertiup angin kala di perjalanan.

"Besok-besok jangan, ya," ucap Bela.

Genta ikut membuka helmnya yang diletakkan di atas tangki. "Apanya yang jangan?" tanya pemuda itu menaikkan alis bingung.

Bibir Bela mengulum ke dalam, pandangannya terarah ke bawah. "Jangan jagain gue, enggak enak sama Nara," cicitnya sangat pelan.

"Hah?" beo Genta. "Lo ngomong apa? Yang jelas, gue enggak denger tadi."

Akhirnya Bela mengangkat kepala, menatap Genta lurus. "Besok-besok jangan mau gue repotin lagi. Lo enggak perlu pagi-pagi jemput gue, lo enggak perlu jauh-jauh anter gue pulang, lo jangan selalu stay di deket gue waktu di sekolah. Pokoknya bersikap sewajarnya aja, kayak waktu kita kenal cuma sebatas satu ekstra doang. Boleh?" Panjang lebar Bela bersuara.

Genta hanya memperhatikan tanpa minat. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, hanya formalitas saja. "Udah?"

"Genta gue serius." Bela merengek, meluruhkan garis wajah. Bibir gadis itu membentuk lengkungan ke bawah. "Gue enggak enak jadi beban--"

"Yang bilang beban siapa?" sela Genta cepat.

Bela mendengus seraya berdecak. "Gue ngerasanya gitu, jadi beban lo."

"Tapi gue enggak ngerasa lo beban gue," ucap Genta.

"Ta....."

"Bel."

Lagi-lagi Bela menghela nafas panjang. "Jujur, ya. Gue enggak enak sama Zinara. Gue deket-deket lo tuh gue ngerasa bersalah sama dia. Terus juga gue udah ambil waktu lo dari dia. Padahal Nara baik parah sama gue," ungkapnya sungguh-sungguh.

Bukannya menanggapi dengan serius, pemuda itu hanya terkekeh seraya turun dari kuda besi. "Nara bukan orang kayak gitu, tenang aja."

"Tapi tetep aja gue--"

"Yuk masuk yuk. Bokap lo katanya mau ngobrol sama gue," ajak Genta mendahului masuk ke rumah, seakan melupakan jika yang menjadi tuan rumah adalah Bela.

🌌🌌🌌

"Ya udah deh kalo gitu. Gue tutup, ya, Nes."

Cuma Teman [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora