PROLOG

35 4 3
                                    

Prolog

Paris, 30 Desember 2021

Malam hari yang begitu dingin di kota paris menyelimuti dua orang yang tengah duduk di sebuah kursi di atas balkon, keduanya tengah menikmati keindahan menara Eiffel ibukota Prancis ini.

Kota Paris terlihat indah saat dilihat dimalam hari, banyak lampu yang menyala juga jalan kota Paris yang terlihat ramai. Menara kota Paris terlihat berwarna emas menyala, hingga orang akan terhipnotis saat melihat keindahannya.

“Lang.”
Panggil seorang gadis dengan rambut hitam  kecokelatan yang dibiarkan terurai, juga jaket tebal warna coksu yang menyelimuti tubuhnya.

Wajahnya putih pucat, mungil, mata hitam Belo, hidung mancung dan bibir tipis pink alami, membuat orang yang melihatnya tak akan bosan.

“Ya?” jawab seorang lelaki yang duduk disamping-Nya, lelaki itu hanya mengenakan kemeja hitam, dan juga celana hitam sebagai bawahannya. Wajahnya begitu tampan, rambut hitam yang tersisir rapi, juga kulit putih yang membuat semua wanita tergila-gila pada dirinya.

Lelaki itu menatap gadis disampingnya saat gadis itu memanggil namanya. Namun gadis yang ditatapnya tidak menatapnya kembali hanya menatap lurus ke arah menara Paris. Gadis itu lalu melanjutkan kembali perkataannya. “Gue mau tanya sesuatu boleh ga?”

“Boleh, tapi jangan tanya yang aneh-aneh,” jawabnya menatapnya sejenak lalu kembali menatap lurus ke arah menara Eiffel.

“hahaha, iya,” tawanya.

....

Hening, seketika terjadi keheningan diantara mereka berdua.

“Lang, apa yang lo inginkan sebelum gue mati?” tanya gadis itu.

“Bukannya kebalik? Harusnya gue yang tanya, ‘apa yang lo inginkan sebelum lo mati?” jawab sang pria.

Gadis itu menggeleng lalu kembali berkata, “Hm, enggak, udah jawab aja.”

Pria dengan kemeja hitam itu menarik nafas nya perlahan lalu menjawab pertanyaan dari gadis tersebut. Mata yang tadinya menatap ke arah menara kini beralih menatap gadis yang berada disampingnya. Gadis itu juga menatapnya, terlihat raut wajah seperti meminta sebuah jawaban.

“Oke, keinginan gue, gue ingin lo tetap hidup, disini, terus berada disamping gue. Enggak ada kata terakhir dan selamat tinggal antara gue dan lo Rain.”

Gadis itu menyunggingkan senyumannya, dia mendekatkan tubuhnya lalu merangkul tangannya sembari menyenderkan kepala pada pundak sang pria. Perlahan mata yang indah itu mulai tertutup, dia sudah tertidur lelap.

“Gue gak tau, kenapa gue begitu khawatir sama lo, yang jelas-jelas bukan siapa-siapa gue. Gue bingung sama perasaan gue Rain, apa mungkin gue udah mulai mencintai lo?” ucapnya, lalu menoleh melihat gadis yang diajak bicara sudah tidur terlelap dipundaknya.

Pria itu tersenyum  mengelus rambutnya perlahan lalu ikut membaringkan kepalanya pada kepala sang gadis.

☀️ Diary ☀️

Hai tuhan, hanya ingin mengabarkan sampai hari ini kabarku baik baik saja, hanya saja—mungkin sesekali aku merasakan rasa sakit pada bagian dada. Namun tak apa tuhan, karena aku tau engkau selalu bersamaku.

Tuhan apakah engkau tau siapa namaku? Pastinya engkau tau tentang namaku ini, tentang kejadian kejadian pahit dibalik namaku ini. Namaku ini adalah hari dimana engkau mencabut nyawa ayahku, dan namaku ini juga hari dimana aku di diagnosis kanker paru-paru.

“Kanker paru-paru?” ucap seorang pria yang tengah membaca sebuah buku diary bergambar zodiak cancer, yang pastinya bukan milik pria itu. Kemudian dia membalikkan buku itu ke halaman berikutnya dan lanjut membaca.

Tapi meski begitu aku tidak pernah membenci arti dari nama ku sekalipun itu mengingatkan ku tentang masa lalu yang begitu kelam.

Aku tidak akan marah padamu atas semua cobaan yang kau berikan padaku, karena aku tau semua itu pasti memiliki tujuan, tujuan untuk menjadikanku lebih sabar, dan aku tau tuhan sangat sayang padaku.

Tuhan, berapa lama lagi aku hidup didunia, karena hari ini aku merasa hidupku tidak akan lama lagi.

“Ehm, serius banget bacanya,” ucap seorang gadis yang tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya. Dia pun langsung menghentikan aktivitas membaca bukunya, kemudian beranjak dari tempat duduknya saat sadar akan kehadiran gadis itu.

Gadis itu mengulurkan tangannya sembari berkata, “Sini.”

Tak ada jawaban, pria itu masih berdiri kebingungan dengan apa yang dimaksud gadis itu, apa mungkin buku diary ini.

“Apanya?”

Gadis itu mendesis kesal, lalu merebut kembali buku diary yang berada ditangan sang pria dengan kasar. “Ck, nih, ini yang gue maksud. Ini buku punya gue tau seenaknya baca buku diary orang, lain kali ijin kalo mau baca, dasar!”

“Sorry, gue gak tau,” ucap sang pria lalu mengambil tasnya yang berada di kursi, kemudian melangkahkan kakinya hendak pergi meninggalkan gadis itu.

“Eh, eh, eh, tunggu dulu!” panggil sang gadis yang membuat pria itu menghentikan langkah kakinya lalu berbalik kembali menghadap gadis yang berada dihadapannya.

“Apa lagi?” tanyanya

“Gak ada yang lo katakan lagi gitu selain sorry? Kek,  ‘lo yang sabar yah ini ujian dari tuhan’ atau ‘aduh kasihan lo mana masih muda, tetap jalanin hidup ya’ nah kaya gitu,” balasnya.

“Itu bukan urusan gue, sorry gue pergi dulu,” ucapnya.

Gadis itu mengernyitkan dahinya penuh tanya. Kek, what? Hanya itu biasanya jika ada orang yang mengetahui penyakitnya orang itu pasti akan merasa iba padanya, tapi ini tidak. Gilaaa! Ni cowo menarik pikirnya.

Pria itu kembali melangkahkan kakinya menjauh dari gadis itu, saat pertanyaan yang dilontarkannya tak penting baginya.

Namun belum sampai dua langkah ia menjejakkan kakinya, langkahnya terhentikan lagi saat tangan yang tiba tiba memegang pergelangan tangannya. Dia berbalik lalu mendesis kesal. "Ck, apalagi sih, kan bukunya udah gue balikin, terus apa lagi? "

“Minta no lo boleh ga?” pintanya dengan wajah manja. Namun bukannya luluh karena melihat wajah manjanya dia malah melihatnya tak acuh, seakan yang berdiri dihadapannya bukan manusia melainkan ulat bulu.

"Enggak sorry," ucapnya mengalihkan pandangannya dari gadis itu karena tak tahan melihat cosplay ulat bulunya. Gadis itu cemberut lalu kembali berkata,"Kalo gitu nama lo aja."

Dia menghela nafasnya perlahan, jika dia tidak memberi tahu namanya, mungkin sampai esok hari dia tidak akan pulang karena terus diganggu oleh gadis ulat bulu ini.

“Langit, nama gue Langit. Udah kan? Kalo gitu gue pergi dulu, jangan ganggu gue lagi,” ucapnya kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gadis yang sedari tadi terus menghentikannya.

“Langit? Apa mungkin dia adalah orang yang akan melengkapi hidup gue? Seperti nya memang Tuhan merencanakan sesuatu antara dia dan gue,” ucapnya, sembari mencium dan memeluk buku diary miliknya.

______________________________________

______________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
365 Days With You [ON GOING]Where stories live. Discover now