365 Days with you - {1}

45 4 1
                                    

~ To 365 Days with you ~

Rain Valenta  itu adalah nama dari gadis berparas cantik yang ketika orang melihatnya tak akan bosan. Dia memiliki rambut dengan panjang sedada berwarna hitam kecokelatan, mata hitam Belo, hidung mancung juga kulit berwarna putih pucat. Tak lupa juga Rain memiliki gigi putih yang tersusun rapi, dia akan terlihat manis saat tertawa.

Rain menyukai hujan meski dia tahu ayahnya meninggal dunia saat hujan dan saat hujan juga dia di diagnosis penyakit yang membuat hidupnya tak akan lama lagi, itu masih kemungkinan, karena kita dan Rain sendiri tak tahu apa kehendak Tuhan.

Meski Rain memiliki penyakit yang bisa dibilang berbahaya bagi kehidupannya, namun Rain tak mau diperlakukan spesial hanya karena dia memiliki penyakit ini. Rain ingin orang orang termasuk orang tuanya memperlakukan dia layaknya seperti remaja pada umumnya, remaja baik-baik saja yang tidak mempunyai penyakit seperti Rain.

Pukul 06.00

Jam menunjukkan pukul 06.00, Rain sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rain menyiapkan buku dan peralatan sekolahnya ke dalam tas, setelah selesai dia berdiri lalu menatap dirinya dicermin untuk  merapikan rambut dan juga bedak yang ada di wajahnya.

Ini adalah MPLS pertama Rain di SMA Nusa Bangsa, dia tak boleh terlambat dihari pertamanya. Rain keluar dari kamarnya saat merasa dirinya sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

Ia melihat ke arah meja makan yang dimana ibu negara sudah menunggu nya untuk makan bersama.

Rain melangkahkan kakinya menuju meja makan, ia menyunggingkan senyuman pada ibu tersayang nya.

Risa Sarasvati wanita paruh baya ibu tersayangnya Rain. Risa—ibu dari Rain berumur 36 tahun, wajahnya rupawan, putih seperti kulit Rain. Matanya belo sama seperti putrinya, hidung mancung, dan rambutnya panjang sedada.

Kata orang, mereka bagai pinang dibelah dua jika disandingkan. Karena wajah mereka yang begitu mirip, dan wajah Risa yang masih terlihat muda membuat orang terkadang sulit membedakannya.

Rain menarik sebuah kursi sembari menyapa ibunya. "Pagi mah," sapa Rain.

"Pagi sayang," balas ibunya. Dia menyiapkan sebuah piring lalu memberikannya pada Rain.

"Hari ini, hari pertama kamu sekolah. Ingat, jangan sampai kecapekan, kalo kambuh langsung minum obat." tutur Risa lalu dibalas anggukan Rain. "Iya mah, iya."

"Udah pokoknya mamah jangan terlalu khawatir sama Rain, Rain gak suka. Mamah tau sendiri kan Rain orangnya kuat kaya mamahnya hehe," ucap Rain tertawa kecil.

Risa hanya bisa menggeleng lalu ikut tertawa bersama Rain. "Kamu ini yah, bisa aja," ucap mamahnya mencubit pelan pipi Rain.

"Udah, habisin sarapannya," ucap Risa, Rain mengangguk lalu menjawab, "Iya, ini udah mau habis kok."

Rain menyantap sarapannya dengan lahap. Seperti biasa roti dan selai strawberry adalah sarapan favoritnya di pagi hari, tak lupa dengan segelas susu agar lebih nikmat.

Sepuluh menit berlalu, Rain sudah menghabiskan sarapan pagi nya. Ia pun berdiri sembari merapikan seragamnya kemudian berkata, "Mah aku berangkat ya." Risa mengangguk, lalu tersenyum. "Iya sayang, hati hati dijalan."

Setelah berpamitan dengan Risa, Rain melangkah keluar pintu rumah menuju sebuah mobil berwarna hitam. Disana sudah ada pria paruh baya yang menunggunya untuk membukakan pintu buat Rain.

Rain tersenyum pada pria paruh baya itu saat dia membukakan pintu mobil untuk nya. "Makasih pak Dino," ucap Rain.

Sebut saja dia Pak Dino—nama lengkapnya Dino Sutisna. Pak Dino adalah supir setia ibu Risa Sarasvati, dia sudah ada sejak ayah Rain belum meninggal dunia. Pak Dino adalah supir yang jujur dan bertanggung jawab, tak heran jika Risa selalu menaikkan gaji nya.

🌙

"Makasih Pak Dino, saya berangkat dulu ya," ucap Rain sembari menutup pintu mobilnya.

"Iya non, hati hati ya non kata ibu harus dijaga pola makan di sekolah nya. Sama jangan terlalu kecapekan katanya." ucap Pak Dino.

Rain mengangguk lalu kembali berkata, "Iya pak siapp." ucap Rain mengangkat tangannya hormat.

"Kalo gitu saya juga pergi dulu ya non," ucap pak Dino lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil.

"Mau pergi kemana pak, mau apel ya? Inget umur Pak Dino udah tua ihh," ucap Rain menggoda Pak Dino.

"Ihh, si non mah. Ya enggak lah, Pak Dino kan udah punya istri mana mungkin Pak Dino kaya gitu," ucap Pak Dino.

"Hehe becanda pak, tong punung atuh." ucap Rain.

/jangan marah dong.

"Enggak non, ya sudah kalo gitu pak Dino berangkat ya non." Rain mengangguk lalu menjawab,"Iya pak, hati-hati."

Pak Dino menancapkan gas nya, lalu melajukan mobilnya pergi meninggalkan sekolah.

Rain berdiri di gerbang sekolah, memperhatikan bangunan kokoh yang berada di depan nya. Matanya kemudian tertuju pada tulisan besar yang terpampang di gerbang sekolah.

"SMA Nusa Bangsa," ucapnya pelan.

Rain berharap dia bisa mendapatkan teman di sekolah ini. Tak perlu banyak, asal ada seseorang yang benar benar tulus menjadi temannya. Bukan teman yang datang saat butuh nya saja. Namun teman yang selalu ada dikala susah maupun senang.

Rain melangkahkan kakinya masuk ke sekolah. Dia memperhatikan satu persatu murid disana, ada yang berlarian karena takut terlambat ada juga yang berjalan santai seperti dirinya.

Rain tiba-tiba tersenyum, teringat seseorang, orang yang pernah ia temui di taman dua hari yang lalu. Pria yang membaca buku diary nya, dia masih ingat namanya, ya namanya adalah Langit. Dia berharap Tuhan kembali mempertemukan dia dengan pria itu.

Ah, dia juga berharap pria itu sekolah di sekolah ini, bisa aja kan. Ga ada yang tau apa itu rencana Tuhan iya kan?

"Lang!"

Terdengar panggilan dari seorang lelaki dari seberang, Rain mulai mencerna satu persatu kata katanya. Apa pria tadi menyerukan nama Lang? Lang, apakah dia langit? Pikirnya.

"Semua persiapan udah beres, tinggal ngumpulin siswa-siswi MPLS nya,"

"Oke, kalo gitu suruh mereka berkumpul di lapangan pukul tujuh. Dan jika ada ada murid yang datang lewat pukul tujuh, beri mereka hukuman lari lapangan 10 kali. Biar ada rasa disiplin pada mereka." ucap sang pria yang suaranya tak asing bagi Rain.

Ya, suara itu jelas suara pria yang dia temui di taman dua hari yang lalu suara khas bernada berat milik langit. Dia tak mungkin salah!

Rain mencoba mencari sumber suara itu, satu satu persatu murid ia perhatikan tanpa ada yang terlewat satu pun. Ah, sial! Susah sekali ternyata.

"Ck, mana sih tu cowo, apa gue salah dengar ya?" gerutu Rain.

Rain mengarahkan pandangannya ke kiri, matanya terbelalak sekaligus senang karena pria yang ingin sekali ia temui ternyata dia sekolah disini. Langit sekolah di SMA Nusa Bangsa, ah senangnya, ternyata memang benar dunia itu sempit.

Rain berlari kecil mencoba menghampiri langit, namun yang dihampirinya justru pergi meninggalkannya, Rain terlambat lagi-lagi dia kehilangan jejak pria itu.





365 Days With You [ON GOING]Where stories live. Discover now