#Part 25 🌑JELMAAN SUAMIKU 🌑

5.9K 274 46
                                    

Terasa berat langkah ini, sakit di sekujur badan, ditambah dengan sakit hatiku, rasanya tidak bisa di jelaskan lagi. Aku keluar dari ruangan ini dengan perasaan hancur. Tempat luas terasa lebih luas, langkah kaki tersendat, berat sekali. Pandangan berkunang-kunang sehingga seluruh ruangan nampak samar.

"Tidak, aku tidak boleh lemah!"

"Kuatkan aku, ya Allah."

Aku sudah tidak kuat sampai pada akhirnya aku terjatuh, berdiri saja sudah tidak mampu. Ku sandarkan badanku ke sisi sudut dinding.
Sudah tidak perduli lagi dengan kondisi tempat yang kumuh dan kotor.

***

"Kakek?"

Aku melihat kakek Tohir disana, ia menoleh ke arahku lalu tersenyum. Ku balas senyumnya.

"Kakek Tohir pasti akan menolong dan menjemputku!"

Aku bangkit dari posisi bersandar dan berusaha sekuat tenaga menghampiri nya.

"Kakek, tolong bawa aku ke lorong hitam. Tolong antarkan pulang ke rumah, aku ingin kembali!" pintaku.

Dia terdiam, terpaksa ku dekati kakek Tohir dengan wajah penuh harap.

"Semua ini belum selesai," jawabnya.

"Apa lagi yang harus aku selesaikan disini, tidak ada alasan lagi aku bertahan, tidak ada yang perlu di perjuangkan, mas Rey telah mengecewakan ku.
Ternyata sifatnya sama seperti yang lain. Dia penipu, pendusta, kejam dan jahat. Aku nyaris mati ditangan nya. Kakek tolong bawa aku pergi dari sini, aku ingin pulang," jelasku.

"Kekkkkk, kakek, kakek Tohirrrrr!" panggil ku.

Kakek Tohir tidak mau membantuku, dia terus saja menjauh.

"Kakek, jangan!" teriak ku.

Kakek Tohir mendekati kobaran api, dia berisap masuk ke dalam lingkaran tanpa menghiraukan perkataan ku, setelah itu Kakek Tohir menjatuhkan dirinya dengan sengaja meskipun aku sudah melarang nya.

***

"Kakek Tohir!" teriak ku.

Ku lihat ke sekeliling ruangan, tidak ada kakek Tohir disini. Bahkan aku baru ingat, aku jatuh pingsan saat berusaha keluar dari tempat ini.

Tapi kenapa kakek Tohir tiba-tiba muncul dalam mimpiku? lalu kakek Tohir menjatuhkan dirinya sendiri ke lingkaran api?

"ASTAGHFIRULLAH, ASTAGFIRULLAH ASTAGFIRULLAH."

Aku mencoba bangkit, entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, ku harap mereka tidak mengejar ku sampai kemari.

[Allhamdulilah]

***

"Aw, sakit sekali," keluh ku, karena keluar sedikit darah dari luka memar di kening ku.

"Aku harus cepat keluar,"

Hanya ada satu jalan yang harus aku lewati. Ruangan terakhir, dimana sandiwara penyiksaan mas Rey dimulai dan di perlihatkan melalui mimpiku, sangat licik!

Masih ada kobaran api besar yang menyala, aku berjalan tergesa-gesa menggapai pintu utama.
Tetapi kenapa langkah berat kembali, seakan meminta ku agar berhenti. Mataku tertuju ke arah lingkaran api, disana lah kakek Tohir menjatuhkan dirinya dengan sengaja.

Aku langsung memikirkan kakek Tohir. Apa dia sedang dalam bahaya?

Perasaan tidak bisa di bohongi, memang berat sekali ku tinggalkan tempat ini.
Rasa ingin mendekati lingakaran api semakin besar, aku takut jika ini suatu pertanda bahwa kakek Tohir membutuhkan pertolongan, dia masuk ke dalam lingkaran api itu ketika hendak menolong ku kemari.

***

Aku mendekat, sangat dekat. Sudah terasa hawa panas ke seluruh badan, sehingga membuat ku semakin tidak tidak bisa terus melangkah.

Tapi kenapa hati kecil memintaku terus melangkah?

Bagaimana caranya aku bisa kesana, sedangkan kobaran api itu sangat besar.

"Awww, sakit!" telinga berdengung sangat keras.

"Carilah mata air yang berada di dekat pohon besar, lalu kembali lah ke dalam, siramkan air tersebut ke kobaran api segera." ucap suara misterius.

Suara siapa itu? sepertinya aku mengenal nya. "Itu suara nenek Tohir!"

Apakah memang kakek Tohir di dalam lingkaran api ini, jika benar begitu, kakek Tohir sedang dalam bahaya, aku harus berusaha menyelamatkan nya!

***

Di tengah pencarian, aku menemukan mata air yang terletak di samping pohon besar, pohon ini seperti pohon yang pernah menunjukan petunjuk untuk ku waktu lalu.

Kenapa bisa pohon ini ada disini?

Kedua tangan ku ergunakan untuk mengambil air. Setengah berlari ku bawa ke dalam ruangan itu kembali, tetapi tetap saja, air itu habis menetes di tengah jalan.

"Setidaknya aku sudah berusaha, aku akan mengulangi nya lagi sebelum kobaran api itu mati." tekad ku.

Sesampai nya aku hanya bisa membawa air beberapa tetes saja ditangan ku, lalu bagaimana caraku agar bisa memadamkan api ini  ya Allah.

***

Bagaimana caranya Ratih memadamkan api besar itu?

Benarkah kakek Tohir berada di lingkaran api?

Ataukah ini hanya jembatan untuk Ratih?

BERSAMBUNG. ➡

 JELMAAN SUAMIKUWhere stories live. Discover now