[ANVALLER 49]

2.6K 194 7
                                    

Play the music

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Play the music.
Sabda rindu - lyodra

-VALDERZONE-

Erlangga baru saja datang dari kantor, memasuki rumahnya dengan melepas jas, di barengi memberikan tas kantornya ke pada adira-istrinya.

"Di meja ruang tamu." Tunjuk Adira tiba-tiba dengan dagunya ke arah ruang tamu.

Erlangga mengerutkan kening tak mengerti, dan ia pun segera melangkah ke ruang tamu untuk melihat yang di maksud Adira.

FOR PAPA.

Erlangga membaca tumpukan kertas yang tak ia pahami. Ia membuka satu persatu dari atas hingga tumpukan paling bawah.

"Fikar! Turun sekarang!" Teriak Erlangga seraya merapikan kembali kertas tersebut.

Fikar berlari kecil turun dari kamarnya dengan rasa malas, entah masalah baru apa yang akan ia dapat dari Erlangga.

"Apa lagi pa? Masih kurang? Masih kurangg fikar buktiin segi-"

Deg!

Seketika tubuh Fikar meremang, ia tertegun di tempatnya. Erlangga memeluk putranya erat. Senyum pun merekah di bibirnya, di sisi Fikar, cowok itu terdiam tak mengerti antara dia harud bahagia atau bingung.

"Pa?" Panggil Fikar

Erlangga melepas pelukannya, ia menatap Fikar berbinar.

"Fikar. Asal kamu tau, papa selama ini marah, suruh kamu ikut ngerjain tugas papa, karena papa cuma mau liat kamu ambis lagi seperti dulu." kata Erlangga mengusap kepala bagian belakang putranya lembut.

"Beberapa bulan terakhir papa liat kamu main, pulang malem terus, nggak ada papa liat kamu bawa penghargaan lagi kayak gini," erlangga mengangkat piagam dan penghargaan milik fikar.

"apalagi, selama kamu ikut geng motor itu. Pulang sering babak belur, pergi malem, nggak pernah dengerin papa. Jadi semua yang papa lakuin selama ini, itu juga buat masa depan kamu, ngerti?" Tegas Erlangga memperjelas semua yang ia lakukan demi putra bungsunya.

Semua orang tua pasti ingin menjadikan anaknya sebagai orang yang berguna kedepannya, namun mereka tidak selalu mengerti apa yang anak inginkan untuk dirinya sendiri. Yang baik untuk orang tua Tidak pasti baik untuk anak mereka.

"Iya, pa, Fikar ngerti. Tapi jangan salahin anvaller untuk alasan Fikar malas dalam hal akademik, anvaller itu buat fikar semangat, dapat nilai bagus di sekolah dan sebagai penghibur kalau Fikar lagi capek. Bukan pengahalang atau perusak." Jawab Fikar menjelaskan.

Erlangga menepuk pundak putranya, pelan. "Oke, papa percaya sama kamu. Tapi inget, prestasi no satu, terus kejar Sampi kamu lulus dan dapat nilai tertinggi." Pesan Erlangga mengerti.

"I know, pa. Jadi, target Fikar menurut perjanjian papa, lunas?" Tanya Fikar

Erlangga mengangguk dengan menarik sudut bibirnya. "Ya, untuk kali ini. Tapi kedepannya, harus kamu tingkatin lagi. Setuju?" Erlangga mengepalkan tangannya ke arah Fikar.

Anvaller [END]Where stories live. Discover now