20-ARRIVAL OF BROTHER KIN

2.6K 189 12
                                    

Happy Reading.

***

Dan di sinilah saat ini Remon berada. Ruang BK dengan empat orang menghadapnya. Dua di serong kirinya sedangkan dua lagi di serong kanannya. Mereka berempat menatap Remon menuntut, sedangkan yang ditatap malah sibuk membolak-balik majalah dewasa yang diambilnya dari atas meja.

Remon membalik halaman kemudian mendongak menatap Pak Niko. "Punya Bapak?" tanyanya sembari mengangkat sebelah alis.

Pak Niko mengernyit kemudian menjawab, "Sembarangan! Itu punya Bu Tumy, bukan Bapak. Memang dikira Bapak ini lelaki apa punya majalah seperti itu!" ketusnya sembari membuang muka.

Remon mengangguk paham. Membalik halaman berikutnya. Sedangkan Pak Bedros yang melihat itu menggeram pelan. Pembahasan macam apa ini?! Tujuannya membawa Remon ke ruang BK adalah untuk menginterogasinya mengenai kejadian di kamar mandi tetapi justru yang dibahas malah majalah yang ada di tangan pemuda itu.

Pak Bedros berdeham, "Remon, bisa tolong singkirkan dulu majalah itu?" kata Pak Bedros mengalihkan pandangan Remon. Remon mengangguk seraya meletakkan majalah yang dipegangnya di atas meja. Ia kemudian mendongak menatap Pak Bedros menelisik. "Langsung to the point saja, Remon. Apa alasan kamu berbuat demikian pada Kin?"

Selama beberapa detik Remon terdiam. Menelengkan sedikit kepalanya kemudian berkata, "What?" tanyanya seolah-olah tak mengerti. Lelaki muda itu berniat bermain-main dengan lelaki tua di depannya.

Pak Bedros menghela napas panjang. Mengangkat tangannya dan menunjuk Bu Nunuk, mengode guru itu agar berbicara pada Remon. Jika boleh jujur, ia sudah lelah mengurusi murid semacam Remon ini. Remon memang tidak banyak tingkah, tidak terlalu trouble di sekolah, justru Remon cenderung acuh. Namun justru sifat itulah yang membuatnya sering dibicarakan oleh para guru. Remon itu pendiam. Bukan pendiam atas dasar dirinya yang pemalu, tetapi diamnya memang ciri khas pemuda itu. Bersikap seolah bodoamat terhadap sesuatu, tetapi justru jauh di pikirannya melambung berbagai rencana yang tersusun. Remon ... orang yang amat sulit ditebak.

Bu Nunuk tersenyum tipis. Memperbaiki letak duduknya dengan mata yang terus menatap Remon. "Tanpa perlu menjelaskan, pasti kamu sudah tahu, Remon. Apa alasan kamu berbuat demikian terhadap Kin hingga saat ini dia bisa kritis di rumah sakit?"

Remon mengulum bibir. Benar-benar tak menyangka kalau Kin sedang kritis. Padahal ia merasa tidak terlalu kasar pada Kin. Serius! Mungkin memang Kin saja yang lemah.

"Remon," panggil Bu Nunuk ketika melihat Remon yang justru diam. "Berikan kami alasan yang masuk akal untuk menyelamatkan kamu dari tahanan. Kamu tahu Remon, orangtua Kin, termasuk orang besar di negara ini. Akan sulit untuk kamu menampik dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal."

Remon mengangguk, mengeluarkan kalimat yang membuat semua orang terperanjat. "Because ... i want to hit him."

"Alasan macam apa itu, Remon?! Hanya karena ingin menghajar Kin kamu sampai membuat dia kritis?!" hardik Pak Adnan murka. Semua yang ada di sana menatap Remon tajam. Tatapan mereka menghunus Remon dalam-dalam. Apalagi ketika melihat Remon yang dengan entengnya mengangguk.

"Tidak waras kamu, Remon!" sarkas Bu Nunuk sebelum bangkit dan keluar ruang BK.

Pak Niko menghela napas pasrah. "Siap-siap dibawa ke kantor polisi kamu. Ingat Remon, kamu bisa saja dikeluarkan dari Thersia State High School," tegasnya juga ikut keluar di belakang Bu Nunuk. "Dan satu lagi. Kali ini kami tidak akan bisa membantu."

REMONESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang