Bagian 15

80 11 4
                                    

Aku tidak tahu apa rencana Allah kedepannya, Tapi ku yakin itulah yang terbaik.

~Fahima Khairunnisa~

--oOo--

Malam ini Fahima tidak mengetahui maksud orang tuanya menyuruhnya berdandan. Tapi ia hanya bisa menurutinya. Karena ia pikir mereka akan mengadakan quality time dengan jalan-jalan atau makan malam di luar mungkin. Tapi jika hanya keluar makan atau jalan-jalan, kenapa sampai ia disuruh untuk berdandan layaknya orang yang akan pergi ke kondangan. Fahima menjadi bingung.

Sejak tiga puluh menit yang lalu, Fahima sebenarnya sudah selesai merias dirinya. Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya meyiapkan diri. Karena ia tidak suka dengan hal yang ribet-ribet dalam penampilan. Apalagi tujuan kita berjilbab yaitu untuk menutup aurat agar orang-orang yang tidak berhak atasnya tidak dapat menikmatinya. Fahima begitu mengingat ucapan Ustadzah Aminah waktu di pesantren dulu, bahwa seorang muslimah tidak hanya sekedar menutup aurat, melainkan ia juga harus menjaga penampilannya agar tetap terlihat sederhana. Karena kalau penampilan seorang muslimah cenderung mencolok, maka sama saja dengan ia mengundang perhatian banyak orang. Apalagi jika sampai menjadi perhatian lelaki yang bukan mahramnya, lantas lelaki itu memikirkan yang tidak-tidak tentangnya dan otomatis ia juga akan berdosa. Akhirnya Fahima memilih menggunakan gamis polos sederhana yang berwarna dongker dan dipadukan dengan hijab syar’i yang berwarna senada. Ditambah dengan make up yang bisa dibilang sangat tipis.

Disela-sela dirinya mengamati penampilannya di depan cermin, Fahima menoleh ketika mendengar suara pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.

“Kak Nisya. Kakak datang juga? Memangnya kita mau kemana sih?”Ujar Fahima dengan nada yang sangat penasaran. Ia mengikuti langkah kakanya yang kini sudah duduk di sofa yang ada di kamarnya.

“Kita nggak kemana-mana kok. Kita bakalan Stay at home tonight.” Nisya tersenyum lembut kepada Fahima.

“Tapi kok Uma dan Abi nyuruh aku dandan segala. Memangnya di rumah ini ada acara apa? Tadi pas pulang dari kantor aku lihat Uma sedang membuat kue, pas aku tanya Uma nggak ngejawab apa-apa” Sorot mata Fahima terus menatap sosok di hadapannya dengan raut yang penasaran. Tapi wanita itu masih bungkam. Ia tidak ingin menyampaikan kenyataan yang akan terjadi. Ia takut Fahima bakalan syok, bahkan kecewa. Biarlah ia tahu sendiri nantinya.

“Kak.. Plissss. Jelasin ke aku dong” Fahima berusaha merayu kakanya. Tapi tiba-tiba dari arah luar terdengar suara Haydar yang memanggil mereka berdua. Otomatis Nisya langsung menggandeng lengan adiknya untuk keluar. Fahima semakin tidak paham dengan tingkah orang-orang di rumahnya. Padahal tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, tidak ada yang aneh dengan orang tuanya. Berbagai pertanyaan terus menari-nari di kepala wanita itu. Akhirnya ia hanya bisa bungkam. Tidak ada satupun orang yang bisa memberikan jawaban kepadanya.

Saat memasuki ruang tamu, Fahima menjadi dibuat kebingungan oleh kehadiran beberapa orang yang telah dikenalnya sedang bercengkrama dengan kedua orang tuanya disana. Menyadari kehadiran Fahima, semua mata beralih dan tertuju padanya.

“Fah, sini sayang” Titah Nadya dengan nada bicara yang begitu lembut. Fahima mengangguk lalu ikut duduk di antara Nadia dan Faris. Sedangkan Nisya ikut duduk di sofa yang lain bersama dengan Haidar.

“Masya Allah, nggak nyangka anak kamu semakin cantik, Nad” Puji Lisa dengan tatapan yang penuh kekaguman kepada Fahima. Menyadari hal tersebut, seorang lelaki yang duduk diantara kedua orang tuanya mendongak menatap objek yang baru saja mendapatkan pujian dari ibunya. Lantas, dalam hati iapun mengakui bahwa Fahima begitu cantik, meskipun penampilannya terbilang sangat sederhana. Sangat jauh berbeda dari wanita seusianya yang rela menghabiskan uang demi memperoleh barang-barang mewah. Fahima----- wanita itu hanya tersenyum sekedarnya. Wajahnya tampak memerah karena malu.

FAHIMA✓Where stories live. Discover now