Sakit

25 3 1
                                    

'Kalau bukan karena Tuhan yabg titipkan rasa ini,
Saya juga nggak mau
Terus tersiksa seperti ini.'
-
Heart Speak Quote












Yadi berdiam di kelas meski bel istirahat kedua telah berbunyi. Ia masih setia membaca komik pemberian Vanilla. Tanpa ia sadari, di seberang bangku, sepasang mata tengah mencuri pandang ke arahnya. Bibirnya komat-kamit menahan kesal.

Hingga jam istirahat hanya tertinggal lima menit dan suasana kelas benar-benar sepi. Yadi menutup komiknya. Ia menoleh menatap Dera. Sudut matanya jelas melirik Yadi. Namun tubuhnya tak bergeser sedikitpun untuk mengikuti arah pandangnya.

Satu menit berlalu, namun Dera masih tetap pada posisinya.

"Lo gak jajan?" Tanya Yadi akhirnya. Dera gelagapan, gadis itu salah tingkah.

"Hm?"

"Lo gak pergi ke kantin?" Ulang Yadi.

"Em, enggak. Nggak laper." Jawab Dera.

"Yaudah," Yadi beranjak dari bangkunya. Tak seperti biasanya, ia yang terbiasa membawa komik kini meninggalkan buku tersebut diatas meja. Cowok itu menggeloyor tepat di depan mata Dera.

"Tunggu," cegah Dera menghentikan langkah Yadi. Yadi menoleh.

"lo lupa bawa komik lo," ucap Dera mengingatkan.

"dan, lo mau kemana?" Tanya Dera.

####

Sepulang sekolah Yadi berdiam diri di atap. Ia nampak menunggu seseorang. Pintu atap berderit, seseorang membuka pintu dan melangkah menghampiri Yadi.

"Apa yang pengen lo omongin?" Tanya Dera. Yadi mengulurkan komik pemberian Vanilla kepada Dera.

"Gue gak suka baca komik," terang Dera.

"Lo bakal suka setelah baca buku ini," ucap Yadi. Ia meraih tangan Dera lalu meletakan komik itu di tangannya.

"Pastiin lo selesai malem ini, temuin gue kalo udah selesai baca." Pesan Yadi lalu melewati Dera dan beranjak pergi.

"Udah gue bilang, gue gak suk-" kalimat Dera terhenti setelah beberapa bagian komik terlihat rusak. Dera menghela nafas. Ia memunggut beberapa lembar komik yang terjatuh.

####

Dera mengelem satu persatu bagian komik yang rusak. Ia dengan telaten mengurutkan kembali halaman-halaman komik tersebut. Dari sepulang sekolah, hingga pukul delapan malam, Dera tak keluar dari kamarnya. Bahkan gadis itu melewatkan makan malamnya. Seperti sihir, ia melakukan yang Yadi minta. Membaca buku itu hingga selesai dan menemuinya setelah selesai. Mata Dera terhenti tepat pada halaman yang sama seperti saat Yadi menutup komik itu dan beranjak pergi tadi waktu di ruang kelas. Dera menemukan secarik kertas terhimpit rapi sebagai pengganti halaman. Sebuah surat.

Dera membacanya perlahan, berulang-ulang, satu per satu huruf menyambung menjadi sebuah kata, kata demi kata berkumpul membentuk sebuah kalimat. Entah bagaimana, kalimat itu bisa menyakiti hati Dera. Menusuknya perlahan hingga mengucurkan setetes air mata di pipi gadis itu.

Seperti yang diinginkan Yadi, Dera mencari cowok itu setelah selesai membaca komik. Langkah kakinya memasuki kamar Yadi yang selalu terbuka. Cowok itu tengah duduk di meja belajar dengan komik yang mereka beli malam itu. Dera menghampiri Yadi. Ia berdiri tepat di depan cowok itu.

"Ceritanya keren," ungkap Dera. Yadi mendongak.

"Duduk," pinta Yadi. Dera enggan, ia memutar otak untuk mencari alasan.

Mas Suryadi, I Love You [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang