50. END

69.1K 2.2K 243
                                    

Kamu itu cuma ibu sambung. Jadi jangan berharap lebih!

Kelopak mata itu terbuka dengan cepat. Remang-remang adalah suguhan yang ia dapat. Kedua tangannya sontak menggenggam erat selimut yang menghangatkan tubuhnya.

Hanya mimpi. Tapi terdengar nyata di telinga Syera. Wanita itu menghela napas , mengucap istighfar serta menggelengkan kepala, menolak pikiran buruknya. Dengan pikiran yang masih berkelana, ia mengangkat tangan Farhan yang bertengger di perutnya. Beringsut duduk lalu meraih gelas berisi air putih dan meminumnya.

Jam beker menunjukkan pukul dua dini hari. Syera menatap suaminya yang masih terlelap, setelah puas memandang ia bersandar pada sandaran tempat tidur. Memejamkan mata untuk menetralkan kegundahannya sebelum membangunkan sang suami untuk diajak menunaikan salat Tahajud.

Itu apa?

***

Sholli ala Muhammad
Assalamu alayka ya ... Ya Rasool Allah
Assalamu alayka ya habibi Ya Nabiyya Allah
Assalamu alayka ya ... Ya Rasool Allah
Ya Rasulullah

Senyum manis terpatri di bibir Syera ketika sang suami menyambung selawat yang ia lantunkan. Ia menghentikan tangannya yang menyisir rambut ketika Farhan menjadikan bahunya sebagai sandaran dagu. Dengan bibir yang masih mengembang, Syera mengamati pantulan wajah Farhan dari cermin. Sedang Farhan menikmati aroma tubuh sang istri yang selalu memabukkan dengan mata terpejam, tak lupa kedua tangannya melingkar di perut Syera.

Hari ini, kediaman Farhan akan mengadakan syukuran atas keberhasilan putranya menjadi seorang hafiz. Tepatnya, acara akan dilangsungkan usai Zuhur nanti. Tamu yang diundang pun cukup banyak, di antaranya adalah pengurus pesantren dan kenalan dari keluarga kedua belah pihak. Itu pun belum termasuk tamu-tamu yang mungkin datang tanpa diundang.

Semua persiapan sudah siap, di lantai bawah sudah dipenuhi oleh para tetangga yang membantu mempersiapkan semua kebutuhan. Banyaknya tetangga yang datang, membuat mereka tak mengizinkan si tuan rumah—Syera, melakukan apa pun. Alhasil, Syera hanya mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan saja dan sesekali ikut bergabung dengan ibu-ibu untuk bercengkerama.

Saat ini, Syera tengah mempersiapkan diri. Pakaian serba hitam lah yang menjadi warna favoritnya semenjak bernikab. "Kamu makin cantik, dan Mas makin tua aja," ungkap Farhan dengan mata terpejam sembari tersenyum tipis.

"Alhamdulillah. Artinya bisa bikin Mas tambah betah liatin Syera, dong," gurau Syera sontak membuat Farhan langsung membuka mata dan mengecup pipi sang istri.

"Iya, Mas tambah betah kalau sama kamu," timpal Farhan terkekeh.

Bukan tersanjung, Syera justru turut mengimbangi kekehan Farhan.

Farhan berjongkok di sebelah kanan kursi yang diduduki sang istri. Memperhatikan Syera yang mengikat rambutnya dan memakai ciput. Pria itu mencondongkan kepala, lalu mengecup hidung sang istri sekilas. "Mas cinta kamu." Setelah mengatakan itu, ia memasangkan khimar serta nikab hitam senada dengan gamis yang dikenakan sang istri.

Ditatapnya lekat wajah sang istri yang hanya nampak matanya saja itu. Mata yang selalu menjadi peneduh lelahnya, mata yang selalu melebur amarah ketika Hizam berulah padanya, mata yang pernah merasakan pedihnya berjuang menaklukkan hati Hizam.

Syera adalah wanita yang telah ikhlas membersamainya kala ia tak lagi perjaka. Wanita yang mau beribadah dengannya melalui ikatan pernikahan. Wanita yang menjadi alasannya selalu kuat. Wanita yang bisa membuatnya hancur kapan saja jika meninggalkannya.

Umi untuk PutrakuWhere stories live. Discover now