Mahkota wanita: Rumah sakit Jiwa

249 28 10
                                    

Alana terbangun dari tidur panjangnya, menatap sekitar yang dipenuhi dengan cat putih. Rumah sakit, Alana sekarang berada di rumah sakit, Rumah sakit jiwa.

Alana terdiam saat ayah-nya dan Arya memandangi nya dengan tajam, tatapan dingin dan tatapan tanda tidak suka.

"Kamu udah tahu salah kamu?" Bisma–Ayah Alana memicingkan matanya kepada Alana, gadis yang menghidap penyakit Bipolar, gadis yang telah mengalami gangguan kejiwaan.

"Ayah menyuruh saya untuk tinggal disini?" Tanya Alana dengan menundukkan wajahnya, menatap sendu ranjang putih dengan iringan bunga merah yang akan menjadi tempat tinggalnya.

"Iya, sebaiknya kamu menyembunyikan identitas kamu. Dan jangan harap untuk bisa pergi dari sini." Bisma pergi meninggalkan Alana sendiri, gadis yang memiliki trauma mendalam. Arya menatap sinis dan mendecih kearah Alana dan pergi dengan menutup suara pintu dengan keras.

Bipolar, mungkin sebagian orang berfikir kalau penyakit bipolar menuju kearah perubahan suasana, sedih, bahagia, dan akan terus berubah. Tapi, jika kamu hanya sekali dan tidak kecanduan maka kamu bukanlah menghidap penyakit psikologi bipolar. Kamu hanya menunjukan perubahan situasi, suasana dan kamu hanya merasa bosan.

Bipolar, Orang-orang sering salah sangka dengan penyakit ini. Alana, tidaklah penyakit psikologi aktif, Alana bisa disembuhkan. Dan penyakit psikologi ini bisa disembuhkan, dengan menunjukan kuantitas dari orang-orang yang tulus dengannya.

Mulai dari gangguan kecemasan akibat menjadi korban pelecehan, dan gangguan tersebut semakin melonjak saat kedua orang tua Alana seakan tidak peduli, dan membuat psikologi Alana menjadi lebih parah. Depresi, dan bergantian menjadi perubahan suasana, dan menjadi penyakit psikologi Bipolar.

Alana melihat kearah jendela kamarnya, tampak orang yang berpakaian sama dengannya sedang ketawa bersama. Orang yang memiliki penyakit psikologi sama dengannya, dan orang yang bisa ketawa dengan ceria.

Alana melihat suster masuk ke kamarnya, tersenyum dan memberi makan Alana. Sesudah makan, Alana diajak berkeliling kearah taman rumah sakit jiwa tersebut. Alana melihat anak-anak, dewasa, orang tua, ataupun lansia berada disini, mungkin Alana terlalu sempit melihat dunia. Mungkin Alana tidak terlalu peka, banyak orang diluar sana yang lebih menderita daripada Alana, Alana hanya melihat dunia keluarganya, Alana hanya melihat dunia yang kecil, dan sekarang Alana bisa melihat sebagain dunia yang belum dijelajahi nya.

Alana duduk disalah satu kursi yang ada di taman dekat pohon besar, duduk memperhatikan anak kecil yang sedang meringkuk di rumput hijau.

"Anak baru?"

Alana melihat kearah pria tua, seperti berumur delapan puluh tahunan, dengan memakai baju tentara selayaknya Abdi negara. Alana hanya diam, membuat pria tua tersebut duduk di sampingnya.

"Dasar tidak punya tata krama!" Bentak pria tua tersebut, membuat Alana sedikit tersentak.

"Kalau ditanya jawab! Jangan diam! Hormat kepada yang lebih tua!" Bentak pria tua tersebut lagi, menatap tajam kearah Alana yang menatapnya dengan heran.

"Memangnya saya harus jawab apa?" Tanya Alana dengan wajah yang tidak tahu apa-apa, menatap pria tua yang sedang menatap marah kearahnya.

"Astaghfirullah, anak muda zaman sekarang, kalau ditanya sama orang tua pasti jawabannya begitu." Pria tua tersebut menggelengkan kepalanya, "Dasar tidak tahu tata krama."

Alana mendecih, menatap tajam kearah pria tua tersebut. "Memangnya saya harus sujud kepada anda? Atau saya harus minta maaf kepada anda?" Tanya Alana dengan gusar.

Alana berdiri dari pria tua tersebut, "saya tidak tahu anda siapa, dan seterusnya saya tidak akan ingin mengenal anda. Jadi, jangan bilang saya tidak punya tata krama. Anda hanya orang asing." Alana pergi meninggalkan pria tua tersebut, melangkah dengan gusar dan memasuki kamarnya.

"Menjijikan." Kata Alana kemudian, duduk dibawah kasurnya, menatap dinding putih dan melihat keadaan yang sunyi. Sekali lagi, menjijikan.

***

Mahkota WanitaWhere stories live. Discover now