Mahkota Wanita: Negara Perancis

217 24 25
                                    

Perancis. Negara dengan sejuta pesona, negara yang dikenal dengan kota romantis. Alana kini berada di negara tersebut, membuka lembaran baru dan membuat hidup Alana hidup bahagia.

"Bonjour." Alana menyapa salah satu nenek tua yang berada disebelah tokonya, nenek tua pemilik toko bunga. Nenek tua tersebut, memberikan sepucuk bunga kepada Alana, dan memberikan nasihat atau sekedar menyapa.

Alana Sriwijaya. Bukan, sekarang nama keluarga Sriwijaya sudah di hapus dari Alana. Alana, hanya Alana. Alana, gadis itu sudah berada tiga tahun di Perancis, menjadi desainer.

Gadis yang kerap dipanggil, Lana. Gadis cantik dengan senyuman indahnya. Alana berjalan berkeliling kota, melihat setiap baju dan fashion seseorang. Alana duduk di salah satu kursi yang berada di taman. Alana menggambarkan sebuah bentuk baju.

Alana atau Lana, gadis tersebut tersenyum melihat desain baju yang di gambarnya. Alana, terlihat bahagia, melupakan masa lalu yang kelam, dan membuat kehidupan barunya yang bahagia.

Tapi, semua itu hilang lenyap dalam seketika. Alana melihat Gunadarma yang berdiri di depan rumahnya, pria tampan yang membawa tas besar dan menatap Alana. Pria yang ingin Alana lupakan, pria yang membuat Alana lupa dengan rahasianya, dan pria yang sudah membuat Alana jatuh terperangkap dalam pesona Gunadarma.

"Halo, Alana." Sapa Gunadarma yang melihat Alana, gadis tersebut tampak begitu cantik, bukan hanya cantik, Alana benar-benar membuat Gunadarma ingin segera memeluk gadis kecil yang ada di hadapannya.

"Saya ingin membawa kamu pulang ke Indonesia."

"Kenapa? Saya betah disini dan ini sudah menjadi tempat tinggal saya." Alana, gadis tersebut tersenyum miris. Padahal, Alana sudah mulai melupakan pria yang ada di hadapannya, tapi pria itu datang lagi. Datang dan memberi warna kegelapan pada Alana.

"Tapi ini bukan tempat tinggal asli kamu, saya membawa kabar untuk kamu. Dan sebaiknya kamu pulang melihat keluarga kamu." Gunadarma menatap setiap inci tubuh gadis di depannya. Gadis tersebut memakai baju yang sangat pendek, dengan setelan baju yang menampakkan perut rata Alana, membuat Gunadarma menghela nafasnya.

"Kamu kekurangan baju atau kamu tidak punya baju lagi?" Tanya Gunadarma yang menatap tajam ke arah sang gadis.

Alana membuang arah pandangnya, "kalau tidak penting, saya harap anda bisa pergi dari sini." Alana hendak menutup pintu rumahnya, tapi Gunadarma menahan pintu tersebut, membuat Alana mendecih ke arahnya.

"Sejak kapan kamu tidak sopan?"

"Alana, saya jauh-jauh datang kesini, sebaiknya kamu mendengarkan apa yang ingin saya katakan. Karena ini sangat penting buat kamu."

"Jadi, kamu mengajak saya ke Indonesia, karena ayah saya sakit dan kakak saya tidak becus dalam mengurus  perusahaan?" Tanya Lana yang menatap Gunadarma, sekarang Alana dan Guna berada di kafe dekat rumah Alana, mendengar setiap pembicaraan Guna yang memberikan informasi tentang keluarganya, keluarga yang sudah membuang Alana dan keluarga yang sangat dibenci Alana.

"Iya, ibu kamu meminta tolong kepada saya untuk membawa kamu. Saya harap kamu mau datang ke Indonesia, mengurus perusahaan ayah kamu."

"Saya tidak mau. Saya sudah nyaman disini, saya bisa hidup, saya juga bisa merasakan suasana dicintai dan mencintai, saya sudah bahagia disini." Alana bangkit dari kursinya, menatap Gunadarma.

"Saya harap, anda tidak datang lagi dalam kehidupan saya. Saya sudah bahagia tanpa keluarga saya, saya juga bahagia dengan kehidupan baru saya." Alana pergi dari hadapan Gunadarma, pria itu hanya duduk termenung.

Alana, gadis tersebut mendongak menatap Gunadarma yang datang lagi ke rumahnya.

"Saya ketinggalan tas saya."

Dan selama satu minggu, Gunadarma terus-menerus datang ke rumah Alana. Membuat Alana sedikit kesal kepada Gunadarma.

"Sekarang apa lagi?" Tanya Lana yang melihat Gunadarma, menatap kesal ke arah Gunadarma, pria tampan yang perkasa.

"Saya lupa rumah saya dimana."

"Gila." Kata Alana dengan kesal, menutup pintu dan membuka pintu itu lagi.

"Sekarang apa lagi?" Tanya Alana yang kesal, Gunadarma terus-menerus memencet bel-nya, membuat Alana membuka pintunya lagi.

"Mau ke Indonesia?"

"Tidak."

"Sekarang, bagaimana?"

"Tidak, masih belum."

"Jadi, kapan kamu mau balik ke Indonesia?"

"Tidak akan, dan sebaiknya kamu jangan terus mengganggu saya." Alana menutup pintunya, dan membuka pintunya lagi.

"Kenapa keluar? Mau ke Indonesia?"

"Tidak, saya mau berkerja."

"Kenapa memakai baju seksi? Itu fashion?" Guna tampak kesal melihat Alana yang memakai baju dan rok pendek, baju yang menampakkan perut dan bahu Alana.

"Iya, ini sangat fashion."

"Itu style anak muda? Ckck, saya heran dengan anak muda sekarang. Memakai baju pendek, apalagi anak gadis yang tidak menutup auratnya." Sepanjang perjalanan Gunadarma terus-menerus mengoceh, dan kadang Gunadarma menutup baju Alana dengan jaket Guna dan terkadang Guna mencoba melindungi tubuh mungil Alana dengan badan kekarnya.

"Jam berapa pulang? Sudah menyusun baju yang akan kamu bawa ke Indonesia?"

Alana menatap kesal ke arah Guna, "Saya sudah bilang, sampai kapanpun saya tidak akan datang ke Indonesia lagi. Saya takut, saya terlalu takut datang ke negara yang membuat saya punya trauma mendalam, saya takut masa-masa itu akan datang dan menghantui pikiran saya. Saya takut saat tidak ada orang yang membantu saya, saya takut saat saya sendiri. Saya takut! Jadi, tolong jangan memaksa saya untuk pergi."

"Kalau begitu, saya akan terus-menerus membuat anda ke Indonesia." Gunadarma menatap gadis di depannya, gadis yang sudah menguarkan air mata.

"Saya akan menjadi orang pertama yang akan melindungi dan membantu kamu, saya akan menjadi malaikat dan saya akan mencintai kamu. Saya akan membuat kamu menghilangkan trauma kamu."

"Jadi, ayo kita hilangkan trauma mendalam kamu, trauma kamu dan mari membuat lembaran baru di antara kita berdua."

Mahkota WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang