25. Back to the world

3.4K 561 240
                                    

"Hari ini ujian terakhir! Yang semangat ya~ pulangnya kita main ke pasar malam loh!" ujar Taufan dengan semangat. Entah dia yang terlalu antusias atau bagaimana. Aku tidak terlalu menginginkan pergi ke pasar malam karena merasakan firasat buruk. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak bisa mengabaikan ajakan mereka.

Aku melambai saat bel berbunyi, menandakan ujian akan segera dimulai. Ketujuh pemuda itu, serta ayah dan bunda mengantar kepergianku lewat gerbang. Mereka sengaja mengantarku ramai hari ini karena mereka juga hendak bersiap-siap membeli keperluan.

Aku sampai di kelas dan langsung duduk ditempat ku. Dan di sana, ada Rayn yang duduk di bangkunya begitupun dengan Grace. Dimana mereka sudah menghilang dari ujian selama hampir 5 hari.

Aku berusaha mengabaikan keanehan ini. Diam-diam kuperhatikan wajah Rayn yang lesu dan pucat. Ia memakai satu plester di wajahnya. Lalu aku melirik ke arah lain, arah dimana Grace berada. Grace terlihat lebih parah dari Rayn, tangannya bahkan penuh dengan perban. Namun wajahnya tidak pucat sama sekali.

Sang guru masuk. Mulai membagi-bagikan kertas ujian dan kami mengerjakan ujian. Tanpa sedikit pun aku bertanya pada Rayn tentang apa yang terjadi padanya.

.

.

.

Ujian selesai, para murid di kelas mulai bubar. Aku juga harus cepat-cepat keluar karena ayah dan bunda pasti sudah menunggu di gerbang depan.

Sebelum itu, aku dapat menangkap ucapan Rayn.

"Maaf."

Aku terhenti, menoleh ke arahnya dengan tampang bingung. "Untuk apa?"

Melihatku mendengarnya, ia langsung gagap. "Ah! I-itu soal yang... Dipanggung...," ucapannya lirih saat mengatakan soal panggung. Matanya sama sekali tidak berani melihat ke arahku.

Aku menghela nafas. "Tidak apa-apa."

Lagipula aku yang asli sudah dewasa. Aku tidak akan terlalu kesal jika dicium anak kecil. Apalagi ini bukanlah tubuh milikku.

Apa aku harus bertanya soal kemana dia selama 5 hari?

"Selama 5 hari aku tidak datang, itu karena sakitku kambuh." Ia seperti menjawab apa yang aku pikirkan. Aku hanya balas dengan mengangguk.

"Ah aku buru-buru, aku harus pergi sampai jumpa." Aku cepat-cepat berlari keluar sebelum bertabrakan kecil dengan seseorang di ambang pintu kelas. Itu Grace, wajahnya benar-benar kusut.

"Uh, maaf..."

Dia menghela nafas. "Tidak apa-apa," lirihnya. Lalu ia masuk ke kelas dan mengambil sesuatu di tempat duduknya yang sepertinya tertinggal.

Aku lanjut berlari di lorong-lorong sepi. Begitu terlihat ketujuh pemuda itu serta ayah ibunya. Tanpa sadar langkah kakiku menjadi lebih cepat untuk menggapai mereka. Lalu yang lebih mengherankan untukku, tanpa sadar aku tersenyum dengan hanya melihat kehadiran mereka saja.

"Eh, wah [name]!!" Duri yang sadar lebih dulu lalu melambai. Diikuti oleh Blaze dan Taufan yang melambai. Yang lain hanya memperhatikan sambil tersenyum.

Namun entah kenapa ketika melihat itu, muncul firasat buruk. Lalu, jantung ku tiba-tiba saja berdetak kuat dalam sekali dan membuatku kehilangan keseimbangan.

"Eh?"

Bruk!

"[Name]!!"

Dan suara sekeliling menjadi senyap. Aku bahkan sama sekali tidak merasakan tubuhku. Saat aku kembali membuka mata pun. Hanya gelap yang terlihat.

『 Little Sister And Seven Brothers 』BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now