"FOURTEEN"

11.8K 918 53
                                    

"FOURTEEN"












Tok...

Tok...

Jeno, menoleh ke arah pintu "siapa sih?" ucapnya.

"Buka pintunya biar tau siapa" ucap Haechan.

Jeno, kembali menatap Haechan dan secara tiba-tiba mencium bibir Haechan bahkan sedikit melumatnya sebelum dia bangkit dari tubuh Haechan.

"Tunggu sebentar, baby"

"Ck, sejak kapan aku jadi baby mu" gerutu Haechan yang ikut bangkit dan menuju kopernya untuk berganti pakaian.

"Mina?"

Ucapan Jeno, membuat Haechan menoleh ke arah pintu dan melihat sosok Mina berdiri di luar kamar.

"Kenapa?" tanya Jeno.

"Temani aku ke pantai, aku ingin melihat sunset" jawab Mina.

"Uumm... maaf, aku lelah sekali dan bukannya kita masih ada hari besok dan tiga hari ke depan" ucap Jeno.

Mina, memasang raut wajah sedih saat Jeno menolak ajakannya.

"Baiklah, aku akan ke sana sendiri" ucap Mina beranjak dari hadapan Jeno.

"Hati-hati" ucap Jeno tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Kenapa kau tolak?!" ucap Haechan yang sudah berdiri di belakang Jeno dengan kedua tangannya di lipat didada.

Jeno, terdiam sesaat menatap Haechan "karena aku" Jeno menghentikan ucapannya.

"Apa?"

"Aku ingin bersenang-senang denganmu" lanjut Jeno langsung mengangkat tubuh Haechan dan melemparnya ke atas ranjang.

Jeno, mematikan lampu utama dan menyisakan satu lampu tidur yang membuat kamar hotel itu remang-remang.

Sedangkan Haechan hanya bisa terdiam di bawah kukuhkan Jeno.

"Chan" panggil Jeno.

Haechan, tak merespon panggilan Jeno dan masih terdiam menatap Jeno.

"Kita sering melakun blowjob, apa kau tak ingin merasakan lebih dari blowjob?"

"Maksudmu?"

"Mungkin aku gay, dan aku merasakan itu saat kau hadir"

Haechan, paham apa yang di maksud Jeno, tapi dirinya tak yakin bisa melakukan itu, bukankah dia masih normal.

"Chan"

"Hhmmm"

"Apa kau mau mencobanya?"

Lagi-lagi Haechan terdiam dengan ribuan pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

Cup.

Entah setan apa yang merasuki Haechan sehingga dirinya benark mencium Jeno terlebih dulu.

Jeno, yang masih terkejut hanya diam saat Haechan mulai melumat lembut bibirnya.

Ciuman yang mereka lakukan semakin memanas bahkan baju yang mereka kenakan sudah terlepas dari tubuh mereka masing-masing.

"Mungkin ini akan sakit, dan kau boleh lakukan apapun pada diriku" ucap Jeno yang di angguki oleh Haechan.

Jeno, mengangkat kedua kaki Haechan dan meletakkan pada bahunya.

"Kau siap?"

Haechan, mengangguk sebagai jawaban.

Jeno, mulai mengarahkan juniornya pada hole Haechan.

"AHKK!!"

Mendengar itu Jeno mencium bibir Haechan untuk mengalihkan rasa sakit dan kembali memasuki Haechan.

"Akkhh—ssttt—Jenhh"

Jeno, masih berusahanya memasukkan miliknya pada Haechan.

Jeb.

"AAAKKHHHH!!"

Cairan merah pekat keluar dari hole Haechan saat milik Jeno masuk sepenuhnya.

"Maaf" ucap Jeno memeluk Haechan dan sesekali mencium bibir Haechan.

"Aku akan bergerak" ucap Jeno.

"Uummm, lakukan" ucap Haechan yang berpikir berhentipun juga percuma.

Jeno, menggerakkan miliknya di dalam Haechan secara perlahan karena tak mau menyakiti Haechan lebih.

Dan Haechan yang tadinya merakan sakit luar biasa mulai merakan kenikmatan luar biasa yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Satu jam berlalu dan sejarang Haechan terbaring lemas di samping Jeno yang setia memeluknya.

"Makasih" bisik Jeno memuat Haechan membuka matanya menatapnya.

Haechan, tersenyum lembut pada Jeno dan kembali menutup matanya, membuat Jeno ikut tersenyum mengingat adegan panas dirinya dan Haechan beberapa menit lalu.






~||~


Embul ku udah di bobol sama Jeno 🤧🤧.

"STRAIGHT" {Nohyuck or Nahyuck} || ENDWhere stories live. Discover now