Kalajengking Beracun dan Hantu Bunga

503 75 5
                                    

"Racun yang kau maksud, apa mungkin itu Racun Kalajengking?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Racun yang kau maksud, apa mungkin itu Racun Kalajengking?"

Wen Ke Xing menuang anggur ke cangkir dan membawanya ke mulut. Anggur yang sama, tetapi jelas beda rasanya. Apa karena lidah tuanya saja? Pertanyaan Zhou Zi Shu pun tidak segera ia jawab. Ia menunggu pria itu menyelesaikan kalimatnya.

"Beberapa hari yang lalu di ibukota, seseorang tiba-tiba mati di restoran. Tidak ada tanda kekerasan atau penyakit dalam. Dia mati setelah meminum teh. Tapi, tidak ditemukan jejak racun di air teh atau cangkir yang dia gunakan."

Wen Ke Xing terbatuk setelah mendengarnya. Mengira, barangkali, ada racun yang ditambahkan ke anggurnya. Zhou Zi Shu terkekeh, sementara Wen Ke Xing menggerutu.

"Ciri dan waktu kematian hampir serupa dengan mayat yang ditemukan di sumur. Tapi, sama dengan kasus di ibukota; tidak ada jejak racun sama sekali."

Argumentasi Zhou Zi Shu menarik perhatian Wen Ke Xing. Dia teringat dengan kematian pencuri Liulijia beberapa waktu silam.

"Lao Wen, bagaimana menurutmu? Kita tidak tahu kapan pembunuh itu akan kembali dan mengambil nyawa."

Lao Wen, bagaimana menurutmu?

Wen Ke Xing menunda mengangkat cangkir ke arah bibirnya, lantas menggeleng dengan kurva senyum sekilas. Bisa-bisanya kalimat yang sama beberapa waktu silam terngiang di telinganya.

"Setidaknya kau harus mencuci muka dengan anggur, bukan?" Zhou Zi Shu menenggak anggurnya.

Sekali lagi, Wen Ke Xing memberikan senyum andalan. Barangkali Zhou Zi Shu mengira bahwa dia adalah Hantu Bahagia yang kerap kali tertawa dengan mulutnya yang hampir menyentuh telinga.

"A-Xu, kau pernah ke gunung Fengya?" tanyanya kemudian. "Sesekali aku berkunjung untuk memberikan penghormatan terhadap hantu-hantu di sana. Konyol sekali, bukan? Mereka menyebutku Hantu Hidup. Apa berharganya hidup jika orang menyebutmu hantu yang hidup?"

Kemudian ia tertawa sumbang.

Zhou Zi Shu tidak menanggapi, netranya tidak henti memerhatikan sosok Wen Ke Xing di hadapannya. Sejujurnya, ia juga bertanya-tanya pada diri sendiri, meskipun kehidupannya yang barangkali tidak semenyedihkan si Hantu Hidup itu, pertanyaan itu mengambang di kepalanya setiap malam.

Kelopak plum di luar sana berguguran. Udara kian sejuk dengan embusan angin yang menerobos masuk melalui jendela yang terbuka. Terkadang, beberapa kelopak plum ikut terbawa ke dalam. Senja mulai turun, warga desa yang mulanya sibuk tergopoh-gopoh memasuki rumah masing-masing. Berlarian seolah dikejar oleh sesuatu yang tak kasat mata. Obor mulai menyala, apinya menjilat-jilat udara.

Wen Ke Xing yang sedari pertama datang ke desa merasa ada yang aneh masih memikirkan hal itu. Dan benar, sesuatu yang aneh itu baru saja terdengar. Begitu juga dengan Zhou Zi Shu yang segera bangkit dari duduknya kemudian menutup semua jendela.

"A-Xu, bukan hanya aku yang mendengarnya, kan?" tanya Wen Ke Xing, berlagak ketakutan. Ia mengekor di belakang Zhou Zi Shu yang ke sana ke mari menutup jendela.

"Setelah ini ikut aku jika ingin membersihkan nama baikmu."

Wen Ke Xing mengernyit, tetapi ia menurut saja. Suara yang mereka dengar adalah sebuah tangisan perempuan yang sangat menyakitkan. Tiba-tiba angin berhenti berembus, hawa dingin dan suasana desa semakin mencekam. Ranting-ranting meihua berderik-derik, dan suara tangisan itu semakin terdengar jelas. Sangat mengganggu telinga. Zhou Zi Shu bergegas mengenakan topinya, lantas memberikan sebuah payung untuk Wen Ke Xing.

"Eh, A-Xu...."

"Jangan banyak tanya," sergah Zhou Zi Shu.

Padahal dia hanya ingin bersenang-senang di bawah hujaman bunga-bunga musim semi setelah ratusan tahun hidup sebagai manusia salju, malah sekarang harus memecahkan sebuah kasus pembunuhan. Dia hanya benci menjadi kotor. Dan sekarang apa lagi? Hujan darah? Demi leluhur Yang Agung, Wen Ke Xing hanya ingin minum anggur.

"A-Xu, ini sungguhan hujan darah?"

"Hantu Bunga."

"Hah?"

"Warga desa sebenarnya berbohong padamu. Ke semua orang asing yang datang ke desa kami. Sebenarnya, inilah yang terjadi setiap menjelang pergantian hari."

Wen Ke Xing ingat dengan jawaban salah satu warga yang ia tanyai mengenai teror hantu yang pernah didengarnya. Sebetulnya, menjadi salah satu bagian dari tujuannya datang ke desa ini. Warga itu hanya bilang jika mereka mengalami halusinasi setelah mendengar musik aneh. Setelah itu tidak ada yang terjadi. Hal itu justru menimbulkan kecurigaan yang berlebih. Ditambah dengan adanya teror pembunuhan.

"Sudah berapa lama hal ini terjadi?" tanyanya seraya megibaskan tangannya yang terciprat darah.

"Sepanjang musim semi. Tepatnya dimulai dua tahun lalu. Tidak ada hal yang terjadi selama kami tidak keluar saat waktu itu. Hingga kemarin lusa enam mayat ditemukan di sumur tua. Tepat saat kau datang ke desa kami."

Wen Ke Xing berdecak sebal. Jadi, selama ini pria itu sengaja menahannya di desa bahkan menawarinya menginap hanya untuk membantunya menangkap si biang teror Hantu Bunga dan pembunuhan di sumur tua. Sungguh liburan yang menyenangkan. Wen Ke Xing mencibir.

"Ah, aku mengerti," celetuk Wen Ke Xing. "Mungkin Hantu Bunga ada hubungannya dengan teror pembunuhan kemarin. Bisa saja mereka menunggu seorang pendatang untuk dijadikan kambing hitam dan secara kebetulan aku datang. Ah, ternyata aku masih secerdas ini."

Zhou Zi Shu menggeleng tak habis pikir dengan tingkat kepercayaan diri orang itu. "Kenapa hanya kau?"

"Dua musim semi sebelumnya, ada banyak orang asing yang datang ke desa kami. Selain tangisan darah Hantu Bunga, tidak ada yang terjadi bahkan pembunuhan seekor tikus sekalipun. Kenapa hanya kau?" Zhou Zi Shu mengulangi pertanyaannya. Sebab ia juga merasakan kejanggalan. Pertanyaan mengapa pembunuh itu harus menunggu dua tahun untuk meneror desa, ia tidak menemukan jawabannya.

Wen Ke Xing berkedip pelan, lalu tersenyum dan berkata, "Apa kau sedang menginterogasiku, A-Xu? Menurutmu...."

Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, kedua mata Zhou Zi Shu menyipit, tubuhnya berputar, pedang putih yang ia keluarkan menciptakan gerakan yang indah, lalu bertabrakan dengan sesuatu dan suara pekikan tajam serta geraman teredam terdengar di dalam hutan. Zhou Zi Shu kembali ke posisi tegak, tetapi tetap waspada. Sebelumnya ia sudah menduga bahwa malam ini akan ada sesuatu. Benar saja, serangan mendadak itu sangat jelas mengarah ke mangsa yang sesungguhnya.

"A-Xu, kau baik-baik saja?" Wen Ke Xing yang masih terkejut segera berlari menyusul Zhou Zi Shu.

"Trik murahan," cibir Zhou Zi Shu. "Apakah yang namanya kalajengking beracun menggunakan trik seperti ini di masa lalu? Seharusnya mereka merasa malu dengan leluhur mereka."

"A-Xu...."

"Serangan tadi jelas mengarah kepadamu. Sudah jelas bahwa mereka sengaja menunggumu datang."

Zhou Zi Shu berbicara dengan nada terkesan santai, tetapi terdengar terburu-buru di telinga Wen Ke Xing. Sudah lama sejak ada seseorang yang berbicara seperti itu padanya. Rasanya seperti kembali ke rumah.

Kalajengking sialan.

✔  a night at four seasons villa [TYK FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang