Prolog

32.5K 1.8K 41
                                    

Haii perkenalkan namaku Lee Misun, anak tunggal dari laki-laki cantik yang bernama Lee Haechan. Aku gadis berusia 15 tahun yang mengetahui fakta di balik semua yang terjadi pada Eommaku.

Masa lalunya, bagaimana ia menjalani hidup sebatang kara hanya demi aku saja. Saat itu, aku membacanya dengan perasan yang begitu sesak, rasa sesal menggerogoti relung hatiku ketika membaca buku berwarna merah maroon dengan stiker bunga matahari di depannya. Buku lusuh yang Eomma simpan baik-baik di tempat yang sama sekali tak aku ketahui.

Tapi.. hari itu aku mengetahui semuanya, kisah ibuku tertuang rapih di lembar demi lembar kertas yang diatasnya tergores tinta hitam dengan tulisan rapih di sana.

Masih teringat bagaimana aku menyakiti hatinya untuk sekian kalinya dalam hidup laki-laki cantik itu, tanpa tahu bahwa ia berjuang melahirkan ku ke dunia dengan segenap jiwanya.

"Eomma.." Lirihku ketika merasakan sesak begitu menyiksa diriku.

"Mian.." Aku terisak untuk sekian kalinya dihari ini, dikamar Eomma yang sunyi. Si empunya sedang tak ada sebab sedang tidur nyaman di atas ranjang rumah sakit dengan alat-alat yang menopangnya untuk tetap hidup.

.

Bagi Misun mungkin hidup dirinyalah yang terlahir sebagai orang yang menyedihkan, namun ternyata ia salah dibalik segala rasa sedihnya karena terlahir tanpa sosok ayah disampingnya ada lagi sosok yang selalu membuatnya mati-matian untuk tetap bahagia.

Seperti namanya, nama bukan hanya sekedar nama saja tapi disebuah nama memiliki arti dan doa. Lee Misun yang artinya cantik dan kebaikan, Haechan yang memberikan nama indah itu untuk anaknya berharap Misun menjadi anak yang tubuh dengan paras yang cantik dan juga kepribadian yang tentunya cantik pula, dan juga berharap semoga anaknya kelak selalu dikelilingi oleh banyak kebaikan.

Tapi bagaimana bisa Misun mengatakan hal-hal buruk pada malaikat tak bersayap yang terperangkap di dalam tubuh sang ibu, bukan.. tapi Ibunya sendiri lah malaikat itu.

Pagi menjelang siang ini Misun berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah pelan miliknya. Langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil, ia nampak familiar dengan suara tersebut.

Menoleh, Misun tersenyum ketika mendapati Jaemin juga Renjun, sahabat sang ibu berjalan kearahnya.

"Annyeong Nana-imo.. Injun-imo" Misun membungkukan kepalanya sedikit sambil tersenyum tipis, senyum yang turun dari sang ayah.

"Annyeong anak manis, darimana?"

"Habis membeli buah-buahan, Eomma sangat menyukai strawberry jadi tadi aku berniat membelinya" Misun lagi-lagi tersenyum tipis.

Jaemin juga Renjun selaku sahabat baik Haechan hanya dapat saling tatap dan tersenyum lembut menatap anak semata wayang dari sahabat mereka yang tak kunjung sadarkan diri dari 2 Minggu yang lalu.

"Kalau Eommamu belum bisa memakannya biar Imo yang memakannya ya" Injun tersenyum, mencoba menyarankan agar Misun tidak terlalu sedih.

"Ganti uang Misun kalau begitu" Jaemin tersenyum menatap Renjun, tidak boleh mengambil kesempatan dalam kesempitan bukan?

Renjun hanya dapat mendengus, "tentu saja, aku tidak seperti apa yang kau bayangkan ya!"

Misun hanya tertawa ketika melihat dua sahabat ibunya ini siap akan adu cekcok, sebelum itu terjadi Misun sudah lebih dulu mengajak keduanya untuk ke kamar inap sang ibu.

"Misunie bagaimana sekolahmu?", Jaemin merangkul pundak Misun, ini adalah hal yang sering Haechan lakukan, Jaemin hanya ingin Misun tidak merasa begitu sedih karena kehilangan kebiasaan yang ada pada anak itu.

Misun kelihatan menggeleng, "tak ada yang berubah, semuanya nampak sama-sama saja monoton"

Jaemin membisu, hanya anggukan kecil yang bisa ia berikan. Disamping kiri Misun sendiri ada Renjun yang sedang menahan tangisnya, Renjun akan lemah jika bertemu dengan Misun.

"Kapan ujian sekolah mu Misun-ah?" , Kali ini Renjun yang bertanya.

"Minggu depan", jawab Misun singkat.

"Kalau begitu kamu harus banyak belajar ya, tidak perlu dipaksakan, tapi setidaknya buatlah dirimu sendiri bangga", Renjun mengelus surai madu milik Misun, rambut cantik yang diturunkan oleh Haechan.

"Nee Imo"

Obrolan mereka terhenti sampai di sana, bukan hanya itu tapi juga langka ketiganya.

"Misun-ah kami duluan ya", Jaemin menepuk punggung Misun lalu berlalu memasuki kamar rawat inap Haechan.

"Misun-ah"

"Apa jika aku meminta padamu satu permintaan kau akan mengabulkan itu?", Misun menatap datar wajah pria dihadapannya ini, bahkan tatapannya kelabur karena terhalang oleh air mata yang mulai mengenang dipeluk.

"Apa? Appa akan coba kabulkan kalau Appa bisa", Jawab pria itu sembari mendekat, namun Misun bagaikan kutub magnet yang berlawanan.

Anak itu memundurkan langkahnya sembari berkata, "jangan pernah datang lagi di kehidupan kami berdua"

Pria itu nampak terkejut, "Appa tidak mengerti Misun-ah"

Misun memberanikan diri menatap manik mata legam milik sang ayah,walau pandangannya kabur sorot mata tajam walau sendu milik Misun ada disana.

"Dulu aku memang selalu bertanya pada Eomma apakah aku anak yang tak mempunyai ayah, Eomma dengan cepat menggeleng, mengatakan bahwa aku mempunyai seorang Appa yang sangat mencintaiku, mendengar itu aku sangatlah senang, aku bisa mengatakan pada teman-temanku bahwa aku bukanlah anak yang selama ini mereka bayangkan"

Satu tetes air mata lolos dari mata cantik milik Misun, "dulu aku juga selalu ingin mempunyai sosok Appa yang berdiri dibelakangku bersama dengan Eomma, dulu aku selalu ingin kehadiranmu, tapi sekarang tidak lagi"

Misun mengusap air matanya dengan kasar, "Aku tidak menginginkan kehadiran seorang Appa sepertimu"

"Misun-ah"

"Aku membenci mu Appa hiks", Misun terisak dengan hebat, tangannya ia gunakan untuk menutupi seluruh wajahnya yang mungil. Pria yang dipanggil Appa itu dengan sigap menarik Misun kedalam kedepannya, dekapan yang selama ini sangat amat Misun inginkan sebagai seorang anak yang tak pernah sama sekali menerima dekapan dari sosok yang disebut dengan Appa.

Melupakan segala pelukan yang selalu Eommanya berikan padanya saat suka maupun duka, tapi sekarang, setelah mengetahui semuanya cukup bagi Misun hanya pelukan hangat sang Ibu yang ia butuhkan.

.
...

Haiii Jee berharap cerita ini bisa diterima dengan baik oleh kalian yaa, selamat membaca..

Jangan lupa Vote sama komennyaa..

See youu ✨✨

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Where stories live. Discover now