After Midnight - Part 1

3K 301 116
                                    

Jensoo💙

Happy Reading

Jisoo Side


Seoul International Hospital

Aku merasa lega luar biasa saat melihat siluet tubuhnya, ia berjalan ke arahku. Ku-amati dandanannya dari atas hingga bawah. Ujung sepatunya kotor karena lumpur yang menempel. Rambutnya basah seolah ia baru saja berlari dari serbuan hujan. Dan wajahnya benar-benar pucat seolah ia menahan rasa dingin. Aku menatap langit. Ya, tadi sempat turun hujan.

“Kau dari mana Jen?” Tanyaku khawatir.

Ia memberikanku seulas senyuman seolah memintaku untuk tak bertanya lebih. Ia hanya diam dan berjalan melewatiku. Tak hanya diam, aku mengikuti langkah cepatnya. Aku tak melihat jas tugasnya ataupun tas jinjingnya. Ia berbelok cepat melewati beberapa dokter, aku tersenyum sebagai bentuk kesopananku menggantikannya. Lagipula aku juga mengenal beberapa dokter itu.

“Jen, tunggu, jangan berjalan terlalu cepat.” Protesku padanya.

“Mulai besok jangan lagi memakai heels-mu bila kau kesulitan berjalan.” Ucapnya datar meskipun begitu aku tahu ia mengkhawatirkanku.

Aku tersenyum dalam diam. Ia berbelok menuju ujung koridor lalu mendorong pintu kaca untuknya dan untuk diriku. Aku tahu ke mana ini akan berakhir. Kami memasuki kantin Rumah Sakit.

“Ahjumma, dua kopi hitam tanpa gula.” Ucapku pada seorang ahjumma penjaga kantin.

Ia tersenyum padaku seolah ia sudah paham dengan pesananku. Jennie berjalan menuju pojok kantin lalu mulai duduk. Aku menghampirinya. Ia terlihat sedikit bersin-bersin.

“Kau pikir kau bocah SD? Bagaimana bisa kau bertingkah tak bertanggung jawab seperti ini dengan bermain hujan? Bagaimana kalau kau sakit lalu menulari pasienmu sendiri?” Sindirku setelah duduk di hadapannya.

“Aku tidak bermain hujan.”

“Jadi katakan padaku dari mana saja kau?” Tanyaku.

“Aku tak ingin membahasnya.” Balasnya.

Kutarik nafasku dengan jengkel.

“Jennie-ah, aku ini kekasihmu.” Ucapku dengan lelah. Aku menatap kedua matanya seolah memintanya untuk memahamiku juga.

Ia mengetuk meja seolah tidak yakin dengan apa yang akan ia ucapkan.

“Maafkan aku. Aku dari kantor Irene unnie. Ia mengatakan perutnya sakit.” Jawab Jennie dengan enggan. Aku memutar mataku seolah sudah biasa dengan nama gadis itu.

“Dasar manja,” cibirku sambil mengibaskan rambutku ke belakang.

Jennie tahu aku sangat membenci gadis itu jadi ia sudah biasa dengan respon yang aku keluarkan. Ahjumma penjaga kantin datang dengan dua cangkir kopi di atas nampan.

“Ini kopi untuk Dokter Kim dan Nona Jisoo.” Ucap Ahjumma itu dengan senyum lebar. Aku selalu suka senyuman wanita ini.

“Terima kasih.” Ucapku lembut.

Jennie ikut tersenyum pada wanita itu. Ahjumma itu pergi meninggalkan kami berdua. Kutatap Jennie yang mulai meraih kuping cangkir lalu mendekatkan gelas ke bibirnya, ia lantas meniupnya dan mulai menyeruput sedikit. Aku suka melihat wajahnya saat meminum kopi. Kulakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan.

Suasana menjadi hening. Selalu seperti ini. Ia selalu diam dan tak banyak bicara. Hanya aku yang lebih banyak berbicara. Aku mengenal gadis ini sejak kami kecil, kami bahkan bersahabat akrab.

After Midnight (Short Story)✔️Where stories live. Discover now