*33*

17K 1.2K 129
                                    

"Gue yakin pasti lu tau gimana keadaan Dara! Sekarang gue minta kasi tau calon suami lu supaya balikin istri gue" Alfa membanting kursi ke arah kaca rias yang ada di kamar Fani. Ia menatap gemas ke arah bumil itu karna sedari tadi tak kunjung mengeluarkan suara, "jawab,sialan!"

"Aku gatau Al, Saga gak pernah ngomong soal Dara ke aku"

"Gausah bohong, lu beneran cari mati ya. Gue kayaknya terlalu bego bisa percaya sama lu"

"IYA EMANG "

Alfa sedikit kaget mendengar nada tinggi Fani tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Tapi masa bodolah, kan bagus bisa tau sifat aslinya "gausah ngegas, udah tua. dikit lagi mati banyakin buat baik"

Ada yang ingin tertawa? Bukannya mereka berdua cocok di kasi sebutan si bego dan si tolol ? Yang satunya sok memberi nasehat sedangkan dia sendiri tidak mengintropeksi diri.

"Sekarang gini kalo misalnya Saga mati, kamu mau jadi ayah dari anak aku ? Engggak kan! Jadi kamu harus tau kalo aku akan selalu ada di pihak Saga itu karna dia ayah biologis dari anak aku" Fani menunjuk perut buncitnya dengan mata berkaca.

"Lo kena Rabies ? Kecebong hasil kenikmatan semalam sama orang lain lu suruh gue yang tanggung jawab ? Ini lu mau gue jadiin anak lu babu?" Dari nadanya yang terdengar seperti sedang mengejek membuat emosi Fani memuncak. Ia tidak terima anaknya di bilang kecebong ya meskipun itu fakta

"Aku tau aku salah tapi keadaannya sekarang rumit Al ! Aku gabisa ngelakuin apa-apa"

"Ya emang. Lu kan goblok"

"Mirror"

"Sianjing"

Keduanya masih terus saling mengejek sampai pada akhirnya Alfa memilih bungkam dan pergi keluar kamar. "Gue ga becanda, sore ini jam 5 Dara belum balik gue beneran bakal abisin bayi lu" tatapan tajam bak elang itu menyorot tegas ke arah netra hitam milik Fani. Wanita itu baru bisa bernafas lega ketika melihat tubuh tegap Alfa perlahan menghilang di balik tembok

****
Menurut kalian apa yang akan terjadi pada orang yang hidupnya selalu menderita batin dan fisik ? Jawabannya hanya ada 2 antara mati atau sakit jiwa dan Dara mengalami keduanya. Sekarang baru sakit jiwa, tapi nanti ? Tidak ada yang tau kan! Bisa saja kalau mentalnya terganggu dia akan mencoba melakukan percobaan bunuh diri.

"Masuk mobil cepetan," ucapan itu seperti perintah mutlak bagi seorang Dara. Tubuhnya yang sudah mati rasa karna sedari tadi terus di pukul membuatnya tidak bereaksi lagi ketika sekarang kembali di tendang salah satu pria berbadan kekar. "Mau masuk aja lama banget. Mau ngesot?" Kedua orang itu membenturkan kepala Dara ke sudut pintu mobil. Tapi seperti yang sudah di bilang, dia tidak bereaksi apapun bahkan ketika merasa perutnya kram, Dara hanya diam sambil tersenyum. Dia gila.

"Sayang banget padahal kita belum puas buat memar di tubuh montok lu"

"Sayang banget gue gak sayang lu pada!"

Dan itu adalah kalimat terakhir sebelum ia hilang kendali dan akhirnya pingsan. 2 pria kekar itu saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa terbahak "gue jadi bingung mau balikin dia ke mansion suaminya atau bawa ke RSJ"

Mereka memutuskan untuk membawa Dara kembali ke rumah. Selama perjalanan kedua pria itu terus berceloteh tidak jelas tanpa tau kalau Dara sudah kembali sadar selama 3 jam perjalanan keluar dari hutan menuju perkotaan. "A-air"

"Air? Nih.."

Baru akan menerima sebotol aqua, benda berisi air itu sudah lebih dulu di buka tutup botolnya kemudian di siram ke wajah lebam Dara

"Sexy beut ye bro"

"Jan ngadi-ngadi lu jamal, ntar bos Saga tau kelar idup lu"

Mendengar itu kening Dara mengernyit. Memangnya kenapa kalau ada orang yang bilang dia sexy ?

"Kandungan lu udah mau masuk usia berapa bulan ?"

"15"

"Pakyu ! Gua nanya baik-baik lu malah sok mancing gue emosi. Rasain nih jalang.."

Sedikit tarikan kasar pada rambut cukup membuat otak serta kulit kepala rasanya ingin bertukar tempat. Bagaimana tidak, pria itu menarik rambutnya dengan kekuatan ekstra di tambah dengan kuku-kukunya yang hitam dekil menancap di kepala sanggup membuat Dara hampir kembali pingsan

"JAMAL KAMPRET NTAR KALO INI BUMIL MENINGGOY, KITA BISA DI MUTILASI BOS SAGA!" mendengar ucapan temannya barulah si pria yang entah namanya siapa melepaskan jambakannya di kepalanya Dara.

"Coba si bos izinin buat bunuh ini bocah udah gue abisin dia!"

"Bocah apaan yang bisa ngasilin bayi. Lu kalo bego ukur pake termometer dong. Goblok kok kebangetan" si pria yang sedang menyetir berceloteh panjang sembari tertawa kecil akan kebodohan temannya

"Lu yang bego Mulyadi mana ada ukur kebegoan pake termometer, terakir gue sekolah kelas 2 SD itu kalo bego di ukur pake mistar"

Rasanya Dara ingin menangis mendengar ucapan dari 2 manusia aneh yang parahnya berbicara dengan nada penuh percaya diri. "Hiks--hiks--"

"Lu nangis ngapa dah perasaan tadi gua jambak kagak nangis giliran gue ngomong sama Mulyadi lu nangis. Oo...hh jangan bilang kalo elu sengaja nyari perhatian gue ? Wah parah nih! Sorry ya tapi gue gak tertarik soalnya gue udah ada simpanan 6"

"Mabok amer ya mas?"

"Syahlan"

PLAK PLAK PLAK

"Sshh--"

Dara meringis memegang pipinya yang memar dan terasa panas, setelah selesai mengusap pipinya ia beralih menuju perutnya dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya

Kalau kalian bertanya kenapa kandungan Dara masih bisa bertahan sampai sekarang jawaban pertama karna kecebongnya kuat. Yang kedua karna pria-pria itu tidak pernah menyakiti area perutnya dan yang ketiga meskipun mereka bertindak kasar mereka tetap memberikan makanan yang layak

"Jangan lemah, ada abang yang nungguin kamu."

Rasa sakit dari luka-luka lama  kian berdatangan menggerogoti seluruh tubuh. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mencengkram pakaiannya kuat, ingin berteriak namun ia tidak mau mengambil resiko dengan berakhir di tendang, di tampar, atau hal mengerikan lainnya.

Dara terdiam mengamati area tubuhnya yang selalu menjadi sasaran empuk di siksa, tangannya penuh luka, kakinya berwarna merah keunguan, lalu area wajahnya yang banyak terdapat luka. Rambutnya tidak tertata rapi bahkan ia sudah mirip seperti orang yang memiliki gangguan jiwa ya meskipun itu memang fakta.

"Momy cantik"

Ah ya ampun membayangkan wajah anaknya membuat perasaan Dara menghangat. Perasaan rindu yang lama terbendung akhirnya hanya bisa diluapkan lewat air mata. Dia tidak tau, apakah putra kecilnya hidup dengan baik bersama Alfa atau tidak.

Dan akhirnya, perjalanan itu menjadi perjalanan penuh tangisan.










****
Nah nanti di part berikut itu khusus fani. Puas kan ?☺

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang