SAD

17 1 0
                                    

Halo teman-teman maaf ya adabsedikit kendala buat ngelanjutin cerita ini. Karena laptopku tiba2 rusak sedangkan bab selanjutnya ada disana.

Jadi sebagai pengganti aku buat cerita Jawaban Istikharah Allysa. Jangan lupa dibaca ya!

Sinopsis :
Wanita yang sering dikucilkan, dan selalu disalahkan akhirnya menemukan jodoh. Allysa, cewek muslim yang sangat pandai dalam membaca Al-Qur'an, cewek muslim yang suka dengan kajian, dan cewek muslim yang lumayan pintar. Semua kehebatannya adalah senjata orang untuk menjauhi dan mengucilkan dirinya.

Kehidupannya yang keras. Memilih-milih teman dan juga lingkungan itulah dirinya, hingga pada suatu saat ia bertemu dengan Vano~ Laki-laki Atheis dan Psikopath. Bagaimana kisah mereka?

Cerita ini mengandung bawang, dan juga lawakan yang bisa membuatmu terbahak-bahak membacanya.

Follow sebelum membaca^^.

Sedikit BAB 1

BAB 1
ALLYSA SAFIRA PUTRI
****

Suara sepatu mencumbu lantai, terdengar hingga ke sebuah kelas Kedokteran Universitas Hurvor *Bacanya Harvor .

"Maaf Pak, saya telat," ucap perempuan berbaju lengan panjang warna putih, celana panjang longgar bercorak folkadot dan hijab minimalis yang memancarkan kecantikannya.

"Kenapa kamu telat?" tanya Dosen yang mengajar di kelas itu. Sekarang, Allysa ditatap tajam.

"M-maaf Pak, tadi buku saya ketinggalan." Allysa kini menunduk, tak berani menatap Dosen dan teman-temannya.

"Ya udah duduk!" perintah Dosen itu dengan lantangnya.

"Terima kasih Pak," lirih Allysa yang kini tersenyum.

"Buat?"

"Bapak udah bolehin saya duduk," balas Allysa.

"Iya, duduk di sini!" perintah Dosen berkumis yang menunjuk lantai di bawah papan tulis. Maksutnya, Allysa harus duduk di lantai? Sepertinya begitu.

Dengan langkah malas Allysa mendudukkan tubuhnya di ubin yang terasa sangat dingin. Jauh dari kata perempuan ceria, Allysa memperlihatkan muka cemberutnya. Memang, dirinya mengidap jantung lemah.

Semoga pada ngerti, pengidap jantung lemah itu sensitif kalo diejek sedikit saja dirinya bisa marah, bahkan bisa memikirkannya berhari-hari. Jadi, hati-hati ya kalau bercanda.

Allysa kini sedang mencatat tulisan di papan tulis, pakaiannya yang syar'i sekarang benar-benar telah kotor.

****

Allysa kini sedang membaca kitab suci Al-qur'an di Mushola kampus, suaranya sangat merdu bahkan bisa membuat siapapun terlena dari urusan duniawi.

"Lys!" panggil seseorang yang tak lain adalah Fava, perempuan satu-satunya yang mau berteman dengan Allysa.

Mendengar namanya dipanggil Allysa segera menamatkan bacaannya. Setelah ia melepaskan rukuhnya Fivi masuk ke Musholla itu.

"MasyaAllah Fi, ada apa sih?" ujar Allysa kalem, suaranya memang selembut sutra. Laki-laki mana yang tidak tertarik dengannya?

Kecantikan, kepintaran, dan ketaatannya itulah yang menjadi alasan perempuan satu Universitas membencinya, terkecuali Fivi.

"Lys, lo tau nggak?" tanya Fivi khas emak-emak tukang gosip.

Fivi adalah perempuan beragama protestan dan penampilannya yang sering dijadikan bahan olokan di kampus itu. Gigi kelinci yang maju, mulut yang besar, dan kulit yang hitam. Itulah definisi Fivi.

"Kalo nggibah jangan sama gue!" tolak Allysa mentah-mentah, ia sudah hafal betul kebiasaan sahabatnya itu, nggibah adalah separuh nyawanya.

Mendengar tolakan Allysa membuat Fivi mendesis pelan.

"Ihs, dengerin dulu!" paksa Fivi memperjuangkan hak-nya untuk menggibah.

"Iya-iya buruan!" jawab Allysa malas, sangat malas bahkan.

"Di depan ada Mahasiswa baru, ganteng banget Lys. Gue yakin cowok itu ke sini karena ditakdirkan untuk gue," ujar Fivi dengan heboh.

"Lo gila?" ucap Allysa, tangannya mulai membenarkan kerudung yang sekarang ia pakai.

"Iya, gue gila. Fivi telah kehilangan akal semenjak adanya cowok itu." Fivi masih dengan semangat yang mengebu-gebu bahkan sekarang ia menarik baju Allysa.

"Cowok siapa sih?"

"Itu loh, Mahasiswa baru. Udah tinggi ganteng lagi. Oh ya, ada tiga Mahasiswa sih," perjelas Fivi.

"Siapa ya?" ucap Allysa kembali.

"Gue nggak tahu!" balas Fava dengan jutek.

"Siapa ya yang nanya?" telak Allysa membuat Fivi menggerutu akan nasibnya.

Fivi Valenna, cewek satu-satunya yang mau menjulurkan tangan ke Allysa, dirinya sangat toleransi, mengedepankan rasa persatuan, dan mementingkan gosip yang tertanam kuat diraga maupun jiwanya.

*****

Allysa kini sedang berjalan membawa beberapa buku yang memang disiapkannya untuk menghadiri kajian bersama Ustadz terkenal.

Lima menit lagi waktunya kajian dimulai, tapi Allysa masih berlari menuju tempat penuh ilmu itu.

Bughk. Dirinya menabrak seseorang dan alhasil bukunya jatuh berantakan.

"Maaf Kak," ucap Allysa.

Di depannya sudah berdiri ikhwan yang mempunyai postur tubuh lumayan tinggi, rambut dibuat menjuntai ke depan dan tatapan matanya yang sayu.

"Kalo jalan pakai mata dong!" ketus ikhwan itu. Dari penampilannya laki-laki itu adalah berandalan.

"Iya kak maaf, oh ya saya mau ralat. Kalo jalan itu pakai kaki bukan mata, kalau pakai mata gimana coba?" jawab Allysa yang sudah buru-buru pergi.

-JAWABAN ISTIKHARAH ALLYSA-


To Be Continued...

ANGGARA [SELESAI] Part Masih LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang