Biru bagian empat belas💙

1.3K 145 12
                                    

"Rushea!! Lo bikin gue emosi tau gak!!" Geram Bian pada Shea yang memasang tampang polos sambil menggaruk pelipis yang tak gatal dengan tangan yang juga memegang serbet hitam.

"Aku kenapa? Dari tadi aku bersehin apart kamu gak ada masalah." Heran Shea kenapa Bian semarah itu.

Bian menggerang sambil mengacak-acak rambutnya jengkel dengan ke goblokan Shea yang sudah meresap sampai pada tulang-tulang.

"Serbet yang lo buat elap kompor listrik itu baju kesayangan gue, goblok!!" Pekik Bian emosi setengah mati mendapati Shea sedang mengelap kompor listrik yang kotor itu dengan baju kesayangannya yang dari New York.

Shea mengerutkan dahinya, lalu mengangkat kain yang sudah kotor ditangannya dan menjeberkan kain itu sampai mata Shea melihat logo Channels pada bagian dada bajunya.

"Ini?" Beo Shea masih belum nyambung otaknya, lalu sedetik itu pula Shea mendelik. "Ini baju kamu?!" Tanpa sadar Shea memekik.

Bian menipiskan bibirnya melihat Shea yang gobloknya tinggak akut. Kenapa gadis segoblok Shea bisa mendapatkan beasiswa disekolah Papanya.

"Goblok banget sih lo!" Kesal Bian melihat baju kesayangannya sudah kotor dengan minyak dan lain sebagainya.

Shea memasang wajah penuh bersalah. "Maaf Bi, aku gak tau kalau itu baju kamu. Aku nemu dipinggir tong sampah, aku kira kain yang gak digunain lagi, yaudah aku pakai buat elap. Sekali lagi maafin aku, Bi."

"Makanya tanya dulu itu masih dipakai apa enggak, goblok!! Isshh baju kesayangan gue!"

"Aku ganti ya?"

"Emang lo bisa gantiin? Harganya 20 juta goblok!" Geram Bian membuat Shea mendelik.

Semahal itu kah baju Bian? 20 juta uang dari mana dia? Kenapa dirinya bodoh sekali tidak mengecek kain yang dibuat elap tadi ternyata baju mahal Bian dan harganya membuat Shea seperti keselek biji mangga. Kenapa goblok sekali dirinya itu.

"Maaf Bi. Aku gau tau kalau ini baju kamu." Memelas Shea sambil menggenggam tangan Bian yang kesal itu.

Bian menggeram melihat baju kesayangannya sekarang sudah rusak. Bian menatap wajah Shea yang imut itu langsung membuatnya sedikit lebih tenang. Sialan, mata indah itu selalu membuatnya lemah.

"Jangan marah ya, Bi. Benaran aku gak tau kalau ini baju kamu." Ucap Shea lagi memeluk lengan Bian supaya Bian memaafkannya.

Bian mendesis merasakam sesuatu yang didada Shea menempel pada lengannya. Shit! Seketika dia ingin sekali memakan Shea detik ini juga. Bian tidak tau kenapa Shea bisa berani bersikap seperti ini, tapi dia juga untung.

"Lo mau gue makan?!" Herdik Bian pada Shea yang masih mencerna kata-kata Bian.

Melihat Shea yang otaknya lemot untuk bekerja sampai memasang wajah imut itu membuat Bian gemas sendiri tidak sabar ingin memakan Shea.

"Kenapa?" Beo Shea dengan gobloknya.

Bian berdecak. "Dada lo! Lo mau gue makan, hah?!" Bentak Bian yang semakim geram lagi.

Shea mengerutkan dahinya, lalu menunduk melihat dadanya yang dimaksud Bian. Shea langsung mendelik begitu melihat dadanya menempel pada lengan Bian dan dengan cepat Shea melepaskan rangkulannya pada lengan Bian. Shea meruntukki dirinya sendiri kenapa bodoh sekali melakukan hal memalukan itu.

"M-maaf." Cicit Shea menundukk menyembunyikan rona merahnya diwajahnya.

Bian berdecak sambil berkacak pinggang, menatap Shea. "Gue enek dengerin lo 'Maaf' mulu!"

"Maaf." Cicit Shea lagi langsung menutup rapat-rapat mulutnya karena keceplosan mengatakan 'Maaf' lagi.

Bian mengacak-acak rambutnya kesal, kenapa dia bisa bertemu dengan cewek goblok seperti Shea, tapi juga cinta sama cewek goblok itu. Karena kegoblokan Shea, dirinya kehilangan baju kesayangannya.

BIRUWhere stories live. Discover now