𝟸𝟿. anomali

15.5K 2.2K 519
                                    

Hari ini Haechan kembali melakukan pemotretan untuk salah satu mode pakaian dari merk terkenal di Prancis. Lelaki itu tampak menawan dalam balutan jas berwarna putih tulang dengan v neck rendah yang memperlihatkan collarbone hingga sebagian dada. Rambut halusnya sekali lagi berganti menjadi warna cokelat ashy yang terlihat sangat kalem. Padu padan yang sempurna, untuk sang pencuri atensi penuh damba para kaum hawa.

Birai tipis yang sedikit dipulas pewarna itu merekah, terbuka sedikit untuk memberikan kesan seksi di depan kamera. Tema yang diambil kali ini sebenarnya charming, namun Haechan ingin memberikan kesan lain.

"Ya, cut!"

Riuh tepuk tangan mengudara mengisi ruangan. Haechan tersenyum puas, terlebih saat melihat hasil fotonya. Lelaki juni itu membungkukkan badan, lantas mengucapkan terimakasih pada seluruh staf yang sudah bekerja keras.

"Donghyuck-ah, ada yang mencarimu!"

Haechan menoleh, mendapati sosok wanita bersurai nyentrik yang berdiri di belakang green screen sambil melambaikan tangan padanya. Ia mengangguk, kemudian bergegas pergi ke ruang ganti.

Namun tak berapa lama setelah dirinya memasuki bilik, Mark yang saat itu tengah menemani Jaehyun dan memperhatikan kegiatan Haechan, datang ke ruang ganti dan mencarinya. Pemuda itu menyugar rambutnya ke belakang, celingukan mencari Haechan.

"Chan? Dimana lo?"

"Bilik tiga,"

Mark mengangguk meski tahu bahwa Haechan tak akan melihat responnya. Ia mengambil duduk di depan cermin, mematut dirinya sendiri dan tersenyum lebar.

"Katanya kalo ngeliat cermin kelamaan, itu bayangan lo yang di cermin bakalan bergerak berlawanan sama tubuh asli lo," Haechan mendelik dari belakang. Pakaiannya sudah berganti menjadi lebih santai, dengan celana jeans hitam dan kaus lengan pendek berwarna putih dengan logo centang di bagian dada.

Mark melebarkan matanya, sontak mundur dan berbalik menghadap Haechan. "Beneran anjir? Serem amat!"

Haechan terkekeh geli. Mark itu pintar, tapi mudah sekali dibohongi oleh hal-hal sepele seperti itu. "Iya, makanya jangan ngaca kelamaan," sahutnya acuh.

Setelah mengeringkan rambutnya yang sedikit basah karena keringat, Haechan kembali menghadap Mark. "Ngapain lo kesini?"

"Oh? Ya itu!" Mark menepuk-nepuk celana belakangnya setelah bangkit dari kursi. "Lo udah tau belom?"

"Apa?"

"Jeno masuk rumah sakit, tau nggak?"

Haechan mendongak, menatap pantulan Mark dari cermin sedang di hadapan mereka. Keningnya bergelombang, lantas mengajukan tanya karena sungguh ia tidak mengetahui apapun.

"Kenapa?"

Mark tertawa kecil, "gue kira lo udah tau,"

"Nggak. Kenapa dia?" seketika Haechan mengingat pembicaraan Pak Jang dengan papa mertuanya beberapa waktu lalu. Tentang sakit dan kaitannya dengan Jeno. "Sakit apa?"

"Gue denger sih, gara-gara ayahnya. Badannya luka,"

"Tau darimana?"

"Dari si ini, sepupunya Renjun yang tinggi gede itu siapa namanya, Chan? Gue nggak sengaja ketemu dia waktu beli minum di supermarket,"

Haechan mengernyit, "Lucas?"

"Mungkin? Gue nggak tau namanya," Mark mengangkat bahunya acuh. "Dia cuma bilang kaya gitu. Jadi, lo mau jenguk Jeno nggak?"

"Separah apa emang?" Haechan menyelami pembicaraan Mark.

Namun bukannya menjawab, Mark justru balik bertanya dengan raut yang sungguh demi Tuhan menjengkelkan. "You actually sound worried, why?" godanya.

Best Hubby | Hyuckren [✓]Where stories live. Discover now