05. Murder

732 150 52
                                    

Jeno mengernyit di tengah tidurnya begitu mendengar suara yang terdengar seperti gesekan dari luar kamar. Dia bangun dari posisi tidurnya dan melihat jam yang berada di atas nakas, ini baru pukul 10 kurang 15 menit malam.

SRET SRET

Suara itu terdengar kembali, kali ini Jeno yakin jika apapun yang sedang ditarik oleh siapapun itu sudah berada di depan pintu kamarnya.

Sempat hening beberapa saat. Jeno hanya mengamati pintu kamarnya dengan keadaan siaga, berjaga-jaga jika saja apapun yang ada diluar kamarnya itu menerobos masuk.

Dia akui jika kali ini dia cukup parno untuk sekedar memeriksa keluar kamarnya, tentu saja hal ini tidak luput dari jasad Felix tadi pagi. Jasad Felix cukup membuat dirinya dan yang lain gentar dan berpikiran aneh. Maksudnya sekarang saja Jeno berpikir jika mungkin diluar itu adalah pembunuh dan dialah selanjutnya setelah Felix. Siapa tahu, kan?

Dia melihat ke ranjang di sampingnya, hanya ada Eric disana karena satu roomatenya yang lainㅡFelixㅡtelah menjadi jasad yang sekarang berada di gudang.

TOK TOK TOK

Sebuah ketukan di pintu berhasil menyadarkan Jeno kembali. Dia meneguk salivanya kasar dan mulai berdiri.

Tentu saja Jeno masih cukup waras dengan tidak membuka pintu sendirian, ayolah dia tidak akan menjadi bodoh seperti tokoh di film horror! Tentu saja dia akan membangunkan kedua roomatenya dulu.

"Eric! Bangun!" Sebelah tangannya mengguncang tubuh Eric dan matanya masih terfokus ke pintu kamar.

Hening. Maupun Eric sama sekali tidak bergeming. Mungkin karena tadi siang mereka semua lelah karena menghabiskan waktu mengakali jasad Felix, karena itu dia begitu susah sekali dibangunkan.

Jeno berdecak kesal dan menampar pipi Eric hingga menimbulkan suara plak yang cukup keras. Alhasil bukannya terjaga tapi Eric benar-benar sangat sadar sekarang. Apa Jeno tidak punya cara yang sedikit normal untuk membangunkannya?!

"ANJING." Umpat Eric sedikit berteriak begitu telapak tangan Jeno yang dingin menabrak pipinya. Sekarang pipi kirinya terasa ngilu dan juga panas.

"Ssstt." Bukannya menanggapi tapi Jeno malah mengisyaratkan Eric agar diam.

Eric mengernyit heran dan mengikuti kemana arah mata Jeno melihat.

"Ada apa?" Bisiknya berusaha tidak menimbulkan suara keras.

Jeno lagi-lagi tidak menggubrisnya dan malah mengisyaratkan Eric untuk mengikuti dirinya membuka pintu.

Eric yang masih belum sadar situasinya hanya mendengus malas, ya walaupun dia tetap mengikuti pemuda Lee itu pada akhirnya.

Keduanya sudah di ambang pintu sekaran dan Jeno sudah memegang knop pintu walaupun belum dia buka. Dia masih menimbang-nimbang untuk membukanya atau tidak.

Eric yang melihat Jeno mematung semakin tidak sabar. Maksudnya apa dia membangunkan Eric hanya untuk berdiri di ambang pintu?! Jam 10 malam?! Sinting.

Tanpa berpikir panjang Eric segera menarik knop pintuㅡmembukanya.

"See? Buka pintu tuh sesimple itu. Perlu gue kasih tutorial?!" Sarkas Eric dengan pandangan yang masih terkunci pada Jeno dan bukannya sesuatu yang ada diluar.

Jeno hanya mematung didepan pintu. Badannya membeku ketika melihat apa yang ada didepannya.

Eric makin heran karena Jeno yang notabenenya selalu mendebat itu tiba-tiba diam. Segera dia ikut melirik pada sesuatu didepan pintu.

The Island | 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang