Perpisahan

5.6K 93 5
                                    

Alven saat ini sudah lulus sekolah menengah pertama (middle school) dia berencana melanjutkan sekolahnya di London Inggris.

Saat ini dia dan keluarga nya sudah berada dibandara internasional Sea-Tac yang berada di kota Seattle, Washington.

"Aku pasti akan sangat merindukan kalian" ucap Alven kepada kedua saudarinya. Yaitu Stela dan Ara.

Alven saat ini berusia 15 tahun, sedangkan Stela dan Ara masih 13 tahun.

"Kami pasti juga sangat merindukanmu Alven" ucap Stela sambil memeluk kakaknya.

Alven mencium pucuk kepala adik kandungnya itu.

"Alven, jangan lupa memberi kabar ya, Ara pasti akan sangat merindukanmu, kami benar-benar kehilangan kakak yang baik sepertimu" ucap Ara yang langsung berhambur ke pelukan Alven.

"Pasti aku akan selalu mengabari kalian" ucap Alven yang masih memeluk Ara.
Sambil membelai rambut coklat gadis itu.

Ara melepas pelukan nya, dia memandang kakaknya yang sangat tampan itu. Alven mengelus pipi Ara dengan lembut. Tiba-tiba Ara mencium bibir Alven sekilas.

Tentu saja hal itu menyebabkan Alven terkejut, tiba-tiba jantung nya berdetak sangat kencang.

Ara hanya tersenyum, Stela yang melihat hal itu tak kalah kaget, saat dia mau protes tiba-tiba sang Daddy yang benama Steven memanggil Alven.

"Alven, waktunya berangkat, sudah cukup acara perpisahannya." Seru sang Daddy.

Alven yang masih spechless menoleh ke arah Steven, dia harus segera menetralkan detak jantungnya yang masih berdetak tak menentu itu.

"Oke Dad, aku sudah siap" jawab Alven mengalihkan pandangan-nya dari Ara dan Stela.

Ara menatap kepergian Alven yang memasuki pesawat pribadi milik keluarganya. Dia menitikan air mata yang sedari tadi dia tahan.

"Sudahlah Ara, jangan menangis. Alven pasti baik-baik saja disana" ucap Stela menenangkan saudarinya itu.

"Heem, aku merasa sangat kehilangan Stel, Alven sangat menyayangi kita, dia selalu membela kita kalau salah dan dimarahi Mommy." Jawab Ara.

"Mommy memarahi kalian karena bandel, dan kakak Alven memang terlalu memanjakan kalian berdua ini" ucap Alea, Mommy mereka bertiga sambil menjewer kuping Ara dan Stela.

"Aduhhhh Mom, sakit" seru Stela.

"Mommy nakal!!" rajuk Ara.

Alea tertawa melihat kedua putrinya yang sedang cemberut itu.

"Iya-iya Mommy minta maaf, sudahlah jangan bersedih lagi." Ucap Alea.

Alven melambaikan tangannya ketika pintu pesawat akan ditutup.

Selamat tinggal USA, Selamat tinggal adik-adiku yang cantik dan selamat tinggal Mom and Dad, aku akan belajar sungguh-sungguh dan menjadi kebanggaan kalian semuanya. Batin Alven.

"Good bay Alven ... !!!" seru ketiga wanita yang sangat berarti dihidup Alven itu.

Steven hanya tersenyum melihat sang putra yang akan pergi ke Negara lain untuk bersekolah.

Putra kebangganya, sangat cerdas dan memiliki IQ yang tinggi. Kecerdasan yang diwarisi dari sang Daddy dan Mommy nya.

Sesaat kemudian pintu pesawat pun tertutup. Alven hanya bisa memandang keluarganya itu dari jendela pesawat.

Dia memegang dadanya, masih terasa sedikit debaran dijantungnya.

"Alven, ada apa denganmu? Kenapa perasaanmu jadi seperti ini, ayolah itu hanya ciuman dari saudara perempuan mu" gumam Alven.

Dia menepis semua perasaan yang terasa aneh menurutnya. Alven tahu bahwa dia sangat menyayangi kedua adiknya tersebut.

Stela berwajah cantik yang parasnya sangat mirip dengan Alea sang Mommy.

Sedangkan Ara memiliki paras yang lembut, cantik dan menawan. Dia termasuk gadis yang sedikit lugu dan lebih pendiam dibanding dengan Stela.

Dan Alven sendiri sangat mirip dengan Steven Austin, sang Daddy yang masih sangat muda, usianya baru 41 tahun.

Pria dengan 3 anak ini adalah CEO SA Grup. Sebuah perusahaan besar di kota Seattle, dia sangat mencintai sang istri Alea Abraham yang terpaut 9 tahun lebih tua darinya.

Ada sebuah rahasia yang mereka sembunyikan selama ini, tentang kebenaran yang akan membuat rumit hubungan antar saudara itu.

Bersambung ....

🔸 Jangan lupa kunjungi karyaku yang lain di Yt ( Navizza Ais ) ya, ceritanya gk kalah menarik😁🥰

Love you My sisterWhere stories live. Discover now