28

13.3K 1.4K 16
                                    

"Mau makan Ra?" Aura terperanjat, lalu menoleh ke samping dapur.

"Kamu pulang? Aku kira nginep di kantor." Ucapnya sembari mendekat ke arah sang suami.

"Tadi niatnya begitu, kerjaan di kantor masih banyak. Tapi aku capek, nggak bisa tidur di sana." Tuturnya membuat Aura mengangguk.

"Kamu mau makan?" Ulang Raka sekali lagi.

"Iya, tiba-tiba pengen bikin mie instan." Aura kembali fokus pada panci yang baru saja dia taruh di atas kompor.

Raka menoleh ke arah dinding, tepatnya pada jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas. Pasca operasi dan menjalani proses pemulihan di rumah, Aura punya kebiasaan baru makan tengah malam. Raka sering mendapatinya membuat makan di jam-jam segini.

"Kamu mau dibikinin sekalian nggak?" Raka menggeleng pelan.

"Aku udah makan. Kayanya setelah bersih-bersih, aku mau langsung tidur aja." Ujar laki-laki itu sembari melepas dasinya.

"Ya udah, kamu langsung ke kamar aja."

"Nggak pa-pa aku tinggal?"

"Nggak pa-pa Ka, setelah makan aku langsung nyusul." Raka menurut, lalu melangkahkan kaki keluar dapur.

Setelah menghabiskan satu porsi mie rebusnya, Aura masuk ke kamar menyusul sang suami. Raka sudah berganti pakaian dengan baju rumahan, laki-laki itu tampak berbaring nyaman di ranjang mereka.

Aura menatap bingung, baru kali ini Raka tidur duluan sebelum dirinya. Padahal biasanya, laki-laki itu akan mengajak berbincang tentang hal apapun sebelum tidur. Entah kenapa, Aura merasa ada yang berbeda dengan Raka malam ini.

Perempuan itu menempati sisi kosong di samping sang suami, membuat ranjang keduanya sedikit bergerak.

"Ra," Panggil Raka pelan tanpa membuka matanya yang masih terpejam. Aura sontak mengernyit.

"Aku kira kamu udah pulas."

"Tadi Dhimas ke sini ya?" Tanya laki-laki itu tampak mengabaikan ucapan Aura barusan. Ah, pertanyaan tiba-tiba yang Raka ucapkan, refleks mengingatkan Aura pada kejadian pagi tadi.

"Riko, Caca.. Mainnya nanti lagi, sekarang habisin sarapannya dulu, Nak." Aura dengan semangat menyuapi kedua buah hatinya, yang kini berada di halaman rumah.

Hampir sepuluh hari Aura hanya tidur-tiduran, dan mulai hari ini, dia bertekad untuk melakukan aktivitas biasa, tentunya setelah mendapat ijin dari dokter.

"U-dah, Ma.. Aca kenyang." Tolak anak itu membuat Aura menarik kembali suapannya.

"Ya sudah." Aura mengangguk sembari tersenyum lembut, lalu kembali membiarkan anak-anaknya bermain.

Ketika sedang asyik menikmati suasana cerah pagi hari, salah seorang pekerja Raka mengampirinya dan mengatakan jika ada tamu yang datang.

"Tamu?" Tanya Aura bingung. Tumben ada tamu? Pikirnya.

"Iya, mbak. Mau langsung di suruh masuk atau bagaimana?"

"Oh, iya pak. Langsung suruh ke sini saja. Saya sambil jagain anak-anak."

"Baik, Mbak." Pekerja Raka pamit undur diri, hingga beberapa saat kemudian, datang seseorang yang berjalan ke arah taman menuju tempat Aura berada.

"Ra," Panggil orang itu membuat Aura menoleh.

"Dhi-Dhimas." Tentu Aura terkejut mendapati Dhimas berada di rumahnya.

"Gimana kondisi kamu Ra?" Tanya laki-laki itu.

"Baik, kamu ke sini? Ada keperluan apa?" Ucapan Aura sedikit tergagap.

Save The Date!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant