20: Semakin Rumit

130 28 16
                                    

Sang surya naik, menggantikan posisi sang rembulan. Sinarnya memberi kehidupan, membuat banyak manusia memulai kegiatan hari barunya.

Tadi malam Ahn Seokjin akhirnya bermalam di apartemen Sojung. Laki-laki itu tak bisa pulang, lantaran sudah terlalu larut. Pemilik apartemennya sendiri, tak keberatan kalau Ahn Seokjin menginap untuk semalam di apartemennya.

Ahn Seokjin berterimakasih, karena sudah diizinkan bermalam. Walau dia hanya bisa tidur di sofa, tapi tidurnya semalam terasa sangat nyaman. Seokjin tertidur sangat nyenyak, terlepas dari tempat tidurnya yang mungkin terasa kurang nyaman.

Belum lagi, Seokjin diberi sarapan yang sangat enak, oleh pemilik yang apartemennya ia tumpangi tadi malam. Seokjin diberi teh hangat, juga sehelai roti panggang untuk sarapan.

Keduanya, menikmati sarapan dengan baik. Mereka menyantap sarapan dengan bahagia, sambil berbicara omong kosong yang menimbulkan canda tawa di antara keduanya.

Usai sarapan, Yang Sojung mengantar Ahn Seokjin untuk pulang. Dia akan mengantar Seokjin setidaknya sampai ke stasiun bawah tanah. Stasiun bawah tanah itu, letaknya tak jauh dari apartemen tempat Yang Sojung tinggal.

"Omong-omong, Yang Sojung-ssi." Seokjin memanggil, untuk memulai obrolan.

Sementara Yang Sojung menoleh, menatap wajah Seokjin dengan baik. "Hm?" Sojung menyahut, memenuhi panggilan Seokjin. "Kenapa?"

"Hari ini kau akan pergi untuk mengisi akhir pekanmu?" tanya Seokjin.

Sojung menjawab, "Entahlah. Kalaupun iya, aku hanya akan pergi sendiri, menikmati waktu untuk diriku sendiri."

Seokjin menarik kedua sudut bibirnya, dia mengangguk paham. Sojung berbicara lagi, "Sebenarnya Ahn Seokjin-ssi, ada yang ingin kukatakan padamu," kata Sojung.

Seokjin lantas menatap Sojung dengan baik. Namun, pelan-pelan langkahnya berhenti saat Sojung juga melakukan hal yang sama lebih dulu. Lucunya, Sojung terkekeh saat Seokjin mengikutinya; menghentikan langkahnya. Sojung kembali berjalan, lalu Seokjin juga begitu dengan segala kebingungannya.

Namun, tak mau berpindah fokus dari apa yang ingin ia bicarakan, Sojung akhirnya bersikap masa bodoh, akan apa yang terjadi barusan. Dia kembali mengungkapkan, apa yang ada dalam pikirannya.

"Ahn Seokjin-ssi, setiap manusia, punya hak untuk jatuh cinta dengan siapapun. Bukan begitu?" tanya Sojung. Seokjin berdehem, mengiyakan pertanyaan Sojung. Gadis itu lantas lanjut lagi, "Setiap manusia juga berhak menjalin hubungan dengan siapapun. Benar?"

Lagi-lagi Seokjin mengangguk. Dia bisa saja menyahuti pertanyaan Sojung, lebih dari kata 'iya' dan anggukan kepala. Namun, laki-laki itu memberi Sojung jeda untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.

Saat Sojung menghentikan langkahnya lagi, lalu menatap Seokjin dengan raut wajah serius nan sendu. Seokjin pelan-pelan mulai merasa khawatir, lantaran sikap Sojung yang berubah lumayan signifikan.

"Tapi Ahn Seokjin-ssi, manusia tidak bisa menjalin hubungan dengan manusia lain yang belum menyelesaikan masa lalunya," kata Sojung. "Kau akan menderita, kalau kau jatuh cinta juga menjalin hubungan dengan diriku, yang belum selesai dengan masa laluku."

Sojung memegang lengan Seokjin dengan kedua tangannya. Dia tersenyum tulus menatap mata Seokjin. "Cari perempuan lain ... yang bisa membuatmu bahagia, alih-alih membuatmu menderita."

Seokjin balas memberikan senyuman tipis pada Sojung. Dia meraih kedua tangan Sojung di lengannya, lalu membawanya ke bawah dan menggenggamnya dengan erat. "Kalau hanya soal masa lalu, aku akan menunggumu menyelesaikan semua masa lalumu," kata Seokjin.

Him; SeokjinWhere stories live. Discover now