43: Dia dan Alkohol

145 36 12
                                    

Entah karena makan malam yang kelewat menyenangkan, atau karena Seokjin yang payah dan terus kalah dalam permainan kali ini, laki-laki itu akhirnya mabuk. Ahn Seokjin juga selalu menolak menjawab, saat Taehyung bertanya mengenai sudah sedalam apa hubungannya dengan Yang Sojung. Laki-laki itu terlalu malu untuk mengakui.

Tapi ... Ahn Seokjin selalu mengaku bahwa dia sangat-sangat mencintai Yang Sojung. Tak peduli sekalipun di luar sana ada yang lebih cantik, lebih berkompeten dan lebih berkelas dibanding perempuan yang kini bersamanya, Ahn Seokjin tetap akan mencari Sojung sebagai tempat yang akan ia jadikan pelabuhan terakhir.

Bahkan saat dirinya sudah mabuk pun, Ahn Seokjin terus-menerus berkata bahwa dia mencintai Sojung. Laki-laki manapun yang berani melirik Yang Sojung dan mencoba meraih hati gadis itu, Seokjin bersumpah akan menghabisinya lebih dulu.

Yang Sojung hanyalah miliknya! Tak ada laki-laki lain yang lantas bersanding dengan gadis itu, kecuali dirinya; Ahn Seokjin, yang dengan segenap hati dan begitu tulus memberikan cintanya pada Yang Sojung.

Mendengar itu, Umji dan Yerin langsung menggoda Sojung habis-habisan. Mereka menilai bahwa Yang Sojung adalah gadis yang beruntung karena dicintai Ahn Seokjin dengan tulus. Mereka sempat iri, namun mereka lebih senang karena Sojung akhirnya bertemu dengan laki-laki yang mencintainya dengan tulus―alih-alih seperti Lee Namjoon kedua.

"Seokjin begitu mencintaimu. Kupikir kau harus selalu menjaganya agar dia tak lepas dari pelukanmu, Sojung-ssi," kata Taehyung sambil memasang senyum jahil.

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, Cho. Jangan terlalu sibuk memerhatikan hubunganku dengan Seokjin, kau juga harus perbaiki hubunganmu dengan Yerin agar lebih baik ke depannya," balas Sojung.

Dia mengalungkan tasnya, juga tas Ahn Seokjin. Gadis itu dibantu Taehyung memapah tubuh besar Ahn Seokjin ke dalam mobil. Usai meletakkan barang-barang di kursi belakang, Sojung naik dan segera mengendarai mobil milik kekasihnya―setelah sebelumnya memastikan bahwa sabuk pengaman Ahn Seokjin sudah terpasang dengan baik.

Sojung bingung harus membawa Seokjin kemana, selain apartemennya. Dengan susah payah dan tanpa bantuan siapapun, Sojung berusaha memapah tubuh berat Ahn Seokjin sampai ke unit apartemennya.

Dia meletakkan tubuh Ahn Seokjin di atas sofa, membiarkannya terbaring, sementara gadis itu berusaha melepas sepatu dan kaus kaki yang Seokjin kenakan. Sojung juga membantu membuka outer yang Seokjin kenakan, lalu menggantung outer itu di tempat tempat yang seharusnya.

Dia mengambil air putih dari dapur, lalu membawanya kembali pada Seokjin. Tangan gadis itu menepuk-nepuk bahu Seokjin. "Oppa, bangun sebentar dan minum air putih dulu."

Seokjin malah melantur. Dirinya malah berteriak, lalu menangis tanpa mengeluarkan air mata. "Aku benar-benar menginginkan Yang Sojung! Aku hanya ingin dia!"

Sojung kembali mengulas senyum, lalu menyahuti Ahn Seokjin yang mengigau. "Aku juga begitu. Aku hanya ingin terus bersamamu. Aku mencintaimu."

Ahn Seokjin kembali menangis tanpa air mata. "Aku tak bisa meninggalkan dia. Aku harus terus bersamanya. ―ani, Sochie. Aku akan berusaha untuk terus menemanimu."

Kening Yang Sojung mengerut. Dia menekuk lututnya lalu duduk setengah berjongkok di atas lantai. "Kau mau pergi meninggalkanku?"

"Ani! Aku hanya ingin di sini bersama Sochie-ku yang manis! Aku pasti akan merindukannya kalau aku berada jauh darinya." Seolah mendengar pertanyaan Sojung, Ahn Seokjin menjawab dengan kalimat demikian.

Entah dengan maksud apa, Yang Sojung menarik kedua sudut bibirnya. "Geurae, Oppa. Kau harus terus bersamaku dan berada di dekatku. Kau sudah pernah berjanji padaku, 'kan?"

Seokjin mengangguk dengan mata tertutup. Badannya ia gulingkan, membelakangi Yang Sojung. Laki-laki itu mulai terlelap dalam tidurnya. Benar-benar kehilangan kesadaran karena sudah tak kuat untuk bertahan.

Sojung sebenarnya merasa terganggu akan kalimat yang Seokjin lontarkan saat mabuk barusan. Tapi ... Sojung berusaha menaruh keyakinan bahwa ini pasti bukan apa-apa. Kalaupun ada hal yang masih Seokjin sembunyikan darinya, cepat atau lambat laki-laki itu pasti akan mendiskusikan hal itu bersamanya.

Mengingat selama ini Ahn Seokjin selalu bersikap terbuka padanya, pun selalu mengajarkannya untuk mendiskusikan hal apapun yang mengganggu salah satu dari mereka, agar hal yang mengganggu itu dapat diselesaikan dengan cara yang seharusnya.

°・Him; Seokjin・°

Dengan kepala yang masih berdenyut nyeri, Ahn Seokjin menuntun langkahnya menuju dapur. Senyumnya ia paksakan untuk terukir, saat matanya menemukan wajah gadis terkasihnya.

"Kau sudah bangun?"

Yang Sojung tampil sederhana dengan apron yang melekat pada tubuhnya, juga rambutnya yang ia cepol atas. Walaupun begitu, pemandangan seperti ini sebenarnya adalah pemandangan berharga bagi Seokjin. Sojung sudah sangat layak ... untuk terus tampil seperti ini di dapur rumah mereka nanti.

"Ya, baru saja." Ahn Seokjin menerima segelas air putih dari tangan kanan Sojung. Dia menenggaknya hingga habis, demi menetralisir kadar alkohol dalam tubuhnya.

Usai itu Ahn Seokjin berjalan ke arah wastafel. Menyalakan keran air, kemudian meraup wajahnya hingga laki-laki itu merasa lebih segar setelah melakukan hal demikian.

Dia berjalan kembali ke arah Sojung yang sedang menyeduh teh hijau dicampur madu. Laki-laki itu kembali dapat minuman penetralisir kadar alkohol dari kekasihnya. "Sochie, apa aku begitu mabuk semalam?"

Sambil memberikan teh hijau yang sudah ia buat, Sojung membalas pertanyaan Seokjin dengan bentuk pertanyaan pula. "Apa kau ingat apa saja yang telah terjadi semalam?"

"Aku ... selalu menolak menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan kita, aku juga masih ingat saat kau membawaku kemari. Tapi ...,"--Ahn Seokjin memiringkan kepalanya, lalu menggeleng--"aku tak ingat apapun lagi setelah itu."

Seokjin lanjut membuka mata lebar-lebar, tenggorokannya mendadak tercekat. "Apa mungkin ... ada sesuatu yang terjadi di antara kita?"

Sojung tertawa, menggoda Ahn Seokjin yang kebingungan. "Kau pikir apa? Aku menidurimu? ... atau kau meniduriku tanpa sadar?"

Seokjin mengangkat kedua bahunya. "Kau tahu, aku begitu liar saat mabuk―" Ahn Seokjin memutus kalimatnya tiba-tiba. Ketika sadar bahwa Sojung sepertinya tidak bertindak sesuai dengan apa yang otaknya pikirkan. "Tidak. Sochie, bukan begitu? Kita tidak melakukan apapun?"

"Geutji! Tidak ada yang terjadi di antara kita semalam," balas Sojung yang seiring dengan berakhirnya kalimat gadis itu, sendok kayu yang dirinya pegang mendarat di dahi Ahn Seokjin.

"Oppa, tubuhmu lebih besar daripada tubuhku. Jangan mabuk dan menyusahkanku lagi! Kau mengerti?" peringat Yang Sojung.

"Ah, ye! Algesseumnida!" balas Seokjin sambil membungkukkan badannya. "Aku minta maaf untuk semalam, karena telah membuatmu kesulitan."

"Kumaafkan," balas Sojung sekenanya. Dia mematikan kompor, lalu membuka tutup panci yang berisi sup baru masak. Gadis itu tersenyum ketika menghirup aroma lezat yang menyeruak dari dalam panci. Dia meminta bantuan Seokjin untuk menata meja makan, setelah itu baru mereka akan menyantap sarapan pagi bersama dan pergi ke perusahaan untuk memulai hari sibuk sebagai pegawai copy editor.

°・Him; Seokjin・°

A/N:
gausah sedih-sedih yuk ―padahal diri sendiri nyesek😓
masih ga percaya, tapi yakin deh buddy ... keputusan yang mereka ambil itu keputusan yang bijaksana, yang terbaik buat diri mereka masing-masing, gfriend, source music, juga kita

tetep semangat lah ya:( serah diri aja, ikhlasin semuanya.

semoga part ini bisa sedikit menghibur, jangan lupa tekan bintang kalau kamu berpikir begitu!🌟⭐ kita ketemu lagi secepatnya!

Him; SeokjinWhere stories live. Discover now