38: Masa Lalu

127 31 20
                                    

Hari-hari Yang Sojung berjalan dengan baik dan seperti biasa selama beberapa minggu ini, menurut yang Seokjin perhatikan. Padahal kenyataannya, laki-laki itu sedikit kurang peka atas perubahan yang gadisnya alami.

Yang Sojung menyimpan banyak obat penenang, juga obat tidur hasil mengunjungi dokter beberapa waktu lalu. Dia benar-benar tidak tahan ... akan suara-suara menyakitkan dari masa lalu.

Dia selalu merasa bersalah, menyesal, dan percaya akan apa yang Ayahnya tuduhkan. Yang Yeonsoo―dirinya di masa lalu, yang tak pernah benar dalam segala hal. Tak pernah mampu melakukan apapun sendiri. Benar-benar payah dan tak berguna.

Sayangnya, Yang Yeonsoo merasa pantas Ayahnya melakukan hal seperti itu padanya dulu.

Tidur Sojung malam ini kembali gelisah. Ingatan masa lalu kembali menghantuinya. Kepalanya bergerak kesana-kemari, mulutnya mengucapkan hal yang tak bisa ia sadari.

"Ayo. Aku akan membuatmu berani berenang lebih cepat."

Yang Yeonsoo kembali turun ke kolam renang. Dia melihat apa yang teman barunya itu lakukan. Memberi tepuk tangan paling meriah ketika anak laki-laki itu tiba di ujung kolam renang dengan waktu yang bahkan tak bisa saudara laki-lakinya capai.

Ketika anak laki-laki itu kembali ke ujung kolam renang tempat Yeonsoo berada, dia langsung memerintahkan Yeonsoo untuk menirunya. "Kau pasti bisa lakukan itu juga. Untuk kali pertama tidak perlu terlalu cepat, tapi kau harus pastikan kau sudah melakukan usaha itu dengan maksimal."

Yeonsoo mendorong dirinya dengan air ke belakang. Dia menggelengkan kepalanya. "Aniya. Aku tidak bisa melakukan itu."

"Kenapa? Kau pasti bisa melakukannya," balas anak laki-laki itu.

Yeonsoo lagi-lagi menggeleng. "Aku payah, aku penuh rasa takut. Sangat berbeda denganmu yang luar biasa. Oppa, Jjang! Jjang Oppa memang yang terbaik."

"Apa itu? Jjang Oppa?" Anak laki-laki itu tertawa, tapi kepalanya menggeleng. "Namaku Ahn Seokjin, bukan Jjang."

"Tapi kau hebat dan kau yang terbaik. Kau bahkan mengalahkan dua saudara laki-lakiku, kau adalah pemimpin!"

Ahn Seokjin kecil tertawa. "Geurae. Aku mengizinkanmu untuk memanggilku seperti itu," katanya. "Lantas, siapa namamu? Aku belum tahu namamu."

"Yang Yeonsoo," jawab Yeonsoo. "Walaupun aku memang payah dan penakut, kau harus mengingatku dengan nama Yeonsoo. Jangan mengingatku sebagai gadis payah dan penakut. Aratji?"

"Arasseo, Yeonsoo-sii ... oh, tunggu." Kepala Yeonsoo dibuat teleng lantaran Ahn Seokjin kecil menggantung kalimatnya. "Wajahmu menggemaskan seperti bayi lucu yang masih sulit melafalkan huruf S. Bagaimana kalau aku memanggilmu Yeonso-chie? Sochie terdengar sangat menggemaskan." Ahn Seokjin kecil mengukir senyum lebar-lebar usai berkomentar demikian.

"Sochie?" Yeonsoo bertanya untuk memastikan. "Geurae. Nama itu terdengar bagus dan cocok untukku."

Ahn Seokjin masa lalu mengangguk dengan tawa kecilnya. Dia lantas lanjut membujuk Yeonsoo agar mau mencoba berenang dengan kemampuan yang maksimal―yang gadis kecil itu miliki.

Ahn Seokjin mengambil stopwatch di atas sebentar, lalu kembali turun dan menekan tombol mulai sejak Yang Yeonsoo mulai menyelam dan berenang.

Putaran pertama, Yang Yeonsoo berenang dengan waktu di bawah standar kompetisi. Tapi meski begitu, Ahn Seokjin memberinya semangat untuk menambah kecepatan bahkan walau hanya satu detik.

Sampai akhirnya Yang Yeonsoo berhasil menyentuh waktu terbaiknya dengan banyak percobaan. Keduanya mengangkat senyum lebar. Yeonsoo bangga pada dirinya sendiri, Ahn Seokjin juga bangga pada gadis kecil yang manis―yang baru ia temui beberapa waktu lalu.

Him; SeokjinWhere stories live. Discover now