Eps. 1

587 54 1
                                    

Anak itu ternganga saat bangun dari tempat tidurnya dan melihat cermin. 

Siapa deh, yang bakal mengutuk wajahnya yang rupawan? Hanya orang gila, 'kan?

Dia tercengang, berharap dia hanya mimpi.

Oke, ketimbang bingung dia siapa dan kenapa, mari mundurkan waktunya terlebih dahulu.

*kilas balik*

Lauren menguap, dia merasa mengantuk setelah bermain game onlinenya yang kadang suka eror tapi tetap dia cintai. Itu menyenangkan dan membuatnya ketagihan, dia sudah kecanduan dan susah untuk membawanya ke jalan yang benar.

Untuk sebuah keanehan yang seharusnya dia tanyakan, DIA tidak mungkin melewatkan penjelasan itu, disaat ada sebuah lampiran entah dari mana yang memaksanya untuk menjadi orang kaya tampan, dia berpikir itu semacam game aneh yang pasti akan menyenangkan, dengan bodohnya, dia mengiyakan dan kegelapan menyerang dirinya.

Terbangun, dia merasa aneh, badannya sedikit mengecil, dia seperti melihat banyak barang mewah disekelilingnya, warna abu-abu yang melekat dengan dindingnya keperakan, selimut sutra yang lembut dengan cahaya matahari tidak menyerang penglihatannya, dia melihat tangannya yang putih pucat, itu mungil, walau dia jarang keluar rumah dikarenakan mendekam di komputernya, kulitnya tidak sepucat itu.

Dia menapaki kakinya dilantai, sudah tersedia sandal yang juga sama lembutnya. Dia melangkah ke cermin.

*kilas berakhir*

I. T. U. WAJAH DRACO SIALAN MALFOY! Dia melihat rambut platinumnya yang khas, mata peraknya, dan betapa pucatnya kulit itu.

Ketukkan di pintu memaksanya berbalik. Dia menoleh ke seorang-tidak-sebuah-uhh-seekor? Apapun itu! Ada peri rumah bermata besar menatapnya segan, takut, ngeri.

Kenapa dia tampak familiar?

"D-Dobby disini ingin memberitahukan kepada Tuan Muda Draco untuk segera sarapan," lengkingnya, menatap gemetar saat Draco yang baru memandang tanpa ekspresi, sepertinya dia mengharapkan sebuah siksaan? Argh, lupakan pikiran ngaco ini!

"Iya." Karena bingung, dia hanya bisa menjawab sekata, belum tahu lagi bagaimana dia akan bereaksi seperti apa saat menghadapi kedua orangtuanya.

Dobby menghilang dengan bunyi keras. Membuat Lauren yang berada di tubuh Draco Malfoy menghela nafas lega.

Aku terduduk, dan memikirkan bagaimana mengesalkannya Draco Malfoy ini.

Mengatai Ron, membuat keributan dengan Harry, dan bertingkah dia adalah seorang yang paling berkuasa di sekolahan.

Meski begitu, jelas-jelas bocah inilah yang juga menggerakan alur cerita Harry Potter. Seperti jika bukan karena dirinya, Harry Potter bisa berada di Slytherin, jika bukan dirinya, Harry takkan bisa menjadi anggota Quidditch, jika bukan karena dirinya, apakah Harry tetap akan mengetahui bakat istimewanya, jika bukan dirinya -lagi!- akankah Harry akan bisa menjadi Harry yang akhirnya memahami tidak semua orang menyukainya? (Apasi gaje)

Walau karakternya membaik di sekitaran buku ke-enam, tetap saja, rasa jengkelnya ke Draco Malfoy si mata es licin itu masih terlalu tinggi.

Apalagi, haruskah dia mengikuti alur ceritanya? Menemukan kesekian kemalangan yang sungguh memprihatinkan? Tentulah tidak!

"Itu berarti ...," ia berusaha berpikir jernih sembari mondar-mandir.

Became Draco Malfoy?! [Bl]Where stories live. Discover now