Eps. 7

279 35 4
                                    

Beberapa hari telah berlalu, sungguh menyenangkan membagi waktu antara Ron dan Elios, keadaan Elios masih kurang stabil, tetapi dia selalu mengingat dengan baik yang dikatakan Draco.

Keuntungan memiliki otak yang encer ... Draco sedikit iri tetapi melihat keadaan elf itu, dia mengurungkan niatnya. Kehidupannya lebih baik darinya.

Percakapan demi percakapan yang terjadi selalu berakhir dengan canggung, Elios susah berkomunikasi, dan Draco membenci interaksi, ini menjadi perjuangan yang sulit untuk mengajari dan mendekatkan diri agar Elios setia kepadanya.

Untuk Ae', peri rumah itu sangat cekatan dan terbaik, bukan Draco melebih-lebihkan, tetapi memang benar bahwa semua yang dilakukan Ae', bahkan tanpa disuruh, sangat memuaskan. Keadaan Elios cukup membaik disebabkan Ae' selalu bisa membuat Elios merasa nyaman dan traumanya berkurang cukup banyak.

Draco membuka PR yang diberikan tutornya dan menggeleng kesal, "Seharusnya aku bertanya-tanya mengapa ayah mengirim guru yang bahkan membuat PR begitu mudah sampai aku bisa menjawabnya sebelum selesai membaca pertanyaannya?" dia menutup kembali buku PR-nya dengan gusar dan menyender menatap Elios yang membaca dalam diam.

***

Di hari yang sama saat Draco menemukan koran Daily Prophet.

"Sirius Black," desis Narcissa dengan nada jijik, yang dipanggil mendongak dan membuat ekspresi suram.

"Cissy," bisiknya dalam suara berbahaya, wajah tampannya tidak tertutupi bahkan dalam wujudnya yang sekarang begitu mengerikan, iris matanya yang mendingin bersinggungan dengan mata sepupunya yang muram bahwa si gila Black bebas dari Azkaban.

Tidak terhitung berapa lamanya calon Lord Black itu menahan keinginannya untuk memusnahkan Black dan Malfoy, hal yang paling menyebalkan ialah merekalah yang membuatnya sadar mengenai Dumbledore, menarik Sirius ke sisi keluarga lamanya. Hanya karena ia diduga Black terakhir yang masih muda.

"Pertemuan keluarga akan dilakukan oleh kakek, kuharap dalam beberapa hari ini kau sudah membaik dan siap menghadirinya." Narcissa berkata dengan angkuh, Sirius Black memutar bola matanya dan bersikap seolah mengabaikannya dengan memakan buah.

"Hanya itu?" balasnya tanpa minat, terlihat sangat ingin mengakhiri percakapan singkat tidak menyenangkan ini. Mereka tidak pernah berbicara semenjak Sirius terpilih di Gryffindor, karena Narcissa adalah Slytherin berkelas yang akan menikahi Malfoy.

Narcissa melambaikan tongkatnya, menggumamkan mantra privasi, demi tidak terjadinya hal tidak menyenangkan karena informasinya bocor. Lalu, dia menatap Sirius dengan tegas saat dia duduk di bangku di hadapannya.

"Ada sesuatu yang perlu kau ketahui."

***

"Aku akan membunuhnya," aura Draco mengeluarkan percikan tidak manusiawi saat amarah menguasainya. "Beraninya dia? Dia pikir dia siapa?!"

Ini sudah kesekian kalinya Draco mengucapkan pembunuhan berdarah kepada tutornya, dia benar-benar tidak berguna, dengan sejarah keluarganya, mengapa atas demi nama Morgana, ayahnya menyewa seseorang dari pihak Light yang tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa ia selalu mencemooh Malfoy?

Draco menjambak rambutnya frustrasi, melihatnya yang memiliki pandangan buta terhadap Dumbledore, dia telah menyadari bahwa ayahnya telah salah jalan, atau malah gila, memikirkan bahwa pemuja Dumbledore akan mau mengajari Malfoy dengan penuh kasih.

Became Draco Malfoy?! [Bl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang