48

3.4K 211 9
                                    


Kayanya cp ini lumayan banyak, hehhe..
....

Semakin hari Aryo semakin bersifat hangat  kepada Ara. Dulu, Aryo selalu saja acuh, judes dan dingin jika bersama gadis berisik yang bernama Ara dan sekarang itu semua sudah hilang seakan di telan bumi.

Sekarang, pria jangkung itu sudah menjadi hangat dan cair seperti anak kangguru yang selalu ikut bersama induknya. Ara sedikit senang, cintanya di balas oleh laki-laki itu. Tapi, Ara juga sedih harus bisa kehilangan Cahyo, cowok terbaik yang Ara kenal setelah Aryo.

Setelah ujian nasional kelulusan. Mereka semua pergi ke makam sang sahabat. Siapa lagi kalau bukan Cahyo. Ara masih saja tidak menyangka atas meninggalnya sahabat terbaiknya itu. Semoga saja Cahyo tenang di alam sana dan selalu bahagia.

"Cah, apa kabar? Kita semua kesini loh buat nengokin Lo. Lo baik-baik kan disana." Jeje  menatap gudukan tanah yang ada di depannya. Semuanya menghela nafas dan saling menatap gudukan itu dengan tatapan yang sendu.

"Iya, kita mau lulus nih. Andai aja Lo gak ninggalin kita semua. Mungkin kita udah seneng kelulusan ada Lo," sahut Sanca. Khanza menoleh menatap Sanca sambil mengusap punggung sang kekasihnya agar selalu tegar dan ikhlas.

"Iya bener tuh, andai aja... Lo disana baik-baik ya," sambung Dina sambil mengaburi bunga yang dibawa dari rumah.

"Hiks.."

Tangisan seorang gadis pecah begitu saja. Semuanya menoleh ke arah gadis itu, ya itu adalah Ara. Gadis itu sudah menangis sambil memeluk batu nisan Cahyo dengan erat. Aryo yang berada di belakang gadisnya langsung menghela nafasnya dan segera menenangkan gadisnya.

"Jangan nangis, kalo Lo nangis Cahyo bakalan sedih juga," ucap Aryo sambil menatap gadisnya dengan tatapan yang sangat teduh untuk menenangkan.

Ara menangis sesenggukan dan tetap memeluk batu nisan itu.

"Kenapa Cahyo ninggalin kita semua.."

"Itu takdir Ra," sambung Wildan.

Wait, sejak kapan laki-laki itu berada disini. Ah, pasti Wildan menyusul karena ada Nina. Apa mereka mempunyai hubungan? Entalah, mereka saja tidak tahu.

"Ngapain Lo kesini?" tanya Sanca kepada Wildan. Wildan mendengus dan melirik sinis ke arah gadis yang sedang memakan cemilannya.

"Nina suruh gue kesini!"

"Sejak kapan Lo mau di suruh-suruh cewek?" sinis Sanca dengan mata yang sudah memincing.

Nina membuka suara. "Semenjak Papah Mamah Nina keluar negeri. Om Wildan yang jagain Nina selama satu minggu ini!" sela Ninda dengan wajah polos sembari memakan snacknya.

Semuanya sontak tertawa dan terkekeh geli.

"Sejak kapan Lo mau jadi budak Nina?" timpal Jeje sok akrab. Wildan memutar bola matanya malas dan langsung menarik pergelangan tangan Nina.

"Ayok pulang! Lo mau hah, diomelin sama bokap. Yang ada gue yang kena omel sama bokap Lo. Ayo pulang," ajaknya kepada Nina. Nina menganggukkan kepalanya dan langsung berpamitan pulang kepada teman-temannya.

Setelah sudah, semuanya kembali terdiam lagi. Apalagi Ara yang masih saja menangis menatap batu nisan yang bertulisan nama sahabat terbaiknya.

"Udah mulai sore, kayanya kita pamit pulang deh," seru Sanca kepada Aryo. Aryo menganggukkan kepalanya. "Kalian pulang aja, gue sama Ara masih mau disini."

"Yaudah Ra, gue pulang ya. Jangan nangis, Cahyo udah bahagi disana." Lolipop berdiri dan memeluk sahabat sejatinya ini. Ara hanya mengangguk dan tidak menjawab.

ICE BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang