Aku kembali beraktifitas seperti biasanya. Toko lumayan banyak pesanan, apalagi orderan cod juga lumayan banyak. Untunglah karyawan aku lumayan cekatan dalam menangani. Hendra dari pagi sudah membantu packing pesanan dan mengorder stok baju yang habis. Hari tanpa terasa sudah siang. Perut rasanya sudah minta diisi.
'Mas, makan siang dulu yuk, aku dah lapar," aku mengajak Hendra sambil berbenah.
"Makan bakso kayaknya seger ya Ras, gimana mau?' tanya Hendra.
"Boleh, tapi yang dekat aja ya Mas, soalnya masih banyak kerjaan.'
"Iya." jawab Hendra.
"Mbak Tutik, gak usah kemana-mana ya, nanti aku bungkuskan makan siang. Kita kejar pesanan dulu ya?" kataku pada Tuti.
"Ok mb," jawab Tuti
"Ayo Mas..." ajakku pada Hendra sambil melangkah keluar. Hendra mengikuti langkahku di belakang. Tak berapa lama perjalanan, kita sudah sampai di warung bakso langganan.
"Minumnya sama aja ya, es teh biar cepat nih haus banget.." kata Hendra sambil menunjuk kerongkongannya. Aku tersenyum melihat Hendra. Kasihan dia sampai gak sempat minum, gara-gara sibuk membantu aku di toko.
"Walah kasihannya sampai haus ya? Makasih ya Mas," aku menggenggam tangannya. Hendra tersenyum.
"Iya Ras, kapan-kapan ajak Arjun ke toko ya?" jawab Hendra.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
"Ras, ibu aku ingin ketemu kamu, bisa gak?' tanya Hendra hati-hati seakan takut menyinggung perasaan.
"Iya Mas, aku juga sudah memikirkannya. Aku minta ijin sama ibu dulu ya?" aku sudah memantapkan hati untuk memilih Hendra.
"Senang aku Ras, ternyata kamu benar-benar berusaha untuk membuka hatimu. Jadi gak sabar," kata Hendra sambil senyum-senyum.
"Kok gak sabar, emang mau apa sih Mas?" tanyaku bingung. Kalau masalah pernikahan aku belum memikirkan untuk secepatnya. Lebih baik mengenal keluarganya dulu.
"Ehm..mau bikin Arjun punya adik Ras," jawab Hendra sambil berbisik. Ku ambil sekotak tisu dan ku lempar kearahnya. Ini kok sama aja dengan Damar ya? Apakah semua pria berpikiran mesum?
"Wah Ras, belum juga resmi kamu udah kdrt. Nanti kalau resmi, aku babak belur gimana? Aku mesti lapor komnas HAM ini," canda Hendra.
"Emangnya komnas HAM mau ngurusin kamu yang gak penting Mas?"
"Eh siapa juga yang minta buat kurus? Badan udah bagus gini juga," Hendra masih dengan pede nya memamerkan bentuk tubuhnya. Aku tidak menanggapi omongannya. Bagiku bakso lebih berfaedah untuk saat ini. Lagi enak-enaknya makan tiba -tiba sebuah pesan masuk.
"Begini kelakuan pelakor? Sudah punya gandengan masih mau sama suami orang! Dasar janda genit!'
Ini pasti dari nenek lampir, padahal nomor yang dulu sudah aku blokir. Aku tidak mau berurusan lagi dengannya. Ternyata dia ganti nomor lagi.
"Ada apa Ras, kok tiba-tiba cemberut? Baksonya kurang? Mau nambah?" tanya Hendra.
Ku berikan ponselku ke Hendra dan dia membaca wa yang ku tunjukkan. Raut wajahnya berubah merah.
"Siapa dia Ras? Istrinya Damar? Aku jadi gemes pingin bikin perhitungan. Sayang dia perempuan, kalau laki-laki udah tak ajak rame," kata Hendra berapi-api. Aku juga heran apakah nenek lampir selalu memata-mataiku ya? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri juga tidak menemukan orang yang mencurigakan. Ah masa bodoh lah.
"Udah Mas, gak usah dipikir. Yuk pulang kasihan mb Tuti nanti kelaparan."Hinaan dan cacian Diana membuat mood aku jadi jelek. Aku ingin membalasnya seperti tempo dulu. Ingin ku cakar wajahnya biar mirip nenek lampir beneran Aku memikirkan cara gimana ya?
Akhirnya aku mempunyai ide yang brilian. Akan aku bikin kamu kebakaran jenggot nek..ups, bukankah nenek lampir gak punya jenggot ya?

YOU ARE READING
MAHLIGAI YANG TERKOYAK
RomanceKetika kesetiaan dan cinta seorang istri dipermainkan. Kisah ini dimulai dari keegoisan mertua yang tetap ikut campur terhadap masalah rumah tangga anaknya. Walaupun cinta masih diatas segalanya, sang suami terpaksa menuruti kata Ibu sehingga menyak...