Ternyata apa yang ibu bilang sepertinya selalu benar. Buktinya, Damar baru tiga hari sudah kelihatan membaik. Makan sudah teratur, tidak banyak melamun karena ada Arjun dan dia mulai mengerjakan tugas dari kantor lewat rumah. Apa efek kehadiran aku dan anaknya begitu berarti baginya? Ini memasuki hari ke tiga kami merawatnya. Rencana aku mau ke toko pagi ini. Selain ingin mengecek koleksi baju juga sekalian mo hunting baju.
"Bu, nanti Laras ke toko ya? Arjun aku bawa apa biar di sini Bu?" tanyaku pada ibu di dapur.
"Oh biar di sini aja sama ibu Ras." jawab ibu sambil meracik bumbu. Kita sedang membuat sarapan.
"Hem Bu..Damar kan sudah ada kemajuan. Bagaimana kalau kita pulang ya? Gak enak kita di sini terus."
" Iya Ras, ibu juga berpikiran seperti itu. Nanti ibu bilang sama nak Damar dulu." kata ibuAkhirnya acara sarapan sudah selesai. Damar sudah kelihatan sehat badannya, walaupun entah batinnya. Ketika kami sedang mengobrol tiba-tiba ada yang mengetuk pintu,
"Tok..tok assalamualaikum?" salam seseorang dari luar.
"Sepertinya ada tamu, biar Laras aja yang bukain pintu Bu." kataku seraya melangkah ke ruang tamu,
"Wa'alaikumsalam." jawabku sambil membuka pintu.
"Eh mas Wisnu, mari masuk," ujarku sembari mempersilahkan Wisnu masuk.
"Ras, aku tidak sendirian..aku bersama.." kata Wisnu sambil menoleh ke arah samping. Karena terhalang tembok, terpaksa aku keluar untuk melihat siapa yang datang bersama Wisnu. Betapa kagetnya ternyata yang datang ibu Prayitno alias mantan ibu mertua.
"Maaf Ras beliau memaksa ikut katanya kangen sama Damar." Wisnu berusaha memberi penjelasan padaku. Aku hanya bisa terdiam. Kenapa datangnya saat ini? Kalau tahu begini, aku tadi berangkat lebih awal ke tokonya.
" Ras..ibu minta maaf sama kamu. Ibu sudah menyakitimu." kata bu Prayitno dengan bergetar.
"Siapa Ras tamunya kok gak diajak masuk?" tanya ibuku dengan ikutan keluar. Beliau juga kaget melihat mantan besan ada didepannya. Aku kagum pada ibu walau bagaimanapun situasinya, beliau bisa meredam amarah.
"Mari bu Prayitno silahkan masuk, kita ngobrol di dalam. Ayo nak Wisnu masuk juga." ajak ibu.
"Maaf Bu dan Laras, saya tidak ikutan masuk. Ini mau ke kantor dulu. Permisi." pamit Wisnu sambil menyalami tangan ibu dan tangan bu Prayitno.
"Bagaimana kabar ibu? Semoga sehat ya Bu," kata ibuku berbasa - basi. Ku lihat mantan besan ibu tersenyum.
" Kabarnya sehat. Sudah lama kita tidak ketemu ya?" jawab bu Prayitno. Aku hendak bergegas masuk ketika ku dengar suara memanggilku.
"Laras, ibu benar-benar meminta maaf. Ibu salah."kata ini kembali terucap darinya. Aku hanya tersenyum tipis,
" Ibu tidak salah, semua yang ibu lakukan benar. Tapi benar versi ibu. Ibu mana yang tidak ingin anaknya bahagia? Aku juga sekarang menjadi seorang ibu dan tentunya aku juga ingin anakku bahagia. Tapi bahagia versi anakku. Kalau anakku sudah terlihat bahagia, aku ibunya ikut bahagia. Bukan kebahagiaan versi semu." kataku dengan datar. Sungguh kilatan masa lalu muncul kembali. Dimana ibu mertuaku menyuruhku bercerai.
"Ras, jangan seperti itu. Nggak baik," tegur ibuku. Aku hanya terdiam.
"Walau bagaimanapun hormati orang yang lebih tua darimu Ras" lanjut ibu.
"Maaf atas kelakuan anak saya Bu" Eh ini ibu malah minta maaf. Yang salah itu dia bukan aku anakmu Bu?
"Tidak apa-apa Bu, memang sudah seharusnya saya diperlakukan seperti tadi. Saya yang salah di sini. Begini Ras dan ibu, saya sengaja meminta Wisnu untuk mengantarkan saya kesini. Selain saya ingin melihat anak saya, juga ingin minta maaf pada menantu saya. Kamu mau kan memaafkan ibu Ras?" kata bu Prayitno panjang lebar. Ini nih udah bikin hati hancur baru minta maaf. Emang ya penyesalan datangnya selalu terlambat.
"Ibu tidak usah meminta maaf pada saya, mintalah maaf pada anak ibu. Karena yang terluka parah adalah Damar"
Bolehkah aku egois untuk tidak memaafkannya?
"Iya ibu sudah meminta maaf pada Damar berkali-kali tapi Damar hanya diam saja. Bahkan sampai kondisi kejiwaannya terpurukpun, masih diam saja. Ibu sungguh menyesal, kenapa dulu memaksa Damar untuk menikahi Diana" Bu Prayitno terisak. Kemudian beliau menceritakan keadaan Damar setelah perceraian.Semenjak bercerai denganku, kata bu Prayitno, Damar sering tidak pulang ke rumah. Bahkan dia tidak peduli dengan Diana. Setiap ibu tegur atau ibu tanya, Damar hanya menjawab bahwa yang membutuhkan cucu dari Diana hanyalah ibunya jadi dia tidak peduli. Damar hanya menuruti untuk membuat Diana hamil saja tapi tidak untuk memenuhi semua keinginan Diana. Selama Diana dan Damar berumah tangga hanya berisi pertengkaran. Bahkan Diana juga menyalahkan ibu Prayitno yang tidak bisa menghadapi Damar.
Mendengar semua cerita mantan mertua, membuat aku sedikit trenyuh. Apa ini yang di sebut karma is real? Aku, Damar dan Diana adalah korban. Korban keegoisan orang tua. Sebenarnya Diana sudah lama menyukai Damar, tetapi Damar tidak menyukainya. Sampai ketika bu Prayitno ketemu Diana dan menceritakan permasalahan rumah tangga Damar yang belum dikaruniai anak, membuat Diana membujuk ibunya Damar untuk mengambilnya menjadi mantu. Sebagai istri kedua pun Diana rela asal menikah dengan Damar. Ternyata setelah hamil, Diana menuntut untuk menjadi satu-satunya istri Damar. Sebenarnya Damar sudah menolak, tapi lagi-lagi Diana menggunakan mertuanya untuk membujuk Damar. Dan berhasil. Dengan mengatasnamakan berbakti itulah, Damar mau melakukannya.
"Ras begitulah ceritanya. Tidak ada yang ibu sembunyikan. Maafkan ibu ya?" kata mantan mertuaku dengan nada memohon. Memang sangat sulit untuk memaafkan sesuatu yang membuat sakit. Aku hanya bisa terdiam.
" Ibu? " tiba-tiba Damar muncul dari dalam sambil menggendong Arjun.
" Damar, ini ibu kangen sama kamu. Apa ini anakmu Dam? Sungguh mirip denganmu" kata bu Prayitno mendekati Damar. Akan tetapi Damar menjauh.
"Untuk apa ibu kemari? Apa ibu mau meminta sesuatu yang Damar harus lakukan? Bakti apalagi Bu? Kebahagiaanku sudah ibu rusak, apa itu masih kurang untuk menunjukkan baktiku sebagai seorang anak?" tanya Damar. Aku terkejut karena baru sekali ini Damar membantah kata ibunya. Ku lihat bu Prayitno semakin terisak.
" Bukan Dam, ibu datang mau minta maaf sama kalian. Ibu sudah salah. Ibu mengaku salah Damar"
" Bu apakah penyesalan ibu bisa membuat aku bersatu dengan Laras? Kalau bisa aku langsung memaafkan ibu" kata Damar sambil menghela nafas.
" Tapi sayang Bu, dek Laras sudah tidak mau bersamaku lagi. Ini salah ibu. Ibu lihat, ini cucu ibu, apa ibu rela berpisah dengannya?" lanjut Damar.
Sementara aku dan ibu hanya terdiam. Entah mau bicara apa.
"Laras, aku mohon kembalilah dampingi Damar," kata ibu mantan mertua. Kalau misal pecahan gelas bisa disatukan kembali itu gampang, mungkin juga gampang bagiku untuk rujuk kembali. Tapi ini? Setiap saat akan teringat pengkhianatan suami.
"Maaf bu Prayitno, kita sebagai orang tua pasti ingin yang terbaik buat anak, asal mereka bahagia. Biarlah Laras memutuskan jalan hidupnya sendiri," kata bijak ibu keluar. Antara bahagia dan sedih mendengar ucapan ibu. Aku melihat ibunya Damar dan Damar tertunduk lesu.
"Lihatlah Bu, beginilah nasib anakmu sekarang. Terimakasih Bu, telah membuat luka hatiku," Damar beranjak masuk ke dalam.
Kenapa hidupku jadi ribet? Padahal aku pikir setelah berjuang dan menyandang status janda, aku bisa hidup tenang dan berbahagia. Kenapa aku harus dihadapkan dengan situasi seperti ini? Apa aku harus mengesampingkan kebahagiaanku? Bagaimana dengan Hendra? Aku juga mencintainya bahkan membutuhkan sosoknya. Tapi di sisi lain aku melihat Damar yang rapuh dan penuh kebencian pada ibunya membuat aku berpikir. Bagaimana ini jalan keluarnya?

YOU ARE READING
MAHLIGAI YANG TERKOYAK
RomanceKetika kesetiaan dan cinta seorang istri dipermainkan. Kisah ini dimulai dari keegoisan mertua yang tetap ikut campur terhadap masalah rumah tangga anaknya. Walaupun cinta masih diatas segalanya, sang suami terpaksa menuruti kata Ibu sehingga menyak...