15. Daun Clover

11 2 9
                                    

Musim semi dilalui tanpa Ibu. Walau sibuk, biasanya Ibu akan mengajakku jalan-jalan sore ke sungai han. Meski harus mengenakan kacamata hitam dan masker. Kami berdua harus tertutup saat pergi berjalan-jalan bersama dalam waktu lama. Ibu bilang, identitas diriku berharga dan tidak boleh sembarang orang mengetahuinya.

Jake bilang padaku bahwa namaku sempat jadi perbincangan di forum komunitas. Saat aku tanyakan pada Jungkook, ia bilang bahwa itu benar adanya tapi tidak berlangsung lama. Fokus semua orang sudah teralihkan kepada artis lain. Hal semacam itu memang biasa terjadi di dunia entertainment. Banyak artis, aktor dan aktris baru berdatangan. Yang lama menjadi sejarah, sedangkan yang baru mulai membuat sejarah baru.

✴✴

Hari ini aku ulang tahun. Dulu, sesibuk apapun Ibu, ia pasti akan datang dan merayakan ulang tahun kami disebuah restauran Jepang. Ibu mengira aku menyukai sushi karena pada saat ulang tahun ke-8, kami merayakan ulang tahun di restauran Jepang. Aku makan dengan banyak disana, jadi Ibu berpikiran bahwa ide yang bagus jika merayakan ulang tahun kami disana. Menurutku, tidak buruk juga.

Sekarang Ibu sudah pergi. Kami tidak akan merayakan ulang tahun bersama lagi, dan memakan sushi di restauran Jepang itu.

Ini ulang tahun pertamaku tanpa Ibu. Pertama kalinya ulang tahun ini cuma aku saja yang dirayakan.

Jungkook menaruh kue blueberry dihadapanku, tidak lupa dengan lilin angka sebelas. Aku merayakan ulang tahun di rumah. Selain ada Nenek dan Jungkook. Jay, Jake dan Sunghoon juga datang. Ditangan mereka sudah ada hadiah untukku.

Aku melihat kearah jam dinding, sudah pukul lima sore. Memang sengaja ulang tahunnya sore karena Nenek dan Jungkook lupa aku ulang tahun hari ini. Jadi mereka harus menyiapkan pesta walaupun kecil-kecilan. Aku sudah bilang tidak perlu, tapi Nenek dan Jungkook tidak mendengarkanku.

Nenek memakaikan sebuah mahkota kecil keatas kepalaku, begitupun dengan jubah khas seorang raja. Entah apa maksud Nenek memakaikan itu segala. Mahkota ini memang tidak berat, tapi kepalaku tidak nyaman memakainya.

Aku menggoyang-goyangkan kepalaku, berharap mahkotanya jatuh. Tapi ketiga temanku malah tertawa. Mereka berpikir aku sedang membuat lelucon.

"Lihat dia, dia seperti boneka pajangan yang ada di mobil." Jay menunjukku sambil tertawa dengan keras.

"Nanti jatuh." Nenek menahan kepalaku yang bergoyang-goyang, lalu menenangkan ketiga temanku yang masih tertawa.

"Kepalaku yang jatuh?"

Mereka bertiga kembali tertawa, bahkan kali ini Jungkook ikut tertawa.

Nenek mencubit pipiku dengan pelan sambil terkekeh. "Mahkotanya, nak."

Acara ulang tahun dimulai. Semua menyanyikan lagu ulang tahun sambil bertepuk tangan mengikuti irama. Sementara aku sibuk memperhatikan ekspresi wajah mereka yang terlihat sama.

Tampak bahagia.

"Ayo buat permin—"

Terlambat, lilinnya sudah ditiup oleh Jay dan Jake.

"Heee??" Sunghoon menatap kedua temannya bergantian dengan tatapan tidak percaya. "Kok kalian yang meniup lilinnya?" tanya dia.

Mereka berdua cengengesan.

Jungkook tertawa melihat tingkah mereka berdua. "Tidak apa-apa kan, Woori?" Ia melihat kearahku.

Aku mengangguk. Kurasa tidak membuat permintaan pada hari ulang tahun juga tidak apa-apa.

Karena permintaanku; aku ingin Ibu disini. Tapi kurasa, itu tidak akan pernah bisa terwujud kan? Sebanyak apapun lilin yang kutiup di ulang tahun serta permintaan yang aku ucapkan sebelumnya. Ibu sudah tidak akan bisa kembali lagi.

Selamat ulang tahun untukku, dan juga untuk Ibu.

✴✴

Selesai meniup lilin, kami semua memakan kue, lalu diakhiri dengan membuka kado. Ketiga temanku berebut ingin kado dari mereka dibuka duluan.

"Aku dulu!" seru Jake.

"Aku duluan, Jake! Mengalah dong!" balas Sunghoon.

"Aku dulu, aku teman pertama Woori!" Jay menyodorkan paksa kadonya kearahku. Tapi Jake dengan segera menepis kado itu.

"Heh! Itu hadiah spesial!" Jay mengambil kadonya yang terjatuh. "Yang spesial harus diberikan duluan," ucapnya.

"Punyaku juga spesial," ucap Sunghoon.

Aku memakan kue lagi. Tidak memperdulikan perdebatan mereka bertiga. Jungkook berusaha meleraikan mereka bertiga sambil tertawa.

Jungkook mengakhiri perdebatannya dengan mengambil hadiah dari tangan mereka satu-persatu. Lalu ia menyodorkannya kearahku.

Aku menerima tiga hadiah berbeda ukuran tersebut.

"Buka punyaku dulu!" Pinta Jay.

"Punya—"

"Punyaku!" Jay melotot kearah Jake.

Jake mendecak. Kemudian bersidekap dada. "Iya iya!"

Jay tersenyum senang. Ia segera menghampiriku dan menunjuk kado berwarna biru tua dengan pita berwarna silver. "Itu hadiah dariku," ucapnya.

Aku membuka kado tersebut. Tampaklah sebuah gelang, didalam gelang itu ada dua surat.

Jungkook mengambil salah satu suratnya. Ia membacanya sebentar, dan langsung terbelalak kaget. "Ini ... Emas putih..."

"Jay, kadonya terlalu mahal," ucap Nenek.

"Ibu bilang tidak mahal." Jay mengambil gelang itu dari dalam kotak. "Aku yang memilihkan gelangnya, spesial untuk Woori." Ia menggerak-gerakkan gelangnya.

"Terimakasih," ucapku.

Jay mengangguk. Lalu ia meraih pergelangan tangan kiriku. "Liontinnya berbentuk daun clover. Woori tau apa artinya?" tanya dia.

Aku menggelengkan kepala.

"Daun clover berkelopak empat berarti keberuntungan. Aku ingin Woori selalu mendapatkan keberuntungan setiap hari," ucap Jay. Kemudian tersenyum.

"Terimakasih, lagi," balasku.

"Aaa manis sekali..." komentar Jake sambil memeluk Sunghoon.

"Apa-apaan..." Sunghoon membiarkan Jake memeluknya.

Bersambung...

After Met You (Feat.Jay Enhypen)Where stories live. Discover now