13

98 39 31
                                    

~Author pov

Stela, Zenna, Davira, dan Fany berjalan menuju lapangan sesuai sama apa yang mereka katakan tadi mereka akan melihat inti Disastro latihan futsal.

Stela yang berjalan lebih dulu diikuti teman- temannya menjadi pusat perhatian karena jarang sekali mereka nonton futsal kecuali saat tanding. Sebenarnya mereka jarang nonton karena terkadang jadwal latihan futsal dan basket sama.

Sesampai dilapangan sudah terlihat kelima cowo itu sedang berlatih dan ada beberapa siswa yang juga menjadi anggota tim futsal.

Stela dan teman-temannya pun memilih salah satu bangku dipinggir lapangan yang masih kosong.

Latihan semakin seru saat kapten
tim futsal mereka yang tadi hanya mengarahkan
anggotanya akhirnya ikut turun bermain dilapangan, bahkan beberapa siswi yang sedang menonton teriak heboh.

"Gila kak Ragas udah cakep, pinter jago futsal," puji salah satu siswi yang duduk dibelakang Stela.

"Lebay," sindir Davira yang risih.

"Apaan sih iri lu?" jawab siswi tadi.

"Jijik gue iri sama adek kelas gak tau diri," ucap Davira lagi yang membuat Zenna dan Fany tertawa.

"Apa lo bilang!" ucap siswi tadi yang sudah terbawa emosi.

"hust...diem lo gak tau itu kak Stela dan gengnya? jangan cari masalah lo sama mereka," bisik temannya.

"Hmm"

Stela yang sejak tadi masih fokus ke Ragas menoleh saat dipanggil Fany.

"Stel anjir diem mulu,"

"Iya?"

"Lo udah siap puisiny, kan cuman dikasih waktu sehari aja?" tanya Fany.

"Siaplah gitu aja mah gampang," jawab Stela yang diangguki oleh Fany.

"Eh, kira-kira Ragas sama yang lain tampil apa ya?" sahut Zenna

"Gatau," jawab Stela, Fany, dan Davira bersamaan.

"Mungkin nyanyi," ambigu Stela lalu kembali fokus melihat latihan.

Dirasa Ragas sangat tampan Stela mengambil ponsel disakunya dan memotret Ragas diam-diam.

Entah hal apa yang membuat Stela tetap bertahan sampai detik ini menghadapi cowo itu, meskipun sudah berkali kali-kali Ragas memberi tahu kenyataannya tapi tak pernah berhasil membuat Stela berhenti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah hal apa yang membuat Stela tetap bertahan sampai detik ini menghadapi cowo itu, meskipun sudah berkali kali-kali Ragas memberi tahu kenyataannya tapi tak pernah berhasil membuat Stela berhenti.

Latihan pun berhenti setelah pluit panjang ditiup sang pelatih sebagai tanda latihan telah selesai.
Semua pemain merebahkan tubuhnya dilapangan, beda dengan Ragas cowo itu berjalan ke arah Stela yang membuat siapapun heran termasuk Stela dan teman-temanya.

Ragas berjalan santai dengan ekspresi yang susah ditebak.

"Belum pulang?" tanya Ragas dihadapan Stela.

"Belum nunggu selesai latihan," jawab Stela.

"Sekarang udah selesai kan ayo pulang!" sahut Ragas lalu beranjak pergi dari sana meninggalkan Stela yang masih bingung.

"Woi, diajak pulang tuh malah melamun!" Teriak Davira ditelinga Stela.

"Hmm iya gue duluan gaes," pamit Stela lalu menyusul Ragas yang berjalan ke arah tengah lapangan.

"Gue balik dulu," pamit Ragas ke Cris, Nevan, Marva, dan Brian.

"Yoi bos," jawab Cris.

"Oke hati hati Gas jagain Stela," sahut Marva.

"Oke," ucap Brian, Nevan kompak.

"Ayo!" ucap Ragas langsung berjalan pergi.

"Bye, kalian semua," teriak Stela yang berjalan mengekori Ragas.

"Tunggu sini gue ganti baju dulu," ucap Ragas yang dijawab anggukan kecil dari Stela.

Ragas dan Stela sudah sampai di parkiran, Ragas memberikan helm ke Stela. Lalu motor mereka beranjak pergi dari sana.

Diperjalanan hanya ada keheningan, karena masing-masing bingung mau bahas apa hingga akhirnya Stela minta Ragas untuk Mengatarkan nya ke toko buku.

"Gas"

"Anterin gue ke toko buku mau?" tanyanya.

"Iya," jawab Ragas tak lama setelah itu mereka sampai ditoko buku, Stela turun dari motor.

"Gue tunggu disini aja," ucap Ragas masih diatas motor.

"Iya tunggu bentar ya," jawab Stela lalu melangkah masuk toko buku entah apa yang mau dia beli.

Cuaca panas membuat Ragas sedikit kesal sudah hampir satu jam dia menunggu dan Stela belum keluar. Saat Ragas hendak turun dari motor Stela datang tanpa rasa bersalah.

"Lama ya?" tanya Stela.

"Lo pikir?" jawab Ragas.

"Hehehe maaf Gas, hmm nih gue punya sesuatu buat lo," kata Stela lalu memberi kan 2 buah pulpen merah.

"Pulpen?" tanya Ragas bingung untuk apa pulpen merah.

"Iya pulpen merah buat kamu," jawab Stela.

"Buat apa?"

"Hmm buat pengganti silet/cutter Gas, lo gak kasihan sama tangan lo?" ucap Stela.

Tadi sebelum pulang Stela gak sengaja melihat bekas bercode ditangan Ragas karena tadi dia latihan pakai baju pendek, dan akhirnya Stela punya ide buat beli pulpen merah.

"Jangan sakitin diri sendiri Gas, liat tangan nya jadi banyak lukanya kan," ucap Stela sambil memegang tangan Ragas.

"Sekarang lo bisa gunain nih pulpen. Hmm gue pilih warna merah biar sama seperti darah, tinta pulpen ini sebagai ganti darah yang keluar. Jadi, lo ga perlu lagi pakai silet/cutter tinggal gambar aja garis-garis pakai pulpen ini," ucap Stela menyerahkan pulpennya ke Ragas.

"Konyol tapi cerdik," ucap Ragas.

"Makasih ya Stel," Ragas menerima pulpennya dan tanpa sadar dia tersenyum.

"Sama-sama jangan sakitin diri sendiri ya, kalau capek lo bisa cerita ke gue kalau lo mau gue selalu ada buat lo Gas," ucap Stela lalu keduanya tersenyum.

"Iya," jawab Ragas lembut, keduanya saling bertatapan dan tanpa sadar senyuman indah terukir dibibir Ragas sungguh beruntung Stela bisa melihat Ragas tersenyum.

Terimakasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terimakasih

Happy reading!!
Gimana part nya?
jangan lupa vote dan komen
.
.
.
.

jangan lupa juga gaes Follow ig @ragas_ofc
.
.
.
.
next gak nih?

















RAGASWhere stories live. Discover now