22. Destroy

136 21 10
                                    

Pria ini terjebak dalam kepungan pasukkan bersenjata yang berseragam hitam lengkap dengan rompi anti peluru yang tertulis identitas satuan mereka.

"Bawa dia." Perintah pria paruh baya ini tegas pada si anak buah yang siap menarik pria buruannya yang telah pasrah duduk diatas kursi setelah wanitanya beranjak dari pangkuannya.

Setelah beberapa jam diinterogasi dalam ruangan tertutup dengan kaki dan tangan diikat dikursi, wajah pria ini sudah babak belur karena jawabannya tidak memuaskan.

"Kakekmu dan ayahmu sudah berjanji pada ayahku, agar antara kita saling bantu. Tapi apa yang kau lakukan .. menjual tanaman itu pada mafia eropa lalu sekarang kau tutup mulut mengenai Bella, kau berjanji akan membawa Bella padaku kan tapi nyatanya kau bersembunyi dan susah dihubungi. Apa kau bersekutu dengan mereka! Cepat jawab!"

Tatapan tajam pria paruh baya ini disambut helaan napas pria di depannya.

"Tolong, jangan bawa bawa masa lalu. Aku hanya bisa katakan bahwa selagi Bella bersama Hilario .. sudah dipastikan dia aman."

"Aman kepalamu! Keponakkanku satu sudah tiada dan yang satunya hilang entah kemana .. kau pun tidak memberitahuku keberadaan Hilario .. bandit tua itu. Kenapa kau sangat merumitkanku, ku pastikan tidak ada lagi tutup menutupi bisnis haram keluargamu itu dan saat ini juga aku akan kerahkan pasukkan untuk melumpuhkan semua bisnismu di meksiko."

Helaan napas berat terdengar lagi dari pria ini tapi tetap tenang meski dia sedang diancam.

"Tuan Adrian, kau adalah kepala biro investigasi tertinggi yang sangat disegani bahkan ditakuti jika anggotamu bertindak dimana pun .. aku merasa terhormat karena kau telah merepotkan diri untuk menangkapku dengan jebakkan yang luar biasa, tapi jangan sampai musuh di depan mata tak terdeteksi olehmu .. malah mencari musuh yang diluar jangkauanmu hingga satu per satu keponakkan perempuanmu akan tewas."

Mata Adrian melotot .. menatap bengis pria ini yang terlihat santai tanpa tekanan, tubuhnya maju mendekat seperti ingin menerkam. "Mak-sud-mu!!" Lirihnya tajam dan berat, seakan ingin menguliti target didepannya.

"Kau sangat mengkhawatirkan Bella tapi tidak mengusut kematian putri mahkota, lalu---"

"Lagi dalam proses penyelidikkan!" sahut Adrian cepat dan menggeram rendah namun tatapan matanya masih menajam ke arah pria ini.

"Ok, proses penyelidikkan yang memakan waktu lama hingga kalian lalai membiarkan sang pembunuh untuk bereaksi ke target selanjutnya yang tidak kalian perhatikan."

Satu genggaman tangan Adrian menarik dan mencekram kemeja pria ini.

"Sergio Juarez .. kau jangan membuat puzzle dalam otakku .. katakan saja apa dan siapa jika kau tahu pembunuh putri mahkota dan siapa target yang kau maksud hegh!"

"Keponakkanmu yang gadis ada berapa tuan, setahuku kau tidak menikahkan, jadi berapa keponakkan aslimu .. ralat .. cucunya Jamie."

Nampak Adrian berpikir serius .. matanya membola mengingat sesuatu karena keponakkannya yang gadis hanya 3 orang dan lelaki ada 7 orang dan berarti yang dimaksudnya adalah Zhiyuka target yang tak terpantau.

"Kau jangan bermain main padaku, katakan siapa orang itu .. kau mengenalnya tapi bungkam atau aku ledakkan otak mafiamu ini karena telah berkhianat pada keluargaku!"

Ancaman Adrian terlihat tidak main main, dia mengambil granat yang berada dalam sakunya dan memperlihatkan pada Sergio yang menyengir menatapnya.

"Oke -- oke -- santai -- apa  kau kenal nama ini ... Sherlani Valentina Syahreza."

***

Jepang

Zeta berlari menyambut kedatangan teman dekatnya. Seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Dulu hanya dia lah yang berada disampingnya saat mengandung Zekka namun hanya beberapa bulan, setelah itu  pergi entah kemana seperti ditelan bumi.

DESTINY (The 3logy of Z)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang