42. Marry Me

108 22 0
                                    

Mata Bella tak bisa terpejam, otaknya terus menyusun rencana. Mantan seorang Letnan ini merasa terpenjara 2 kali. Dia merasakan dinginnya lantai penjara kemiliteran dan diperlakukan kasar setiap harinya agar dia membuka rahasia para mafia Eropa terutama sang ketua yang sangat terkenal tapi susah untuk ditangkap, Leone Moreli dia adalah otak dari segala otak para Mafia disana.

Bisa menangkap seorang Leone akan membuat beberapa negara lepas dari tindasan para klan- klan mafia yang berkuasa. Tapi karena jatuh cinta pada seorang Leone membuat Bella rela dipukul bahkan diperkosa oleh Pamannya sendiri.

Bella merasa hancur -- orang yang pernah ia cintai tapi tak bisa dimiliki karena status keluarga dengan tega berbuat kasar padanya. Hingga akhirnya dia menyerah dan mengungkap suatu nama yang masuk akal untuk melindungi Leone.

Dan sekarang di tempat yang mewah, yakni di kamarnya sendiri dia terpenjara lagi. Dia tidak bisa hanya berdiam diri hingga berapa bulan ke depan dengan perut buncit dan sangat memalukan.

"Blocking, seriously?! "

Bella berusaha menghubungi seseorang namun ternyata ponselnya tidak bisa digunakan karena nomornya diblokir tidak bisa mengirim pesan atau menelpon seseorang.

"You are so fast mommy, but i'm not give up, never give up!! "

Bella membuka laci perhiasannya dan mengumpulkannya menjadi satu ke dalam sebuah punch. Nomor ponsel saja diblokir maka sudah dipastikan akses semua miliknya telah dibekukan.

Bella nekad tetap akan keluar dari rumahnya, bagaimana pun caranya. Bagaikan seorang prajurit yang mengintai musuh, Bella terus mengamati dari atas balkon. Melihat beberapa orang berjaga-jaga dibawahnya disertai dengan senjata ditangan mereka.

Waistbag telah melingar di tubuhnya hanya berisi perhiasan, ponsel, dan paspor serta berapa identitas miliknya yang mungkin pun tidak bisa ia gunakan.

Disaat dan sang pengawal lengah, sisa satu orang yang berjaga dibawah balkonnya. Bella loncat dari balkon langsung menghantam orang yang dibawahnya hingga pingsan tak bersuara. Bella mengambil pistol dan beberapa peluru dalam kantong pria itu.

Dia berlari menyusup diantara pohon pohon yang tinggi di sekitarnya, menghindari rekaman CCTV disetiap penjuru halaman rumahnya yang lebar dan besar.

Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, cuaca semakin terasa dingin. Bella bermantel tebal dengan topi kerucut berbahan wol tebal anti basah, meniup- niupkan udara dari mulutnya ke telapak tangannya yang telah bersarung tangan tebal.

Beberapa kali ia menggigil kedinginan namun berusaha tetap akan pergi dari rumah. Bella menyusup ke dalam garasi mobilnya yang terbuka. Mobil berbahan bakar listrik itu tidak mengeluarkan suara saat dinyalakan hingga dia keluar memutar area belakang rumahnya.

Melewati taman yang berumput tebal terawat, seketika rusak ketika terlindas ban mobilnya.

Terlihat aman tanpa penjagaan yang ketat di area belakang. Namun Bella harus berusaha membuka pintu gerbang yang tertutup otomatis ini dengan menyorot sensor dari mobilnya dengan lampu sein yang menyala tepat pada sensor tersebut.

Bella berharap sang ibu lengah dalam hal ini dan ternyata memang benar. Mobilnya masih masuk dalam sensor keamanan rumah dan pintu pagar pun terbuka otamatis.

Sang penjaga keluar melihatnya, berusaha untuk menutup pintu pagar kembali namun gagal karena mobil Bella melaju cepat meninggalkan mansion besar orang tuanya.

"Well, Terima kasih Tuhan -- pasti karena ada anakku hingga Tuhan meloloskan aku dengan cepat-- sejauh ini kita aman -- tenang saja nak -- ibumu ini akan mencarikan ayah yang terbaik untukmu." gumamnya sepanjang jalan masih sibuk memikirkan kemana dia akan pergi.

DESTINY (The 3logy of Z)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang