°•01•°

26 8 2
                                    

•Happy Reading•

Banyaknya derai air mata yang masih meluncur bebas di wajah seorang gadis cantik yang tengah berdiri diam membeku dan juga membisu diambang pintu ruang mayat. Tat kala dirinya melihat jenazah yang terbujur kaku dengan tubuhnya yang tertutupi kain putih. Gadis itu tetap memandang kosong kearah jenazah itu. Tak ada isak tangis yang menggema, namun air matanya tak mau berhenti mengalir di wajah cantiknya.

Manik hitamnya terkunci pada seorang gadis yang berwajah mirip dengannya tengah berusaha membangunkan jenazah tersebut sembari terisak dan berseru memanggil nama seseorang yang sedang tertidur untuk selama-lamanya.

Rasi. Gadis itu terus menyerukan nama sang Kakak sambil menggoyangkan tubuh yang sudah dingin dan kaku itu dengan harapan Kakaknya itu akan bangun lalu memeluknya dengan erat. "Kak, bangun kak!" Seru Rasi.

Bintang. Gadis yang sedari tadi berdiri diambang pintu ruang mayat itu merasakan ada belati tak terlihat yang berhasil menusuk dadanya. Bintang melangkahkan kakinya kearah kembarannya yang masih menangis meraung-raung, menyentuk pundak yang bergetar itu lalu tersenyum manis.

"Ayo pulang! Besok kita kesini lagi," ajak Bintang dengan air mata yang masih setia membasahi pipinya.

Rasi mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan Bintang sambil menatap sendu kearah sang Kakak. Namun tak lama gadis itu mengangguk pertanda bahwa ia menyetujui ucapan Bintang.

••oOo••

Suasana duka, sedih, marah dan kecewa itu tercampur menjadi satu. Seorang wanita paruh baya yang ditemani sang Suami dan juga kedua anaknya itu tengah duduk bersimpuh disamping gundukan tanah yang masih segar sembari mengelus lembut batu nisan yang ada tepat dihadapannya.

Angkasa Valentio Xavier
Bin
Zain Xavier

Lahir : 19 Februari 2002
Wafat : 19 Februari 2021

Angkasa adalah putra, cucu serta mentari pertama yang dimiliki keluarga Xavier. Dihari kelahirannya lelaki itu malah pergi kembali ke pelukan-Nya. Lelaki dengan senyuman yang selalu ia tebarkan kepada semua orang, seseorang yang menjadi sebab keluarga serta kawan-kawannya tersenyum dan juga tertawa itu telah pergi untuk selama-lamanya.

Seorang pria yang umurnya terpaut 2 atau 3 tahun dari wanita itu berjongkok tepat disamping wanita itu, mengelus pundaknya untuk memberikan kekuatan. Sang empunya pun menoleh kearah pria paruh baya yang statusnya adalah suaminya itu, menatapnya dengan tatapan sendu.

"Kenapa harus Kasa mas?" Wanita kembali terisak namun kini sudah ada didalam dekapan suaminya.

"Ini takdir Rena. Kamu maupun aku tidak dapat mengubahnya. Mungkin Tuhan lebih sayang Kasa, maka dari itu Tuhan memanggil Kasa untuk pergi lebih dulu dari kita," jelas Zain—Suami Rena.

"Kalian pulang saja. Bunda biar Ayah yang urus," ucap Zain menatap kembar Xavier sambil tersenyum.

"Tapi Yah—"

"Pulang sayang. Ayah janji sebelum makan malam kami sudah sampai dirumah," potong Zain untuk meyakinkan putrinya.

Bintang dan Rasi pun hanya menurut. Mereka melangkahkan kaki meninggalkan rumah baru sang Kakak tercinta. "Semoga kakak tenang disana," batin Bintang.

••oOo••

Suara dentingan piring menggema diruang makan keluarga Xavier. Mereka sedang menjalankan makan malam bersama. Sama seperti hari-hari sebelumnya, namun yang membedakan hanyalah tak ada Angkasa dan tak ada canda tawa. Hanya ada kecanggungan di sini.

DISINTEGRATEWhere stories live. Discover now