÷÷÷÷÷
"Ojek-ojek!" teriak Robin saat melihat motor lewat, padahal ia belum yakin jika dia tukang ojek atau bukan. Tapi manusia membutuhkan uang, begitupula dengan orang yang mengendarai motor itu. Robin yakin ia mau mengantarkan Zahin dengan bayaran yang maksimal.
Kasian mobilnya, kasian yang nyuci mobilnya, kasian Zahin jika dia kembali naik mobil, kasian pak sopir yang ikutan muntah, kasian juga dirinya yang ikut kesusahan.
"Lo naik ojek, gue naik mobil," perintah Robin.
Setelah itu dia pergi untuk naik mobil namun tertunda saat Zahin memegang hoodie di bagian lengannya. Kata 'memegang' sepertinya terlalu berlebihan, ini lebih seperti mencimit.
Dia menghentikannya dengan mengapitkan jari jempol dan telunjuknya saja. Persis seperti orang yang sedang mengambil garam.
"Nanti kalo di culik?" cicit Zahin yang diakhiri dengan mengerucutkan bibirnya.
"Alhamdulillah," jawab Robin santai.
Robin bergerak maju membuat pegangan tangan Zahin terlepas, ia tak peduli jika Zahin diculik, disekap, dipenjara, atau yang lainnya. Dia akan bersyukur kalau hal itu terjadi.
Robin akan terbebas dari Zahin, Hazel akan menyerah mencari baby sitter, dan Minah kembali. Robin akan selalu menunggu waktu itu datang.
Robin menutup pintu mobilnya dengan lumayan keras. Ia capek menghadapi kepolosan Zahin yang ntah kapan akan berakhir.
Sedangkan Zahin masih berdiri di depan ojek, menimbang-nimbang apa yang akan ditumpanginya. Mobil atau motor, kalau mobil takutnya dia muntah, kalau motor takutnya diculik.
Zahin membuka mulut, lalu tangannya masuk ke dalam. Dia ingin mengecek apakah ia akan kembali muntah atau tidak. Sepertinya Zahin tak akan muntah lagi.
"Aku naik mobil aja," putus Zahin lalu berjalan masuk ke dalam mobil.
"Ngapain lo masuk mobil?!" seru Robin geregetan sendiri dengan tingkah Zahin.
Dengan baik hati ia sudah berusaha untuk mencari ojol, sudah berusaha untuk membayar mahal. Dan dengan tenangnya Zahin kembali lagi ke mobilnya. Sebenarnya apa maunya, kenapa dia suka sekali membuat dirinya naik pitam.
"Takut diculik," lirih Zahin dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia memang biasa diteriaki Robin tapi teriakan ini terasa lebih keras lagi.
"Argh!" erangan Robin terdengar jelas dengan tangan yang sudah menggenggam erat hingga uratnya terlihat. Saat ini ia membutuhkan samsak tinju sebagai pelampiasan.
Robin keluar dari mobilnya, dia membuka pintu belakang. Lalu menarik Zahin supaya ikut keluar bersama dirinya.
Robin memutuskan untuk mengendarai sepeda motor, walaupun ia sudah lama tidak mengendarainya. Belum lagi jika Hazel tau pasti akan terjadi hal buruk untuk dirinya.
YOU ARE READING
Zahin to Robin | III
Teen FictionBagaimana jika cowok berumur 17 tahun memiliki baby sitter? Dan baby sitter itu ternyata seusia majikannya? Apa yang akan terjadi? ***** (Sebelum baca follow dulu) Semoga kalian suka cerita ketigaku' #1 in mewah 19 Nov 2021 #1 in pengasuh 23 Feb 202...