📖 Ical Sama Umay 📖

84 23 14
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cemburu itu tandanya sayang, 'kan? Tapi, kalau orang itu kamu, apa aku bisa bilang kalau kamu bener-bener cemburu? Bukannya takut kehilangan aku yang rela ngerjain semua tugas kamu?"

•••

     Sepoi-sepoi angin berembus menerpa wajah lelahnya. Gadis yang mengenakan seragam olahraga itu bersandar di pohon beringin dengan teman-temannya. Mereka asyik mengobrol sambil menonton anak laki-laki yang sedang bermain voli.

     "Weh! Jangan tinggi-tinggi dong, Ju!"

    "Ya gimana?! Kamunya kependekan, Di!"

    "Si bantet ngatain pendek!"

    "Siapa yang bantet?!"

    "Situlah! Siapa lagi emang?!"

     "Nggak punya kaca apa gimana, sih?! Perlu aku beliin kaca?! Mau yang segede apa? Sini bilang!"

     "Wess, santai, santai. Singkirin tangan kamu."

     "Woooooo. Juan marah, Juan marah. Ayo, berantem!!"

     "Tonjok aja si Andi, Ju. Sekali pukul, paling langsung sekarat."

    "Enak aja! Nggak usah kompor kamu, Ji! Kamu juga, San!"

    Sanu tertawa sambil meledek Andi dengan menggoyang-goyangkan pantatnya.

     Anggi menggeleng pelan mengamati interaksi antara Juna dan Andi. Kedua lelaki itu terus bertengkar selama permainan mereka.

     "Aku denger Anya sakit," celetuk Manda membuat atensi Anggi berubah haluan.

     "Sakit apa?" tanya Anggi penarasan plus prihatin.

     "Usus buntu. Kemarin habis operasi."

    "Kasian, ya. Padahal kan seminggu lagi dia mau ikut LCC."

    "Hooh, mana sebulan ini aku liat dia rajin banget keluar masuk perpus. Kalau aku, sih, males, Bu Wawa galak. Berisik dikit, kena poin. Salah letak buku dikit, kena poin. Ujung-ujungnya, ke perpustakaan bukannya nyari ilmu malah nyari poin. Behhh, asem," dumal Mayla, teman sebangku Anggi yang memang tidak pernah menyukai Bu Wawa.

     "Itu mah kamunya aja yang udah benci. Jadi, kebaikan Bu Wawa juga keliatannya kejam banget," komentar Manda.

     Mayla mendengus, nemplok pada Anggi, menyandarkan kepalanya di bahu temannya itu. "Tapi aku serius. Kasian dia udah seberjuang itu, tapi akhirnya sakit dan harus istirahat panjang sampai ngorbanin LCC," Mayla berdecak, "ck, pakai sakit segala, sih."

     "Sakit kan bukan musibah, May. Itu udah kodrat Allah. Justru bisa ngapus dosa. Kita nggak akan tahu kapan datengnya," nasihat Anggi.

    "Bener kata Anggi. Kalau udah takdir, ya, udah."

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now