📖 Psycho 📖

79 21 5
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada yang hancur berkeping-keping, tapi bukan gelas pecah."

•••

    Sepanjang perjalanan pulang Anggi hanya diam. Ical pun tak ada niatan membuka percakapan karena dia tahu Anggi butuh ruang untuk berpikir dan merenung. Sesekali motor Ical akan menepi, mampir ke pom bensin atau ke sebuah kedai kopi untuk membelikan Anggi minuman.

   Sejak tadi, perasaan cemas merambati dadanya. Entah apa yang akan Anggi lakukan setelah mengetahui perilaku Anggra di belakangnya. Ical hanya takut, Anggi akan melakukan sesuatu tanpa memikirkannya dulu, sebab dilihat dari bagian mana pun, kekecewaaan tercetak jelas di matanya.

Apa yang bisa dilakuin cewek yang kecewa berat?

   Ical mematikan mesin motornya. Lelaki itu menunggu Anggi turun. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda pergerakan dari Anggi. Menoleh sedikit, Ical mendapati Anggi yang melamun sambil memegang erat cup cokelat panasnya yang masih mengepulkan asap. Anggi belum meminumnya.

   "Nggi." Ical menggoyang motornya pelan.

    Anggi langsung tersadar dari lamunan. Gadis itu menoleh ke kiri dan ke kanan, kaget telah sampai rumahnya. "Ah, sorry, Cal. Maaf banget." Anggi turun. Gadis itu membungkuk sedikit untuk mengucapkan, "Makasih."

   Ical mengangkat alisnya tinggi saat Anggi hendak masuk ke dalam rumah.

   "Anggi?"

   Anggi berbalik. "Eh, ya?"

   Entah kenapa Ical ingin tertawa, meski banyak rasa kasihannya. "Helmnya belum dilepas."

    Ical tahu, efek seorang Anggra bagi Anggi itu luar biasa. Sampai-sampai gadis yang selalu mudah mengingat sesuatu itu jadi seperti ini.

   Anggi mengerjap. Dia melirik ke atas. Benar. Helm Ical masih di kepala. Merasa malu, dia buru-buru melepasnya dan memberikan helm itu pada pemiliknya. "M-maaf, nih. Aku masuk dulu. Hati-hati, Cal!"

   Akhirnya Ical bisa tertawa lepas, matanya mengawasi Anggi yang masuk ke dalam rumah. Lama-lama tawanya terdengar menyakitkan.

    "Nggak masuk dulu, Cal?" monolog Ical. Ical mengedikkan bahu, memilih segera melajukan motornya meninggalkan Gang Anggrek.

   Padahal, Ical ingin sekali Anggi menumpahkan keluh kesahnya kepadanya. Akan tetapi, kalau untuk bicara saja Anggi sulit, Ical bisa apa?

Tring!

Anggi
Makasih banyak.
Kalau udah sampai ngabarin, ya.

•••

    Anggi meruntuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia bertingkah seperti itu. Gadis itu bahkan melakukan hal yang sama bodohnya pada Ani. Saat Ani melihatnya masuk rumah, wanita itu langsung menanyainya, "Kok baru pulang?"

Your Work My Work (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now