2.

590 70 4
                                    

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, ketika Jeongguk melihat jam tangan mahalnya dibalik kemeja hitam yang membalut tubuh atletisnya.

Itu sudah menunjukkan waktu yang sangat terlambat untuk pekerja kantoran pulang ke rumah masing - masing, dan untuk beberapa karyawan diharuskan tetap disana sebab pekerjaan harus diselesaikan hari itu juga.

Berbeda dengan CEO yang menaungi mereka, yang belum menandakan akan segera tinggalkan kursi nyaman perusahaan miliknya, yang berdiri kokoh di jantung kota Seoul.

Beberapa kali sengaja mereject panggilan dari kekasihnya, Jung Eunha. Kim Taehyung lah penyebabnya. Mantan kekasihnya itu seolah tak mengizinkan barang sedetikpun untuk melupakan sosoknya, dan seolah mengatakan, sakit hatinya harus terbayar lunas oleh Jeongguk.

Entahlah, mungkin Taehyung sudah benar-benar muak melihat tingkahnya yang tebar pesona pada para pihak bawah, seolah enggan menampakan wajahnya lagi untuk pria yang membuatnya kecewa setengah mati.

Taehyung tidak tahu, Jeongguk merasa kehilangan setengah mati, tidak ada lagi yang mengatakan kalimat 'aku mencintaimu' lagi padanya. Tidak ada lagi yang mengingatkannya untuk berhenti bermain game dan istirahat lebih awal. Pengingat itu seolah menjadi bukti bahwa Taehyung begitu tulus mencintainya, memperhatikannya, memilih menomor sekiankan ego miliknya dan menomorsatukan Jeongguk yang begitu tulus dicintainya.


Tersadar dari lamunannya tentang Taehyung, kini ponselnya berdering nyaring dari dalam saku celananya, yang ternyata itu sang kakak yang menghubungi untuk dia segera pulang,

Jeongguk bisa apa jika sang kakak satu-satunya yang memerintah? Hanya menurut pada sosok satu-satunya keluarga yang sangat dihormatinya. Sebab Jeongguk tumbuh dan dibesarkan tanpa kasih sayang orang tua, terutama seorang Ibu yang harus meninggalkannya di usia dua tahun.

Selama di perjalanan, pikirannya sama sekaki tak fokus. Lagi, Kim Taehyung lah yang terus menguasai otaknya.

“Taehyung, aku rindu.”

Menghentikan kendaraannya untuk kemudian masuk pada sebuah mini market, dia hanya perlu menstok beberapa kaleng soda dan camilan sebagai teman dia menyelesaikan pekerjaan yang dibawanya ke rumah.

Jeongguk mendorong troli belanjaannya, mengambil barang yang sekiranya dia butuhkan. Namun saat dia akan mengambil deretan kaleng soda, lensa sehitam malam miliknya menangkap sesuatu yang membuatnya enggan untuk berkedip walau untuk sedetik.

Tuhan seolah mengabulkan harapannya.

Disana, diantara lemari pendingin dan rak yang berjejer berisi makanan ringan, sang mantan kekasih yang selama ini memenuhi isi kepalanya tengah berdiri, berusaha meraih snack di rak yang lebih tinggi dari tubuhnya yang memang sangat mungil.

Jantungnya bergemuruh, jangan lupakan wajah yang semula dingin berubah merona.

'Kim Taehyung.' gumamnya dalam hati diselingi sebuah senyum mengembang dari bibirnya.

Segera mendekat setelah mengumpulkan keberaniannya, tanpa berpikir panjang apakah Taehyung akan merasa benci setelah melihatnya atau sebaliknya, mengambil snack tersebut lalu diserahkan pada Taehyung.

"terima kasih, tuan." Taehyung tersenyum mengambil bungkusan snack itu dari tangan pria yang menolongnya, melirik tuan penolong itu dan senyum yang semula terukir di bibirnya perlahan memudar, ternyata tuan penolongnya adalah Jeongguk, sosok yang sangat sebisa mungkin dia hindari ketika pulang ke Seoul.

𝐂𝐥𝐨𝐬𝐞𝐫  || ✔ Where stories live. Discover now