6.

399 55 13
                                    

Jam weker diatas nakas menunjukan pukul tujuh kurang tiga puluh menit ketika kedua manik lelehan madu itu secara perlahan terbuka, Taehyung terbangun dalam pelukkan hangat si pria Jeon yang memeluknya posesif. Taehyung bangun lebih awal, sebab dia mendapatkan kelas pagi, setelah beberapa hari kemarin dia membolos untuk pergi ke kampus, dan hanya menitip absen saja pada sahabat baiknya, Park Jimin.

Taehyung menyingkirkan lengan kekar milik Jeongguk yang melilit bagian pinggangnya, dia masih tidur dengan pulas seperti bayi. Tenang bagaikan air mengalir.

Wajah Taehyung sontak terasa panas saat beranjak duduk, terutama di bagian pipi gembilnya, mengingat semalam Jeongguk begitu jantan saat mengggahinya, begitu panas layaknya seorang alpha yang menggagahi omega miliknya, menyisakan tubuh Taehyung yang kini hanya terbalut kemeja hitam milik si Jeon muda.

Taehyung berdiri dengan langkah tertatih ke kamar mandi, meringis sakit ketika bagian bawahnya terasa perih ketika air dari keran shower melewati lubang rektumnya. Jeongguk benar-benar menghancurkan rektumnya semalam.

Selesai mandi, Taehyung bergegas untuk sarapan, bersiap untuk segera pergi ke kampus, setelah menghubungi Jimin untuk menjemputnya dan pergi bersama. Taehyung tidak tega ketika harus membangunkan Jeongguk dari tidur nyenyak nya. Dia hanya meninggalkan notes yang sengaja di tempelkan pada pintu lemari pendingin.

“aku pergi ke kampus, sarapan sudah aku siapkan di dalam lemari pendingin tinggal dihangatkan saja. Bye, Gguk~ie🦁”

Begitulah kira-kira isi notes tersebut.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

“menunggu lama, manis?” itu suara Park Jimin, dengan mobil merah menyala miliknya, kepalanya menyembul dari balik jendela mobil sambil tersenyum sok tampan.

Taehyung menggeleng, lalu masuk pada mobil milik Jimin. Mereka berangkat bersama dengan mengobrol hal yang tidak penting.

“kenapa tidak berangkat bersama Jeongguk? Apa kalian sedang bertengkar?”

Taehyung menoleh pada Jimin, bertengkar katanya? Seperti sepasang kekasih saja.

“ti- tidak, kami tidak bertengkar. Aku hanya kasihan harus membangunkannya, dia terlihat pulas saat tid—”

Mobil Jimin terhenti tiba-tiba, mengakibatkan kepala Taehyung terantuk dashboard, apa-apaan.

“oh my god, jadi— jadi Jeongguk sudah berani menginap di apartment mu?”

Jimin dan suara cemprengnya itu sangat berisik, Taehyung mengangguk setuju sambil menutup kupingnya meringis, membuat rambut bagian poninya ikut bergerak lucu.

“di kamarmu?”

Taehyung kembali melakukan hal yang sama.

“di ranjangmu, kalian sudah tidur seranjang? Lalu bagaimana jika tiba-tiba si Jeongguk itu memperkosamu, Tae?”

Memang itu sudah terjadi, Jiminie bodoh. Lagi pula kita melakukannya suka sama suka. Muehehehehe.’ Taehyung berucap dalam hati.

“ayolah, Jimin bodoh. Jangan berucap yang tidak-tidak. Kau tahu, Jeongguk dan aku hanya tidur.” Taehyung kembali menjawab, kali ini nada jawabannya naik beberapa oktaf.

Mobil Jimin kembali berjalan,
“hey, kudengar Jeongguk dan Eunha sudah putus. Apa kau sudah mendengar beritanya?”

Taehyung menunduk diam, dia sebenarnya sudah tahu sebab Jeongguk sendiri yang mengatakan bahwa dirinya dan Eunha sudah selesai.

𝐂𝐥𝐨𝐬𝐞𝐫  || ✔ Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum