Bagian Tiga

23.6K 3.4K 1.3K
                                    


Kembali ke masa kini, dari sudut pandang Miya Osamu.

Jam menunjukkan pukul lima pagi, aku bergegas mandi dan memasak. Ketika aku pulang aku sangat suka memasak makanan untuk Atsumu yang menungguku di rumah sakit. Hari ini aku membuat roti isi dan nasi goreng untuk Atsumu, Rin, dan diriku.

Aku mengunci pintu rumah, enggan melepas genggamanku pada gagang pintu utama rumah kami yang terbilang minimalis ini.

Terpikir olehku rumah yang sepi ini nantinya akan ramai kembali,

Oleh orang-orang yang menghadiri pemakaman Atsumu. Dadaku sesak, seringkali aku berpikir dan memaki diriku sendiri. Mengapa aku tak bisa berpikir positif untuk sekali saja.

Kenapa aku tak bisa melihat diriku percaya bahwa Atsumu akan sembuh dan kembali? Kondisinya sudah semenyedihkan itu. Aku sudah terbiasa menenggalamkan diriku pada kenyataan yang tak pernah adil padaku setahun belakangan ini.

Pagi ini jalanan tidak terlalu ramai, aku menyetir mobil dengan hening lagi. Tak pernah sekali pun aku menyalakan radio ataupun lagu, karena dulu mobil ini sudah cukup riuh dengan ocehan Atsumu dan aku tak mau mengubah hal itu.

Tapi aku sadar, setiap hal pasti berubah. Termasuk Atsumu yang kuyakini tak akan bisa mengoceh lagi di dalam bongkahan besi berjalan ini.

Entah kenapa, saat dulu mama dan papa meninggalkan kami, aku tidak sefrustasi ini. Karena pada saat itu aku percaya, masih ada dan selalu ada Atsumu bersamaku. Pada saat itu aku mengandalkan dirinya karena ia yang selalu membuatku percaya bahwa aku tidak pernah sendirian. Bahkan di saat terburukku, ia akan menemaniku dengan cara-cara konyolnya.

Ini menyakitkan dan tak adil. Aku mengandalkanmu, Atsumu.

Kenapa kau harus pergi juga? Aku selalu berpikir mengapa Tuhan mengambil semuanya dariku.

Mengapa hanya aku yang disini.

.。.:*♡

Kaki ku melangkah memasuki gedung putih yang sudah seperti rumah kedua bagiku. Kugenggam erat tas kecil berisi makanan.

Ketika aku membuka pintu, kulihat Rintarou tertidur di sofa dan Atsumu langsung mengalihkan pandangannya padaku, ia tersenyum.

"Pagi." lirihnya, Ia mulai kehilangan kemampuannya untuk bicara beberapa bulan terakhir ini.

"Pagi, gimana? ada yang dirasa?" aku melepas jaket dan meletakkan tas makanan di meja yang berada di depan sofa tempat Rintarou beristirahat.

Kulihat Atsumu mengangguk dan menunjuk bagian punggungnya, "nyeri lagi." katanya dengan senyum.

Kenapa tersenyum, kau sedang kesakitan Atsumu.

"Gimana.. tidur lo.. semalem?" dengan susah payah, ia masih menanyakan bagaimana keadaanku.

"Nyenyak, gak terlalu dingin juga kan semalem." Ia tersenyum senang lalu melihat ke arah tas makanan.

"Gue bawa roti isi sama nasi goreng, lo mau makan apa?" gerakan bibir Atsumu menunjukkan bahwa ia menginginkan nasi goreng. Kusiapkan makanan untuknya dan meninggikan ranjangnya sehingga ia bisa sedikit duduk.

"Wangi banget nih." Rintarou dengan suara seraknya kini sudah berganti posisi menjadi duduk.

"Gue bikin buat bertiga, makan Rin." Kulihat Rin menenteng pouch berisi sikat gigi dan mengangguk senang.

"Makan... sendiri." dengan ragu aku meng-iyakan permintaan Atsumu. Kondisinya yang semakin parah dan tidak ada kemajuan membuat tubuhnya semakin kurus. Menyakitkan melihat ia yang biasanya berisik soal hidup sehat tetapi malah begini.

ClinomaniaWhere stories live. Discover now