Meeting You

13 6 4
                                    

Sebuah benz victoria phaeton memasuki lapangan dari bangunan besar yang cukup tua.

Dari dalam lapangan yang terhalang jeruji besi yang telah berkarat itu tampak beberapa orang pribumi keluar dari bangunan, disertai dengan borgol besi di tangannya.

Samar samar terdengar suara tangisan pilu dan teriakan kesakitan yang seakan sudah menjadi hal biasa di tempat ini.

Willem membuka kaca jendelanya, iris hijaunya menatap gadis pribumi yang dicambuk itu dengan antusias. Dia terlihat berbeda dari teman temannya.

Ya. Hanya dia saja yang berani berteriak dan melawan penjaga belanda itu.

Mata gadis itu mendelik tajam, seperti menantang penjaga itu dengan tatapannya. Tidak ada gurat ketakutan sedikitpun di wajahnya, dia menggerakkan kakinya brutal, menendangi penjaga itu, mencoba melepaskan diri tanpa peduli meskipun cambuk terus menerus melukai tubuhnya karena perlawanannya.

"Lihat saja! bangsaku akan merdeka! kami akan melihat kalian membusuk di neraka!!" nafas gadis itu terengah engah, matanya menatap tajam penjaga belanda itu, lalu sedetik kemudian gadis itu terjerembab di tanah. Kakinya terseok seok ketika penjaga itu menarik tubuhnya kasar.

"Verdomde klootzak! als je vandaag niet te koop was geweest, dan had ik je vermoord!"
(bajingan sialan! jika saja kau tidak dijual hari ini,maka aku akan membunuhmu!)

"Menarik. Kebetulan sekali aku sedang mencari seorang gadis muda." Willem berjalan santai mendekati gadis itu dengan senyuman ramah terpatri di wajah tampannya, membuat gadis itu mematung di tempatnya.

"Berikan dia padaku."

"Meneer Dijk, ik heb een aantal meisjes voorbereid zoals je had gevraagd .."
(Tuan dijk,saya sudah mempersiapkan beberapa gadis seperti yang anda minta)

Seorang pria tua berwajah belanda murni mendekati Willem dengan terburu buru. Matanya melirik kearah gadis yang tersungkur tadi lalu menatap tajam penjaga itu, menyuruhnya segera membawa gadis pemberontak ini pergi.

Dia tersenyum ramah, kerutan di wajahnya tampak sangat bersahabat, walau tidak sesuai dengan lingkungan kumuh yang menyeramkan ini, "Mari saya antarkan ke dalam.."

"Tunggu.." iris hijau willem menatap gadis yang berteriak itu dengan antusias. Bibirnya mengukir seringai, "Berikan gadis itu untukku"

Pria itu menatap Willem aneh, "Dia terlalu buruk, sifatnya juga pembangkang. Anda yakin ingin membelinya?"

"..."

"Ah. Baiklah, dia akan dikirim bersama dengan gadis lainnya.." pria itu terkekeh pelan. Tangannya sibuk menghisap cerutu yang baru saja dihidupkannya menimbulkan asap putih yang berterbangan di udara.

Willem menghela nafasnya kasar. Tangannya mengambil kantung kecil dari saku jasnya, "Lever voor zonsopgang of je weet wat de gevolgen zijn."
(antarkan sebelum fajar tiba atau kau akan tahu akibatnya)

Iris hijaunya menajam, tangannya mencengkram lengan pria tua itu erat, menandakan ancamannya barusan tidak dapat dianggap remeh.

"Gadis itu akan kubawa sekarang juga dengan mobilku."

Pria tua itu menundukkan kepalanya perlahan lalu mengangkat topinya. Bibirnya menyunggingkan senyuman ramah yang tidak digubris sama sekali oleh Willem. Dia berteriak memanggil penjaga, menyuruhnya membawa gadis itu secepat mungkin karena dia tahu Willem tidak terlalu suka menunggu.

Beberapa saat kemudian datanglah gadis itu dengan dress putih yang terlihat jauh lebih layak dari sebelumnya, sepertinya dia juga memakai sedikit riasan di wajahnya.

Willem tersenyum, jemari besarnya mengelus rahangnya lembut, membuat gadis itu memekik tertahan tetapi tidak ada perlawanan ataupun umpatan kasar yang keluar dari bibirnya, yang dilakukannya hanyalah memandang wajah tampan Willem intens, otaknya terasa beku ketika Willem menenggelamkan kepalanya di bahunya sambil memeluknya erat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Save Me My Angel!Where stories live. Discover now