14

3.3K 493 95
                                    

Haechan pulang saat sore hari, dia sangat lama menghabiskan waktu di rumah Ten. Tapi untung saja karna dia pulang sesaat sebelum para Daddy Ten pulang, Ten hanya menghela nafas lega karna Haechan tidak di tatap intens oleh enam orang.

Setelah Haechan pulang, Lucas menyuruh Ten untuk tidur. Dan Ten menurutinya. Dia bangun jam setengah delapan, berharap saja mereka belum memulai makan malam.

Suasana dirumah agak aneh, sudah malam tapi tidak ada kebisingan sama sekali. Aneh karna biasanya mereka akan sibuk membuat kebisingan, yang entah karna sengaja atau tidak.

Ten mandi, berganti piyawa warna abu-abu muda dengan lengan dan celana panjang, lalu dia turun ke bawah, mengecek ada apa sebenarnya dengan rumah ini. Tapi Ten tidak menemukan siapapun, mustahil jika para Daddynya tidur se-sore ini. Mereka tukang begadang.

"Bibi Park, Daddy kemana siihh". Tanya Ten saat melihat bibi Park tengah duduk di kursi, "Ini kan udah malem, masa mereka belum pulang? Daddy Luke kemana? Dia kan tadi ga kerja".

Ten terus bertanya dan mengomel, tapi tidak mendapat jawaban dari bibi Park. Ini hal yang lebih aneh, mengingat jika wanita paruh baya itu sudah Ten anggap ibunya sendiri dan wanita itu juga menganggap Ten anaknya. Dia tidak pernah mengabaikan Ten saat berbicara.

Bahkan jika mereka tengah membahas, kenapa siput itu lamban, kenapa kura-kura bisa menang dari kelinci, kenapa hal lamban itu membuat Ten frustrasi. Bibi Park akan selalu meladeni pertanyaan random Ten, tapi kali ini dia hanya diam.

Suasana tiba-tiba semakin mencekam, Ten menoleh spontan ke jendela di ruang tamu. Merasa jika seseorang tengah mengawasinya, tapi tidak menemukan seorang pun. Rasa takut mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, apa ada orang iseng? Itu yang pertama Ten pikirkan.

"Bibi, Ten takut". Ujar Ten pelan dengan suara yang bergetar, menahan takut sekaligus air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya. Dia mengusap cairan kristal itu pelan, dia harus berpikir positif!

Karna tidak ada jawaban, Ten memilih untuk mendekat dan melihat kenapa bibi Park tidak menjawabnya sedari tadi. Mata Ten melebar saat melihat darah keluar dari leher wanita itu, refleks Ten langsung mundur.

Tapi langkahnya yang tiba-tiba itu membuat nya terjatuh, dan tidak sengaja menendang kursi yang tengah bibi Park duduki. Hal lain yang lebih menakutkan terjadi, Ten menutup mulutnya, air mata sudah membanjiri pipinya, pupil matanya bergetar saat melihat kepala wanita itu terjatuh.

"Aaaaakhhh!!". Ten berteriak, dia mundur perlahan. Matanya tidak bisa lepas dari kejadian di depannya, kakinya yang lemas tidak bisa ia gunakan untuk berlari.

Dia menoleh, saat seseorang dengan brutal mencoba membuka pintu rumahnya. Ten melihat itu, perlahan pintunya mulai hancur. Tapi sebelum pintu itu hancur sepenuhnya, Ten lebih dulu berlari ke atas. Dia ingin pergi ke taman belakang dan melompat keluar, tapi dia takut seseorang telah menunggunya disana.

Ten berlari ke kamar, dia menutup pintunya lalu bersembunyi di sudut ruangan yang tertutup lemari besar. Ten takut, dia terus menangis sambil menutupi mulutnya. Menahan semua isakan yang ingin keluar.

"D-daddy". Ten menggapai hp-nya, mencoba menghubungi seseorang yang bisa tersambung cepat. Dia menelfon Taeyong, tapi hanya dering yang ia dengar.

Dia tidak bisa menghubungi keenam Daddy nya, bahkan teman-teman Ten yang tengah online mendadak offline. Membuat Ten semakin menangis, dia takut tapi tidak ada yang bisa menolongnya.

Suara langkah kaki menuju lantai dua mulai terdengar, dan suara benda tumpul yang di seret juga ikut terdengar. Rumah ini sunyi, suara seperti itu akan terdengar dengan jelas.

Brak

Brak

Brak

Brak

Beloved | AllxTen ✅Where stories live. Discover now