Chapter 04: Royal Academia

68 11 1
                                    

ONYX bekerja keras tanpa pamrih seperti biasanya. Di depan cermin yang berada dalam kamarnya, ia berkaca--menata penampilannya agar Tuan Putri tidak risih ketika melihatnya. Ia merapikan sedikit ikatan pada rambut kecokelatannya.

"Sempurna."

Saatnya membangunkan Tuan Putri!

Onyx adalah pengawal pribadi Tuan Putri. Usinya memang masih dua puluh tahun, terpantau muda untuk menjadi seorang pengawal pribadi. Akan tetapi, saat Yang Mulia mengangkatnya secara resmi, beliau tidak mempermasalahkan usia. Orang tuanya telah meninggal sekitar tujuh tahun yang lalu saat Onyx masih berumur 13 tahun. Kemudian, tepat ketika perang antara Kerajaan Riverdale dan Kerajaan Islefield pecah, Onyx diminta untuk menjadi teman Tuan Putri. Kalau tidak salah waktu itu Onyx masih umur 15 tahun. Lalu saat Onyx menginjak usia 18 tahun, barulah Yang Mulia Raja Aamor meresmikan jabatannya sebagai pengawal pribadi Tuan Putri Ashley lewat perkamen yang dikirimkan ditengah-tengah perang berlangsung.

Ia memang masih muda, hanya berbeda dua tahun dari Tuan Putri Ashley. Di beberapa kesempatan, mereka berbicara layaknya teman lama, tapi tentunya Onyx langsung sadar dengan statusnya. Mendiang ayahnya adalah koki kerajaan, dan ibunya tabib di ibukota. Karena sering ditinggal, Onyx terbiasa tumbuh dewasa dan mencari kegiatannya sendiri. Ia sering belajar di perpustakaan dan berlatih memanah serta berburu hewan di hutan bersama pamannya. Ilmu pengetahuan yang luas, pengalaman bertahan hidup dan kemampuan berpanah sudah sepenuhnya Onyx kuasai sejak kecil. Mungkin itu juga yang menarik perhatian Yang Mulia sehingga memilihnya. Bukan cuma itu, Onyx mewariskan kekuatan sihir meski kedua orang tuanya sama sekali tidak berbakat dalam hal tersebut.

Pertama kali ia bertemu Tuan Putri, ia pikir gadis itu akan sama dengan sosok Tuan Putri yang ada dalam bayangannya. Lemah lembut, manja, penurut, dan semacamnya. Namun ternyata ia sedikit salah. Tuan Putri Ashley memang sangat baik hati, sopan, cerdas, cantik, dan anggun. Tapi Tuan Putri juga suka menggerutu saat sendirian, malas menghadiri perjamuan karena diwajibkan memakai gaun yang katanya berat, sampai terkadang melakukan hal-hal berbahaya yang membuat Onyx cukup kerepotan menanganinya.

Tanpa sadar mengenal Tuan Putri Ashley membuat Onyx mengetahui apa saja yang selama ini belum ia ketahui. Onyx pula jadi tahu tentangnya. Apa yang Tuan Putri suka dan apa yang tidak. Termasuk dengan tugas Onyx yang harus membangunkan Tuan Putri pukul 5 pagi.

Kini, ia tiba di depan pintu kamar Tuan Putri Ashley. Tanpa berlama-lama lagi, Onyx segera mengetuknya pelan sebanyak dua kali yang diikuti dengan ucapan, "Matahari sudah naik, Tuan Putri. Saatnya Anda bangun. Bukankah Anda senang bisa kembali lagi ke Royal Academia?"

"Haahhh.... Matahari menyebalkan!!!"

Dari luar, Onyx hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum-senyum. Begitulah keseharian yang mereka jalani selama ini, sedikit terbawa suasana bosan karena diisolasi selama masa peperangan membuat hal-hal seru antara Tuan Putri Ashley dan dirinya terjalin dengan menyenangkan.

"Saya masuk, Tuan Putri--"

"YAK, ORION!"

Pintu kamar mendadak terbuka. Memperlihatkan Tuan Putri Ashley masih mengenakan piyama kerajaan sambil mengerucutkan bibirnya. "Orion.... Berhenti di situ. Mengerti?"

"Tuan Putri, tolong jangan panggil saya dengan nama itu."

"Mengapa?" tanya gadis itu sambil bersedekap. "Padahal namamu itu bagus. Kenapa tidak percaya diri saja?"

Onyx menggeleng. "Saya hanya menyingkatnya supaya lebih mudah dilafalkan, Tuan Putri. Ah, Anda harus segera bersiap-siap jika tidak ingin terlambat."

Ashley mencebik. Onyx memang begitu, selalu tepat waktu. Apapun yang terjadi, Ashley tidak dibiarkan untuk terlambat meski satu detik saja. Oleh karena itu, daripada Onyx mulai menjejalkan telinga Ashley dengan segala peraturan waktu yang harus ia tepati, alangkah lebih baik jika ia segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Royal Academia.

𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘Место, где живут истории. Откройте их для себя