Chapter 28: Falling Down

14 5 0
                                    

“PANGERAN Aiden terkena sihir ilusi tersebut. Dan yang memberinya sihir adalah Tuan Putri Ashley.”

Mendengar penuturan mendadak dari Niccolo Thadeus, jelas menarik rasa terkejut dari semua tamu undangan di aula kastil malam itu. Semua orang mulai saling tatap-menatap. Berbisik dengan sesama rekannya bahwa mereka tak menyangka kalau Tuan Putri Ashley akan melakukan hal seburuk itu.

Menyihir seorang Pangeran--apalagi dari kerajaan lain yang telah sepakat menjadi sekutu dengan sihir ilusi tingkat tinggi sama saja menentang eksistensi dari sihir itu sendiri. Sebab pada dasarnya sihir digunakan untuk kebaikan, bukan untuk kesenangan diri sendiri layaknya yang telah dilakukan oleh Tuan Putri Ashley.

Tak hanya seluruh tamu, bahkan pelayan dan prajurit kerajaan yang ada di aula tak kalah tercengang. Sebab selama ini mereka tahu, Tuan Putri Ashley adalah gadis yang baik, murah hati, dan tidak pernah bergantung pada sihir. Mendadak Tuan Putri menggunakan sihir tingkat tinggi untuk memberi ilusi pada pangeran sudah pasti adalah sesuatu yang salah bagi orang-orang yang mengenal Tuan Putri Ashley dengan baik.

Namun, bukti tetaplah bukti.

Raja Logan dan Ratu Eliza terkejut bukan main. Bahkan Pangeran Adrian saja tahu kalau perbuatan Tuan Putri Ashley sudah tidak bisa ditoleransi. Saat itu juga Ratu Eliza menarik tubuh Pangeran Aiden yang berdiri kebingungan. Ia pun tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Di lain sisi, Ashley diam membisu seolah suaranya hilang, berhenti untuk bisa berseru. Pikirannya mulai meracau. Ia tidak habis pikir. Niccolo berkata ia baru saja menyihir Pangeran Aiden? Tapi untuk apa? Kenapa semua orang membicarakan sesuatu yang tidak Ashley lakukan?

Ashley menggunakan sihir ilusi tingkat tinggi?

Yang benar saja.

Itu semua tak benar.

Aku tak pernah melakukan apa-apa.

Aku tak pernah menyihir Pangeran.

Aku ... aku ... tidak mungkin....

Ia mengedarkan pandang ke arah semua orang. Namun sayang, yang ia dapatkan sebagai balasan hanyalah tatapan meremehkan ketika semua orang sepakat untuk memandang dirinya dengan jijik.

Ashley menoleh pada Raja Aamor, ayahnya. Berharap ia akan mendapatkan pembelaan, lantas Ashley pun tersenyum tipis. Bibirnya mulai bergetar menahan isak tangis. “Ayah.... Ini tak seperti yang se--”

Tetapi Raja Aamor sama sekali tak melihatnya.
Ashley membalikkan tubuh. Kini ia berhadapan dengan Aiden. Tapi sama saja. Sang pangeran memilih mundur dan menolak bertatapan wajah seperti sedang menghindari sesuatu yang amat ia benci. Bahkan Ashley dapat melihatnya dari sebuah tatapan sekilas. Mata cokelat itu menatap tajam di lain arah, namun penuh dengan kekecewaan.

Tidak. Ini salah! Ini tidak benar!

Giliran Ashley berbalik kembali, kini berseberangan wajah dengan sahabat baiknya, Mirai. Langkah lesunya membawa Ashley mendekati pemuda itu, berkata penuh harap.

“Rei.... Aku mohon katakan bahwa ini tidak benar. Ini bohong, kan! Kau tahu kalau aku tidak akan pernah melakukannya!”

“Ashley....”

“Rei, kumohon...,” lirih Ashley. Suaranya hampir hilang.

“Maaf.”

Saat itu juga, Ashley jatuh di lantai aula sambil tersenyum getir. Ia iba. Pada dirinya sendiri. Lidahnya sudah terlalu kelu untuk memberontak. Kepalanya sudah terlalu sakit untuk menjelaskan kebenaran. Hatinya pun sudah terlalu banyak rasa pedih untuk sekadar menguatkan diri.

𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘Where stories live. Discover now